Kenalan dengan Crystal Widjaja, Si Pengolah Big Data Go-Jek

15 September 2017 7:27 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
34
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SVP Business Intelligence Go-Jek Crystal Widjaja (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SVP Business Intelligence Go-Jek Crystal Widjaja (Foto: Resnu Andika/kumparan)
ADVERTISEMENT
Suatu hari di Mei 2015, Crystal Widjaja sedang berselancar informasi dengan mesin pencari Google. Dia memasukkan kata kunci "HR Go-Jek."
ADVERTISEMENT
Lima bulan sebelumnya, pada Januari 2015, Go-Jek baru saja meluncurkan aplikasinya untuk pengguna di Jabodetabek. Kabar fenomenal dan segala kontroversi terkait Go-Jek, ternyata sampai ke telinga Crystal yang tinggal nun jauh di sana: San Jose, California.
Dari hasil googling dan mengecek LinkedIn, Crystal menemukan nama Monica Oudang. Dia adalah bos urusan sumber daya manusia di Go-Jek. Crystal kirim email ke Monica, menanyakan apakah Go-Jek membutuhkan seseorang untuk bekerja di unit business intelligence? Jika perusahaan ini membutuhkan, Crystal bilang dia bersedia pindah, dari San Jose ke Jakarta.
Monica membalas email itu dan menyatakan Go-Jek membutuhkan seorang untuk membantu unit business intelligence.
"Jadi, satu minggu setelah itu, saya pindah ke Indonesia untuk Go-Jek," kenang Crystal.
ADVERTISEMENT
Itu cerita Crystal Widjaja sekitar dua tahun lalu yang bergabung dengan Go-Jek di Juli 2015. Sekarang, dia menjabat sebagai Senior Vice President Business Intelligence Go-Jek Indonesia.
Sebelum bekerja untuk Go-Jek, lulusan University of California, Berkeley, jurusan Metode Empiris ini, pernah kerja untuk beberapa startup di California dan dia sempat terlibat riset tentang ekosistem modal ventura, merger dan akuisisi, dalam ekosistem startup. Di sana dia belajar "betapa gilanya" startup di Silicon Valley tumbuh.
Crystal lahir di Texas, 21 Mei 1991, dan tumbuh besar di Amerika Serikat. Orang tuanya kelahiran Jakarta, lalu pindah ke Amerika Serikat. Crystal sendiri berkebangsaan Indonesia dan kembalinya dia ke Indonesia ini adalah "pulang kampung" dengan semangat membantu Go-Jek memberi dampak sosial lebih besar.
ADVERTISEMENT
Pimpin Divisi Business Intelligence Go-Jek
Go-Jek adalah perusahaan yang sadar betul mereka berada dalam era data-and-analytic centric. Sebuah era di mana perusahaan dengan jumlah pengguna besar, pasti memiliki data mentah dalam jumlah besar, dan data itu harus diolah dan dianalisis agar menjadi informasi yang berfaedah untuk divisi dan organisasi.
Tugas ini dilakukan oleh divisi business intelligence, di mana Crystal adalah salah satu di antaranya. Dia bukan cuma berjibaku dengan data pengguna atau penumpang, tetapi juga data mitra pengemudi yang kini jumlahnya telah mencapai 300.000 anggota di 50 kota.
ADVERTISEMENT
Tim ini bertugas membangun fondasi data. Data itu adalah segala yang masuk dari sistem back-end di Go-Jek. Lokasi. Profil pengguna. Profil mitra. Transaksi. Semuanya bisa jadi data. Mulai dari Go-Ride sampai dengan Go-Tix.
Tugas yang dilakukan bisa berupa menciptakan sebuah alat (tools) agar data tertentu bisa diakses dan dipakai oleh divisi lain. Misalnya begini, Crystal dan tim harus menyediakan tools agar tim Go-Food bisa mencari tahu merchant apa saja yang telah bertambah dari pekan ke pekan. Detail dari merchant itu pun bisa dilacak. Berapa banyak ordernya. Berapa besar transaksi di sana. Semua bisa dicari secara self-service oleh tim Go-Food yang kini memiliki 100.000 merchant.
