Investor Mau Lengserkan Jack Dorsey Sebagai CEO Twitter

2 Maret 2020 13:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jack Dorsey, pendiri dan CEO Twitter. Foto: Anushree Fadnavis/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Jack Dorsey, pendiri dan CEO Twitter. Foto: Anushree Fadnavis/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
CEO Twitter, Jack Dorsey, kabarnya mau dilengserkan dari posisinya oleh investor. Paul Singer, miliarder pendiri Elliott Management, aktivis pendanaan yang memegang saham Twitter, disebut mau mendorong perubahan di Twitter.
ADVERTISEMENT
Salah satu perubahan yang ingin dilakukan adalah mengganti Dorsey, menurut laporan Bloomberg. Kabarnya, ada empat direktur yang dinominasikan oleh Elliott Management kepada dewan direksi Twitter.
Sebenarnya, hanya ada tiga kursi direksi yang tersedia dalam agenda tahunan Twitter pada 2020, tapi Elliott ingin memastikan semua nominasi direktur itu terisi. Namun, tidak diketahui secara detail berapa nilai saham Twitter yang dikuasai oleh Elliott.
Menurut sumber Bloomberg, Elliott telah mendekati Twitter terkait keinginan perubahannya itu secara diam-diam. Diskusi pun sudah dijalin sejak itu.
CEO Twitter, Jack Dorsey. Foto: Joshua Roberts/Reuters
Salah satu alasan Elliott ingin melengserkan Dorsey kabarnya disebabkan terpecahnya fokus Dorsey yang memimpin dua perusahaan. Selain media sosial Twitter, Dorsey juga diketahui memimpin perusahaan pembayaran bernama Square.
Sejak Dorsey kembali menjabat CEO Twitter pada Juli 2015, nilai saham perusahaan turun sebesar 6,2 persen. Di sisi lain, pesaing mereka Facebook mendulang kenaikan hingga 121 persen.
ADVERTISEMENT
Keinginan Dorsey menghabiskan waktu di Afrika selama enam bulan pada tahun ini juga menjadi pertimbangan lain aktivis investor Elliott, seperti dilaporkan CNBC.
Tentu kabar ini menjadi tantangan yang berat bagi Twitter. Apalagi, platform media sosial berlogo burung biru itu sedang menghadapi penyebaran informasi hoaks seputar virus corona, pelecehan, bullying, hingga kampanye pemilu AS yang telah di depan mata.