Kekayaan Mark Zuckerberg Turun Rp 103 Triliun dalam Sehari, Ini Penyebabnya

27 Juni 2020 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO Facebook Mark Zuckerberg Foto: Reuters/Carlos Jasso
zoom-in-whitePerbesar
CEO Facebook Mark Zuckerberg Foto: Reuters/Carlos Jasso
ADVERTISEMENT
Kekayaan pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckerberg, menurun sebesar 7,21 miliar dolar AS atau sekitar Rp 103,5 triliun dalam 24 jam terakhir. Hal tersebut membuat Zuckerberg mesti rela turun ke posisi empat dalam daftar orang terkaya di dunia, di bawah bos Louis Vuitton Bernard Arnault, pendiri Microsoft Bill Gates, dan CEO Amazon Jeff Bezos.
ADVERTISEMENT
Penurunan kekayaannya Zuckerberg itu terjadi setelah sejumlah perusahaan besar di AS kompak mencabut iklan mereka di Facebook. Menurut laporan Bloomberg, saham Facebook turun sebesar 8,3 persen dan terkoreksi hingga 58 miliar dolar AS dalam perdagangan bursa pada Jumat (26/6), sekaligus menandai kerugian terbesar dalam tiga bulan terakhir.
Sentimen negatif investor dalam perdagangan saham itu menyusul pengumuman Unilever, salah satu pengiklan terbesar di Facebook, bahwa mereka akan berhenti beriklan di perusahaan media sosial tersebut pada tahun ini.
Unilever menjadi perusahaan besar AS terbaru yang memboikot Facebook. Sebelumnya, ada raksasa telekomunikasi AS, Verizon, yang juga mengumumkan pencabutan iklan mereka di Facebook dan Instagram, hingga media sosial tersebut berhasil mengatasi ujaran kebencian dan hoaks di platform-nya.
ADVERTISEMENT
Langkah serupa juga diambil oleh Coca-Cola. Merek minuman bersoda itu memutuskan menyetop iklan berbayar mereka di semua media sosial hingga 30 hari ke depan.
CEO Facebook Mark Zuckerberg di panggung konferensi F8. Foto: Stephen Lam/Reuters
Facebook sendiri tengah berada dalam badai aksi boikot perusahaan yang jadi pengiklan di platform mereka. Boikot ini menyusul surat terbuka organisasi nirlaba Liga Anti-Fitnah (Anti-Defamation League/ADL) pada 17 Juni 2020, yang meminta perusahaan-perusahaan besar berhenti berbisnis dengan Facebook karena media sosial itu telah jadi ladang kebencian dan hoaks.
Berbeda dengan Twitter, Facebook tidak melabeli konten ujaran kebencian dan hoaks yang ada di platform mereka. Hal tersebut kemudian mendorong para aktivis dan karyawan Facebook itu sendiri untuk mengkritik kebijakan perusahaan.
Menanggapi kritik tersebut, Mark Zuckerberg mengumumkan pada Jumat (26/6) bahwa pihaknya akan melabeli semua posting-an yang berhubungan dengan pemilu AS dengan tautan yang mendorong pengguna untuk melihat pusat informasi pemilu. Facebook juga akan memperluas definisi tentang ujaran kebencian yang dilarang, serta menambahkan klausul bahwa tidak akan ada iklan yang ditampilkan dalam posting-an yang diberi label berbahaya oleh Facebook.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada pengecualian untuk politisi dalam kebijakan apa pun yang saya umumkan di sini hari ini," kata Zuckerberg.
Logo Facebook di konfereni tahunan F8 2019. Foto: Stephen Lam/Reuters