Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Perang tweet atau 'twitwar' tak hanya dilakukan oleh akun Twitter perseorangan. Perusahaan aplikasi pesan instan besar seperti WhatsApp dan Telegram juga ternyata melakukannya.
ADVERTISEMENT
Posting-an tersebut tampak tak memiliki konteks. Telegram hanya menampilkan deretan icon recylce bin dari Windows, dengan gambar tong sampah terakhir berlogo WhatsApp dengan isi Facebook.
Ketiadaan caption tweet membuat seorang pengikut Telegram di Twitter bertanya apa maksud kicauan platform chat tersebut. Telegram dengan singkat menjawab: “Sama seperti biasanya. Pilih layanan yang menghormati Anda.”
“Dan hapus WhatsApp,” sambung Telegram.
Beberapa jam kemudian, WhatsApp menimpali tweet Telegram itu dengan sebuah meme yang disertai caption tweet. Mereka mengejek ketiadaan end-to-end encryption di Telegram secara default.
End-to-end encryption, seperti namanya, adalah enkripsi yang membuat sebuah chat atau percakapan cuma bisa diakses oleh pengguna yang bersangkutan. Artinya, tak ada pihak ketiga, termasuk platform chatting yang dipakai, yang bisa mengakses komunikasi antar pengguna.
ADVERTISEMENT
Tak lagi pakai meme, Telegram kemudian membalas tweet WhatsApp itu dengan nada yang lebih serius. Mereka menampilkan screenshot chat di WhatsApp yang berisi penjelasan platform mana saja yang dapat mengakses chat pengguna di WhatsApp, beserta alasannya.
Telegram pun menyebut tweet WhatsApp sebagai kebohongan.
“Pengguna kami tahu cara kerjanya, dan memiliki aplikasi sumber terbuka untuk MEMBUKTIKANnya. Anda ... berbicara dengan tangkapan layar yang mengatakan Anda berbohong,” kata Telegram.
Signal juga ejek WhatsApp
Selain Telegram, aplikasi chat Signal juga terpantau mengejek WhatsApp terkait kebijakan privasi baru yang kontroversial.
“*memeriksa kalender. menuangkan kopi.* Hari ini adalah hari yang menyenangkan untuk beralih ke privasi,” tulis Signal dalam sebuah quote retweet dari sebuah kicauan WhatsApp. WhatsApp terpantau belum membalas ejekan ini.
ADVERTISEMENT
WhatsApp sendiri tengah jadi sorotan selama paruh awal tahun 2021 berkat kebijakan privasi baru mereka. Dalam kebijakan privasi baru itu, chat pengguna WhatsApp ke akun WhatsApp Business API—yang dipakai perusahaan besar—tak lagi terenkripsi secara end-to-end, memungkinkan pihak ketiga untuk mengakses riwayat percakapan pengguna dengan akun tersebut.
Masalahnya kebijakan ini tak memuat pilihan opt in atau opt out bagi pengguna, yang dianggap oleh pengamat kebijakan data mengurangi kontrol penuh pengguna terhadap pemrosesan data pribadi mereka.
WhatsApp ngotot kalau pengguna harus menerima kebijakan ini. Pengguna yang menolak akan mulai dihujani notifikasi alias mendapat pemberitahuan secara terus menerus sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
WhatsApp memastikan bahwa akun pengguna yang menolak tidak akan dihapus, dan mereka juga tidak kehilangan riwayat chat dan cadangan pesan. Akun WhatsApp masih dapat menjawab panggilan suara dan video yang masuk, membalas pesan dari notifikasi (hanya dapat mengirim pesan teks) dalam beberapa pekan, tetapi tidak dapat membuka daftar obrolan karena ada notifikasi tentang Terms of Service.
ADVERTISEMENT
Akun pengguna yang menolak kebijakan baru juga dibatasi untuk menggunakan beberapa fitur WhatsApp. Detailnya bisa dilihat di artikel ini.