Investor Gugat Mantan CEO Uber Agar Keluar dari Dewan Direksi

11 Agustus 2017 15:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Travis Kalanick (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)
zoom-in-whitePerbesar
Travis Kalanick (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)
ADVERTISEMENT
Nasib sial terus dialami Travis Kalanick. Setelah dipaksa melepas jabatan CEO Uber, Kalanick kini digugat oleh perusahaan modal ventura, Benchmark Capital, untuk mundur dari dewan direksi. Benchmark sendiri adalah investor awal Uber, yang saat ini memiliki saham Uber sebesar 13 persen dan menguasai 20 persen hak suara. Gugatan hukum diajukan di pengadilan di Delaware pada Kamis (10/8), dengan klaim Kalanick tidak menghormati persyaratan pengunduran dirinya dan telah berusaha mengubah susunan dewan direksi untuk keuntungannya sendiri, serta berencana mempertahankan kekuasaannya di perusahaan walau sudah dipaksa mengundurkan diri sebagai CEO pada Juni lalu menyusul serangkaian skandal. Sementara Kalanick, melalui juru bicaranya, mengatakan gugatan tersebut sama sekali tidak beralasan. Ia bahkan menuduh balik bahwa Benchmark hanya mementingkan dirinya sendiri dibandingkan Uber. "Tuntutan itu sama sekali tidak pantas dan penuh dengan kebohongan dan tuduhan palsu. Ini bukti Benchmark bertindak demi kepentingan terbaiknya yang bertentangan dengan kepentingan Uber, karyawan, dan pemegang saham lainnya. Tuntutan Benchmark adalah usaha transparan untuk mencabut hak Travis Kalanick sebagai pendiri dan pemegang saham dan untuk membungkam suaranya mengenai manajemen perusahaan yang telah ia bantu ciptakan. Travis bakal terus bertindak untuk kepentingan Uber dan semua pemegang saham dan yakin bahwa klaim yang sama sekali tidak mendasar itu akan ditolak," kata Kalanick, dikutip Recode.
ADVERTISEMENT
Logo Uber (ilustrasi). (Foto: REUTERS/Thomas White)
zoom-in-whitePerbesar
Logo Uber (ilustrasi). (Foto: REUTERS/Thomas White)
Menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, gugatan hukum ini dipicu oleh sikap Kalanick yang belum menandatangani kesepakatan yang dibuatnya dengan investor, termasuk Benchmark, saat dia dipaksa mundur dari CEO pada Juni lalu. Dia kemudian setuju untuk menyerahkan kemampuannya menunjuk tiga kursi tambahan ke dewan direksi, sebuah kekuatan yang dia pegang baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kepemilikan di saham biasa dan istimewa. Kalanick menjanjikan ini dalam surat pengunduran dirinya, kata sumber tersebut. Nyatanya, Kalanick malah menduduki salah satu kursi kosong tersebut setelah lengser, dan ini tidak disetujui oleh Benchmark yang sejak awal ingin menghilangkan Kalanick dari dewan direksi. Dengan sisa dua kursi kosong, Kalanick rupanya belum juga menandatangi dokumen yang akan mengembalikan kursi tersebut ke kendali dewan. Uber dan Benchmark Capital sendiri belum memberikan komentar lebih lanjut mengenai masalah ini.
ADVERTISEMENT