Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Beberapa hari lagi, robot humanoid Sophia akan datang ke Jakarta. Robot itu akan menghadiri konferensi tahunan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang bakal diselenggarakan di Hotel Borobudur, Jakarta, pada 16 hingga 17 September 2019.
ADVERTISEMENT
Ini akan menjadi pertama kalinya Sophia datang ke Indonesia. Pada konferensi tersebut, Sophia dijadwalkan akan berbincang dengan Presiden Joko Widodo.
Sophia sendiri dikenal sebagai robot humanoid paling mutakhir yang memiliki kemampuan layaknya manusia. Ia diciptakan oleh perusahaan teknologi Hanson Robotics yang bermarkas di Hong Kong, dan mulai diaktifkan pada 14 Februari 2016.
Robot ini memiliki kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dapat menyimulasikan percakapan. Agar wujudnya semakin mirip manusia, Hanson Robotics mendesain wajah Sophia berdasarkan aktris Audrey Hepburn.
Selain itu, Sophia disematkan kamera untuk pemrosesan data grafis dan pengenalan wajah. Robot ini juga memiliki kemampuan untuk mengikuti ekspresi wajah manusia, dan sejak 2018, ia sudah punya kaki sendiri.
Sophia juga bukan robot biasa. Ia tercatat sebagai robot pertama yang memiliki kewarganegaraan. Pemerintah Arab Saudi memberikan status tersebut pada Oktober 2017.
ADVERTISEMENT
“Hanson Robotics mengembangkan robot (Sophia) untuk interaksi manusia dan robot. Kami mendesain robot ini untuk melayani kesehatan, terapi, pendidikan, dan aplikasi layanan pelanggan,” jelas David Hanson, selaku CEO Hanson Robotics, dalam sebuah wawancara pada tahun 2016 lalu.
Kemampuan berbincang Robot Sophia dengan manusia
Kemampuan Sophia untuk berbincang dengan manusia memang sudah dikenal luas. Setidaknya, Sophia pernah datang ke acara The Tonight Show yang dibawakan Jimmy Fallon, hingga kencan dengan aktor Will Smith di Kepulauan Cayman.
Meski kemampuan Sophia untuk berbincang dengan manusia terkenal, sebagian besar orang mungkin memiliki miskonsepsi terhadap kemampuan Sophia.
Pada 2017 lalu, misalnya, Ben Goertzel, yang saat itu menjabat sebagai Chief Scientist di Hanson Robotics, menjelaskan bahwa Sophia tidak memiliki artificial general intelligence (AGI). AGI itu sendiri adalah istilah yang merujuk kepada kecerdasan yang setara dengan manusia.
ADVERTISEMENT
Klarifikasi tersebut disampaikan oleh Goertzel setelah rekannya, Hanson, menyatakan Sophia itu ‘hidup’ seperti manusia pada saat menghadiri acara The Tonight Show.
Pada dasarnya, percakapan yang Sophia lakukan bekerja selayaknya chatbot. Kecerdasan buatan Sophia diprogram dengan pemrosesan bahasa natural, di mana terdapat skrip pra-tertulis yang nantinya akan dikomunikasikan oleh dia sesuai dengan topik pembicaraan yang sedang berlangsung.
Meski demikian, kita tidak dapat serta merta mengatakan bahwa Sophia hanyalah sekadar chatbot. Pasalnya, Sophia memiliki berbagai macam fitur yang memerlukan jaringan yang rumit. Keberadaan Sophia sendiri menunjukkan bahwa penciptaan robot dengan kesadaran penuh layaknya manusia mungkin akan segera hadir di masa depan.
“Saya seorang yang optimis dengan kemunculan AGI, dan saya yakin kami akan sampai di sana dalam 5 hingga 10 tahun dari sekarang,” kata Goertzel dalam wawancaranya dengan The Verge pada 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada dari ini (Sophia) yang saya sebut sebagai AGI, tetapi juga tidak mudah untuk (membuatnya) bekerja. Dan ini (Sophia) sangat mutakhir dalam hal integrasi dinamis dari persepsi, tindakan, dan dialog,” tambahnya.