Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ilmuwan Bikin Robot Super Sensitif di Dunia, Bisa Rasakan Sakit
8 Juni 2022 13:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan robotik memang sudah lama ingin menciptakan kulit elektronik (e-skin) yang didesain seperti organ sensorik manusia. Untuk sampai ke sana, peneliti harus membuat robot super sensitif yang bisa menyampaikan informasi dalam sekejap mata.
ADVERTISEMENT
Kini, para ilmuwan di University of Glasgow tampaknya telah berhasil menciptakan robot tersebut. Prototipe komputasi e-skin yang memungkinkan robot bisa merasakan rasa sakit ini dijelaskan dalam jurnal Science Reports.
Sebelumnya, upaya pembuatan robot sensitif terhadap sentuhan banyak menghadapi hambatan karena teknologi yang sangat terbatas. Satu sisi peneliti harus menciptakan sensor yang mampu menyampaikan data dalam jumlah besar, sementara di sisi lain mereka juga membutuhkan komputer super canggih yang mampu menerjemahkan data menjadi informasi dalam waktu singkat.
Sistem saraf tepi manusia mempunyai desain ini, karena ia mampu memproses sensasi atau rasa dari titik sentuhan dan mengirimkannya ke otak. Hal inilah yang harus diadopsi oleh robot dan komputer, berkomunikasi untuk memberikan informasi yang paling tepat dari sebuah sentuhan melalui sensor.
ADVERTISEMENT
Untuk menciptakan itu, peneliti menggunakan 168 transistor sinaptik yang dibuat dari kawat nano zinc-oxide, ditempatkan di tangan berbentuk manusia yang dilengkapi dengan sensor kulit agar robot mampu membedakan antara sentuhan ringan atau berat.
Untuk menguji sensitivitas robot, peneliti mengujinya dengan menciptakan rasa sakit. Ini sama ketika manusia masih anak-anak di mana rasa sakit adalah alat berguna untuk mempelajari hal-hal dari sentuhan ringan hingga menyakitkan, dan indera sentuhan ini bermanfaat bagi robot yang mencoba belajar dari rangsangan eksternal dengan cara yang sama.
“Apa yang dapat kami ciptakan melalui proses ini adalah kulit elektronik yang mampu mendistribusikan pembelajaran di tingkat perangkat keras, yang tidak perlu mengirim pesan bolak-balik ke prosesor pusat sebelum mengambil tindakan,” kata Profesor Ravinder Dahiya, yang mengepalai Grup Teknologi Tertekuk dan Teknologi Penginderaan (BEST) University of Glasgow.
ADVERTISEMENT
Selain menciptakan robotika yang bisa belajar menafsirkan lingkungan mereka dan menghindari cedera, peneliti memproyeksikan suatu hari nanti bisa memiliki aplikasi untuk prostesis manusia.
“Di masa depan, penelitian ini bisa menjadi dasar untuk kulit elektronik yang lebih canggih yang memungkinkan robot mampu menjelajahi dan berinteraksi dengan dunia dengan cara baru, atau membangun kaki palsu yang mampu menyentuh tingkat sensitivitas sentuhan manusia,” tambah Fengyuan Liu, anggota kelompok BEST dan rekan penulis makalah.