Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Angka tersebut naik 500 juta dari 1,5 miliar pengguna WhatsApp pada 2018 lalu. Jumlah pengguna mereka masih kalah dibanding induknya, Facebook, yang telah mencapai 2,5 miliar pengguna, menurut laporan The Wall Street Journal.
Dalam sebuah pernyataan di blog resminya, WhatsApp memanfaatkan momen ini untuk menegaskan kembali pentingnya enkripsi pesan para penggunanya. CEO WhatsApp, Will Cathcart, bahkan mempertegas bahwa perusahaan tidak memiliki rencana untuk menonaktifkan enkripsi di aplikasi pesan instannya.
"Untuk semua sejarah manusia, masyarakat telah dapat berkomunikasi secara pribadi satu sama lain, dan kami tidak berpikir itu (enkripsi) harus hilang dalam masyarakat modern," katanya kepada The Wall Street Journal.
WhatsApp sering menjadi sorotan pemerintah dunia soal sistem enkripsi tersebut. Sebab, regulator dan pihak keamanan kesulitan melacak penjahat yang menyalahgunakan aplikasi sebagai media komunikasi untuk aksi terorisme, eksploitasi anak, dan kejahatan lainnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, WhatsApp bukan berarti tertutup terkait kasus kejahatan. Cathcart menambahkan, pihaknya bakal menyediakan metadata yang dibutuhkan dan benar-benar berguna untuk investigasi.
Di masa depan, Cathcart menyebut perusahaannya kini tengah fokus membuat WhatsApp dapat terintegrasi dengan layanan Facebook lain, rencana yang sama diungkap CEO Facebook Mark Zuckerberg pada 2019 lalu. Namun, integrasi ini diakuinya memiliki keterbatasan, misal, beberapa fitur di aplikasi Messenger mungkin tidak dapat diterjemahkan ke dalam WhatsApp.