Ilmuwan Temukan Cacing Kapal Raksasa di Filipina

21 April 2017 19:38 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Cacing kapal. (Foto: PNAS.ORG)
zoom-in-whitePerbesar
Cacing kapal. (Foto: PNAS.ORG)
Mata para ilmuwan dunia kini tertuju ke Filipina setelah di sana ditemukan spesimen kampang, atau dalam bahasa Inggris dikenal cacing kapal (shipworm), yang masih dalam keadaan hidup. Sekelompok ilmuwan yang berasal dari Amerika Serikat, Filipina, dan Prancis, menemukan dan mengumpulkan lima cacing kapal raksasa di teluk Mindanao, Filipina. Yang lebih menariknya lagi adalah cacing kapal yang terbungkus dalam cangkang keras seperti pipa ini memiliki ukuran raksasa dengan panjang mencapai 1,5 meter dan lebar diameter 6 cm. Kendati memiliki nama cacing kapal, namun makhluk ini sejatinya adalah sebangsa moluska, masuk dalam rumpun yang sama dengan kerang dan remis. Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS), spesies langka dan misterius yang juga dikenal sebagai Kuphus polythamia ini merupakan moluska hidup terpanjang yang diketahui manusia. Sebuah video menunjukkan para ilmuwan membuka salah satu ujung cangkang cacing kapal dan kemudian mengguncangnya dengan lembut untuk mengeluarkan organ tubuh. Makhluk hitam panjang dan licin terlihat meluncur keluar dari cangkang yang menyerupai pipa.
ADVERTISEMENT
Penemuan ini menjadi sorotan karena selama beberapa tahun terakhir belum pernah ada cacing kapal yang dipelajari ilmuwan dalam keadaan hidup. Kebanyakan cacing kapal yang ditemukan untuk diteliti dalam keadaan sudah mati. "Walau orang telah mengetahui (hewan ini) ada, mereka tidak mengetahui hal-hal yang paling sederhana tentang mereka (cacing kapal). Itu adalah organisme yang sangat misterius," ucap salah satu peneliti Dan Distel. Cacing kapal raksasa ini unik bukan hanya dari ukurannya saja, tetapi juga makanannya yang berasal dari endapan lumpur dan sedimen laut dengan menggunakan sejenis bakteri. Oleh karena itu spesies ini memiliki sistem pencernaan jauh lebih kecil dibandingkan dengan kampang lainnya. Cacing kapal memiliki bakteri yang hidup di dalam cangkangnya, mengubah bahan kimia dari kayu yang membusuk menjadi energi dan nutrisi, mirip dengan apa yang dilakukan tanaman dengan sinar matahari.
ADVERTISEMENT