Jalan Panjang Siaran Televisi di Indonesia dari Siaran Analog hingga Digital

2 November 2022 13:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menonton tv jadul. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menonton tv jadul. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Televisi masih menjadi medium favorit yang digandrungi masyarakat Indonesia. Survei BPS 2021 menyebut 89,96 persen masyarakat di Tanah Air masih menonton TV.
ADVERTISEMENT
Maka, migrasi siaran TV analog ke digital pun dapat menjadi angin segar bagi para penikmat siaran TV. Masyarakat kini bisa menikmati siaran TV dengan lebih jernih lagi. Kualitasnya mencapai high definition.
TV sendiri punya sejarah panjang. Jauh sebelumnya, TV adalah barang eksklusif yang hanya bisa dinikmati kalangan tertentu. Lantas, bagaimana sejarahnya?

Sejarah TV di Dunia

Penemuan televisi sepanjang zaman ke zaman ternyata melibatkan banyak pihak. Hal ini terlihat dari awal mula bagaimana televisi bisa dijadikan sebuah gambar visual dan audio yang ditayangkan.
Semua bermula dari hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday pada tahun 1831. Penemuan gelombang itu tersebut ternyata kian berkembang, hingga pada tahun 1876, Goerge Carey berhasil membuat selenium kamera yang bisa membuat seseorang melihat gelombang listrik, atau yang disebut dengan sinar katoda.
Seorang pekerja warung makan menonton siaran TV analog di Cisaranten, Bandung, Jawa Barat, Kamis (17/2/2022). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Pengembangan pun terus mereka lakukan. Hingga pada tahun 1884, Paul Nipkow, seorang mahasiswa dari Jerman berhasil mengirimkan gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut dengan teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis. Nipkow berhasilkan menciptakan televisi mekanis, yaitu prinsip gambar kecil yang dibentuk oleh elemen-elemen secara teratur (scanning device).
ADVERTISEMENT
Penemuan itu diteruskan penemuan John Logie Baird yang berasal dari Skotlandia. Baird berhasil menemukan cara pemancaran gambar bergerak di London pada tahun 1925 dan diikuti dengan gambar bergerak monokrom pada tahun 1926.
Dengan temuannya itu, Baird berhasil menghasilkan gambar beresolusi 30 baris vertikal. Temuan Baird itu pun kemudian jadi demonstrasi pertama televisi. Stasiun televisi pertama di dunia saat itu adalah W2XB yang berdiri pada tahun 1928 di New York, Amerika Serikat.

Sejarah Televisi di Indonesia

Di Indonesia, sejarah pertelevisian dimulai pada era Orde Lama. Siaran televisi pertama kalinya di ditayangkan tanggal 17 Agustus 1962 yaitu bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 17.
Pada saat itu, siaran pun hanya berlangsung mulai pukul 07.30 sampai pukul 11.02 WIB untuk meliput upacara peringatan hari Proklamasi di Istana Negara. Siaran perdana ini dilakukan sebagai siaran uji coba.
Infografik TV Digital. Foto: kumparan
Namun, yang menjadi tonggak Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games ke IV di Stadion Utama Senayan. Adanya kerja sama antara Panitia Persiapan Pembangunan Televisi di Indonesia dengan tim dari Televisi Organizing Commite Asian Games IV berhasil meluncurkan siaran perdananya bagi warga Jakarta di Gelora Bung Karno pada 24 Agustus 1962, lalu.
ADVERTISEMENT
Momen itu jugalah yang dinyatakan sebagai hari jadi stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI). Meski begitu, peresmian TVRI baru disahkan oleh pemerintah pada 20 Oktober 1963.
Pekerja melakukan perawatan rutin sebuah menara pemancar milik televisi swasta yang ada di kawasan Joglo, Jakarta Barat, Kamis (25/8/2022). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Pada 16 Agustus 1967, untuk pertama kalinya Indonesia meluncurkan Satelit Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) dengan Satelit Palapa A1 untuk kelancaran penyiaran. Satelit ini mampu menjangkau 27 provinsi di Indonesia dan dapat pula menjangkau ASEAN.
Kala itu, TVRI jadi satu-satunya stasiun televisi di Indonesia yang mampu menjangkau wilayah nusantara hingga ke pelosok. TVRI memanfaatkan satelit komunikasi ruang angkasa yang kemudian berperan sebagai corong pemerintah kepada rakyat saat itu.
Pada 24 Agustus 1989, muncul stasiun TV swasta Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kehadiran stasiun TV ini disambut baik oleh masyarakat. RCTI merupakan stasiun TV swasta pertama yang berhasil mengudara.
Kain hitam bertuliskan #SAVE TVRI di kantor TVRI, Jakarta. Foto: Dok. Istimewa
Awalnya, RCTI bersiaran melalui jaringan kabel untuk seputar Jakarta dengan sistem pay-television atau sistem berlangganan. Hingga, pada Agustus 1990, RCTI diizinkan mengudara secara bebas. Pada saat itu, beberapa siaran terbatas untuk wilayah Jabotabek saja dan masih membutuhkan decoder.
ADVERTISEMENT
Pada 24 Agustus 1990, Surya Citra Televisi juga menyusul hadir sebagai stasiun televisi swasta. Disusul dengan stasiun TV lainnya seperti TPI, ANTV, Indosiar, Metro TV, TV & dan Lativi.

Perkembangan Televisi Digital di Indonesia

Langkah awal siaran TV digital di Indonesia sudah dimulai sejak 1997 dalam format TV digital satelit. Tapi, langkah migrasi itu ternyata masih belum masif. Sebab, masih banyak hal yang harus dipersiapkan.
Pada tahun 2004, Tim Nasional Migrasi Televisi dan Radio melakukan sejumlah kajian terhadap penyiaran TV digital. Kemudian, diskusi seminar, workshop dan lokakarya juga mulai gencarkan untuk persiapan migrasi dari TV analog ke TV Digital.
Kemudian, pada pertengahan 2006, migrasi ini mulai melakukan uji coba siaran TV digital dengan menggunakan channel 34 UHF untuk standar DVB-T dan ch 27 UHF untuk standar T-DMB.
ADVERTISEMENT
Nah, dari hasil uji coba tersebut dapat dilihat bahwa DVB-T mampu me-multiplex-kan beberapa program sekaligus. Enam program siaran dapat “dimasukkan” secara serentak ke dalam satu kanal TV dengan kualitas cukup baik.
Berdasarkan serangkaian telaah ilmiah, konsultasi publik dan uji coba itu, pemerintah mengambil keputusan untuk menggunakan standar DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial ) penyiaran digital seperti yang dipakai di kawasan Eropa. Kini, siaran TV analog disuntik mati secara bertahap dan berganti menjadi siaran digital.
Reporter: Tri Vosa Ginting