Ide 'Gila' China Bangun Bendungan Pakai Printer 3D, Gimana Caranya?

31 Mei 2022 7:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bulldozer memindahkan tanah roboh di daerah Qingshitan di Yangshuo, China. Foto: THOMAS SUEN/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Bulldozer memindahkan tanah roboh di daerah Qingshitan di Yangshuo, China. Foto: THOMAS SUEN/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
China merupakan salah satu negara di dunia yang maju dalam pembangunan infrastruktur. Beberapa di antaranya bahkan membuat dunia kagum banyak negara.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, kembali China berencana berencana memulai pembangunan satu infrastruktur baru, yakni bendungan Yangqu, di Provinsi Shanxi. Proyek bendungan itu digadang-gadang dapat menghasilkan lima miliar kilowatt listrik tiap tahunnya yang akan dialirkan ke Provinsi Henan.
Berbeda dari proyek bendungan lain, kali ini China memilih ide gila dengan menerapkan kolaborasi teknologi printer 3D dan kecerdasan buatanartificial intelligence (AI). Bahkan dalam rencana pembangunannya, bendungan itu tidak memerlukan tenaga manusia.
Cukup kedua teknologi tersebut yang sebelumnya telah diatur tenaga ahli, yang akan turun di lapangan dalam proses pembangunan bendungan di kawasan Pegunungan Tibet itu.
Proyek itu berawal dari Tianyun Liu, seorang ilmuwan di Laboratorium Hidrosains dan Teknik Universitas Tsinghua, yang melakukan riset 10 tahun silam dan berhasil dipublikasikan pada April lalu. Ia membuat gagasan pembuatan printer 3D dengan ukuran besar, melebihi ukuran rumah yang dibangun menggunakan teknologi yang sama.
Ilustrasi Bendungan Grand Renaissance Ethiopia. Foto: Tiksa Negeri/Reuters
Bendungan dengan tinggi 180 meter itu, rencananya akan dibangun dengan mesin printer 3D yang dibangun selapis demi selapis dengan keakuratan yang tepat dan sistematis. Dalam proses pembangunannya, material konstruksi akan dikirimkan ke lokasi proyek dengan bantuan mesin tanpa awak dan teknologi AI menjadi sistem kontrol yang memberikan informasi tentang kekencangan serta stabilitas dari tiap lapisan yang dicetak oleh mesin printer 3D itu.
ADVERTISEMENT
Rencananya, bendungan yang hampir setara dengan tinggi bendungan Shasta di California, AS ini, akan dibangun dalam 2 tahun ke depan. Bila proyek itu tepat selesai pada 2024, tentu hal itu sangat mengagumkan. Pembangunan infrastruktur dengan ukuran besar dengan teknologi printer 3D dan AI menjadi cikal bakal revolusi pembangunan infrastruktur di masa depan.
Dikutip dari Ubergizmo, topografi dan kondisi cuaca di lokasi proyek pembangunan bendungan dapat menjadi hambatan. Meski rencana pembangunan proyek itu tidak memerlukan tenaga manusia, namun dua kendala yang ada perlu menjadi perhatian. Kehadiran insinyur dan staf ahli diperlukan, karena tidak semua situasi dalam pembangunan dapat ditangani oleh kecanggihan teknologi AI serta untuk memastikan proyek itu berjalan sesuai rencana.
ADVERTISEMENT