Ini Alasan Rapat Virtual Zoom Wantiknas Kena Zoombombing Video Porno

16 April 2020 19:21 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Video conference menggunakan Zoom. Foto: Dok. Zoom
zoom-in-whitePerbesar
Video conference menggunakan Zoom. Foto: Dok. Zoom
ADVERTISEMENT
Siapa sangka kasus 'Zoombombing' terjadi dalam virtual meeting Zoom yang diikuti oleh orang-orang penting di Indonesia. Diskusi online yang diinisiasi oleh Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) berhasil disusupi orang tak dikenal dan menampilkan potongan video porno.
ADVERTISEMENT
Salah satu pembicara diskusi yang bertajuk 'Kolaborasi Multistakeholders untuk Memerangi Hoax dan Disinformasi di Tengah Pandemi Covid-19', Ismail Fahmi bercerita mengaku kaget ketika potongan video porno itu muncul saat ia sedang memberikan presentasi dalam acara tersebut.
"Saya pas ngomong ndak lihat sih, cuma di-takeover ya sama bomber (video porno). Sangat mengganggu itu. Konsentrasi jadi buyar semua dan memalukan kan," ungkap pria yang menjabat direktur PT Media Kernels Indonesia (Drone Emprit) kepada kumparan, Kamis (16/4).
Saat itu, Ismail sedang memberikan pemaparan tentang analisis big data untuk pemetaan disinformasi di media sosial. Ketika ia sedang berbicara, sempat terjadi perubahan tampilan layar, namun hanya berlangsung sesaat. Hal itu membuat kaget banyak para peserta yang berjumlah sekitar 100 orang dalam virtual meeting Zoom.
ADVERTISEMENT
Selain Ismail, konferensi video yang diselenggarakan Wantiknas pada Kamis (16/4) pukul 10.00 WIB itu juga diikuti oleh Ilham Habibie (Ketua Tim Pelaksana Wantiknas), Garuda Sugardo (Anggota Tim Pelaksana Wantiknas), Widodo Muktiyo (Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo), dan Ricardo Indra (Telkomsel) sebagai moderator.
Zoombombing di konferensi Wantiknas, Kamis (16/4). Foto: Dok. Istimewa

Kesalahan saat virtual meeting Zoom

Ismail menjelaskan apa yang terjadi pada peristiwa itu sama dengan yang terjadi pada kasus Zoombombing di Singapura. Pada kasus tersebut, orang asing masuk ke dalam virtual meeting di salah satu sekolah di Singapura dan menyuarakan kata-kata rasis.
Saat diskusi online Wantiknas, pelaku memakai nama asal-asalan, yaitu Bin Laden, tanpa ada identitas institusi. Ia juga mengeluarkan kata-kata rasis dan gambar tidak senonoh.
ADVERTISEMENT
"Apa yang terjadi barusan itu sama seperti yang terjadi di Singapura. Kalau di sana ada video tidak senonoh sama video kata-kata kasar. Tadi pun juga sama. Dia nulis 'Nigger' itu kan perkataan rasis sebetulnya," terangnya.
Menurut analisis kumparan disertai referensi berbagai sumber, ada dua kesalahan yang terjadi pada kasus Zoombombing video conference Wantiknas. Admin forum diskusi Wantiknas tidak mengaktifkan fitur Waiting Room dan menyebarkan Meeting ID dan Password.
Ismail mengakui bahwa sebenarnya acara itu bersifat umum atau boleh diikuti oleh siapa pun, tidak hanya wartawan. Wantiknas juga membagikan gambar promosi diskusi itu di media sosial. Sayangnya, gambar itu menampilkan Meeting ID dan password secara terang-terangan.
Kelemahan dari sisi pengguna juga turut menambah kemudahan peretasan dalam virtual meeting yang dilakukan di aplikasi Zoom. Hal itu terlepas dari banyaknya kasus keamanan dan privasi yang terjadi pada Zoom.
ADVERTISEMENT
"Zoom itu kan terkenal sangat mudah digunakan. Orang itu suka Zoom apa? Karena sangat mudah. Kita terhubung share langsung masuk. Tapi lupa mengamankan 'kuncinya'. Publik engga di-encourage untuk menyalakan itu," jelas Ismail.
"Sebenarnya bukan kelemahan di Zoom-nya saja atau di teknologinya itu sendiri atau apa gitu. Tetapi di human interact, behavior-nya itu tidak memaksa user untuk mengamankan. Zoom tidak memberitahukan kepada pengguna behavior 'oh aku harus hati-hati nih'." tambahnya.

Tips aman tidak disusupi

Ismail menyampaikan, saat ini Zoom telah melakukan pembaruan dalam aplikasi mereka. Pengguna yang masih setia menggunakan Zoom diminta untuk memperbarui aplikasinya agar tidak mudah disusupi atau terkena Zoombombing.
Pada pembaruan Zoom tersebut, terdapat pengaturan standar atau default keamanan yang lebih baik. Fitur Waiting Room sudah aktif secara default dan partisipan tidak bisa share screen secara sembarangan.
ADVERTISEMENT
Satu yang paling penting adalah jangan sebar atau membagikan Meeting ID dan Password secara sembarangan dan dipublikasi di media sosial.
"Jangan sembarangan menyebar ID dan password. Jadi bisa dengan sangat mudah, dia dapat ID password dan di-share. Orang enggak tahu bahwa itu berbahaya jika seseorang bisa masuk. Apalgi di-share di Twitter. Bisa masuk pencarian Google itu akan ketemu. Enggak perlu susah-susah," sarannya.
Insiden tersebut sudah mendapat tanggapan dari Direktur Eksekutif Wantiknas, Gerry Firmansyah. Ia meminta maaf atas gangguan Zoombombing pornografi yang terjadi selama acara diskusi tersebut. Dia juga mengatakan bahwa Wantiknas sedang mendalami kasus tersebut.
"Mengenai acara Diskusi TIK-Talk#19 tadi siang kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas gangguan teknis yang terjadi sehingga menyebabkan ketidaknyamanan selama berlangsungnya acara," kata Gerry, saat dihubungi kumparan, Kamis (16/4). "Kami sedang mendalami fakta terkait dan menjadi perhatian kami untuk perbaikan mekanisme ke depan," katanya.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, siapa dan berapa jumlah pelaku penyusup Zoombombing di acara video call Wantiknas belum diketahui.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!