Atau bisa juga begini. Crystal dan tim membangun fitur otomatisasi yang akan mengirim email analisis ad-hoc secara otomatis dalam frekuensi waktu tertentu. Email itu berisi model statistik, visualisasi data, laporan analitik, atau ringkasan data. Data-data tersebut dikirim untuk menjawab pertanyaan bisnis.
ADVERTISEMENT
"Kami selalu menelusuri data untuk menemukan korelasi unik apa yang bisa kami gunakan sebagai kesempatan untuk bisnis," kata Crystal.
SVP Business Intelligence Go-Jek Crystal Widjaja (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SVP Business Intelligence Go-Jek Crystal Widjaja (Foto: Resnu Andika/kumparan)
Data yang diolah dan dianalisis oleh tim ini ditargetkan bisa menemukan insight menarik dan pada akhirnya nanti, diharapkan bisa menjawab berbagai tantangan, membantu perusahaan dalam mengambil keputusan, dan meningkatkan pengalaman pengguna aplikasi Go-Jek.
Apa yang dilakukan Crystal dan tim juga akan menemukan pola kebiasaan orang Jakarta, misalnya dalam bertransportasi. Dia menemukan bahwa stasiun kereta dan halte TransJakarta adalah lokasi yang paling banyak dituju oleh pengguna Go-Ride yang berangkat dari rumah untuk menuju ke kantor. Setelah naik transportasi publik dan berada di tengah kota, pengguna ini kembali memakai Go-Ride untuk menuju kantornya.
ADVERTISEMENT
"Jadi, lokasi jemput dan tujuan antar paling banyak adalah stasiun kereta dan halte busway. Jarak rata-ratanya adalah 5 sampai 10 kilometer. Go-Jek sering jadi perjalanan awal dan perjalanan terakhir bagi pengguna," terang Crystal.
Itu adalah kebiasaan pemakai Go-Jek jika di hari kerja. Tetapi ketika di akhir pekan, tren tujuan antar dan jemputnya beda lagi, karena Crystal mencatat di Jumat malam hingga hari Minggu, tujuan favorit pengguna Go-Jek adalah mal.
"Saya pikir mal jadi tempat terbaik untuk berkumpul dan bertemu teman-teman," tuturnya.
SVP Business Intelligence Go-Jek Crystal Widjaja (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SVP Business Intelligence Go-Jek Crystal Widjaja (Foto: Resnu Andika/kumparan)
Mengolah data mentah bisa jadi sangat memusingkan. Tapi bagi Crystal dan timnya yang beranggotakan 45 orang, itu semua bisa jadi adalah kenikmatan. Semua data diamati untuk memastikan tim lain mendapat pasokan data yang tepat guna memantapkan langkah strategis yang diprioritaskan. Mereka juga menganalisis bagaimana cara pengguna Go-Jek berinteraksi dengan aplikasinya.
ADVERTISEMENT
Go-Jek sendiri tumbuh dengan sangat pesat, yang menurut Crystal, jumlah pesanan Go-Ride di kuartal tiga 2017 ini tercatat menyamai seluruh jumlah pesanan Go-Ride di tahun 2016.
"Kami harus terus menjaga performa itu. Kami harus banyak melakukan pengukuran sistem. Banyak anggota kami yang bekerja di desain arsitektur terkait data dan bagaimana kami bisa membuat sistem untuk memproses data kompleks," papar Crystal.
Apa yang telah dicapai Go-Jek saat ini pun tak hanya dilihat dalam lingkup nasional, tapi juga internasional. Majalah Fortune beberapa waktu lalu menempatkan Go-Jek di posisi ke-17 dalam daftar perusahaan yang mengubah dunia. Ia bersanding dengan perusahaan populer semacam Apple, Microsoft, dan Unilever.
Fortune mengatakan Go-Jek mampu melanjutkan perekonomian kota di mana bisnis-bisnis UMKM terbantu dengan pelonjakan pendapatan setelah menjadi mitra perusahaan. Mitra pengemudi juga sangat terbantu dari sebuah ekosistem yang dibangun oleh Go-Jek.
ADVERTISEMENT
Pencapaian ini tak bisa dilepaskan dari peran Crystal dan tim business intelligence yang selama dua tahun terakhir mengawal infrastruktur data, mengalirkannya, dan menemukan wawasan berarti.