Kenapa Meta Takedown Banyak Konten Repost Pro Palestina?

29 November 2023 8:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO Meta, Mark Zuckerberg. Foto: Chris Delmas/AFP
zoom-in-whitePerbesar
CEO Meta, Mark Zuckerberg. Foto: Chris Delmas/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belakangan, banyak netizen Indonesia mengeluhkan sulitnya me-repost konten reels hingga IG story soal Palestina di platform Instagram. Ketika ada konten yang berhasil tayang di IG Story seseorang, postingan itu seketika dihapus oleh Instagram.
ADVERTISEMENT
Terbaru adalah keluhan netizen di kolom komentar postingan Reels di akun Instagram resmi kumparan yang memperlihatkan pembebasan sandera Israel gelombang kedua oleh pejuang Hamas. Netizen ramai-ramai mengatakan bahwa beberapa detik setelah me-repost konten tersebut ke IG Story, postingan tiba-tiba dihapus oleh Instagram.
"Aku repost di IG Story, cuma beberapa detik langsung kena banned IG dong," tulis salah satu komentar.
"Saya nge-share feed ini dan langsung Story kena ban Instagram. Kok bisa? Ya ampun," respons pembaca kumparan yang lain.
Pengguna yang postingan ulangnya dihapus oleh Instagram akan mendapati notifikasi bahwa kontennya dianggap melanggar Kebijakan Komunitas soal individu atau organisasi berbahaya. Jika berulang kali melanggar aturan itu, maka akun pengguna terancam dibatasi atau diblokir.
ADVERTISEMENT

Hubungan mesra Meta dan Israel

Sampai saat ini belum ada pernyataan resmi dari Meta terkait alasan kenapa mereka menghapus konten-konten bernuansa pro Palestina. kumparan juga telah mencoba menghubungi tim komunikasi Meta untuk meminta statement perusahaan atas keluhan tersebut, tapi sampai saat ini belum mendapatkan jawaban.
Terlepas dari itu semua, hapus postingan konten Palestina di Meta nyatanya tidak hanya dirasakan oleh netizen Indonesia, tapi juga beberapa negara lain di dunia yang giat menyerukan kemerdekaan Palestina, termasuk Malaysia.
Para pengunjuk rasa berbaris menuju kedutaan AS di Manila selama unjuk rasa mendukung rakyat Palestina pada 14 November 2023. Foto: EARVIN PERIAS/AFP
Sejak perang Hamas - Israel pecah pada awal Oktober lalu, Meta telah melakukan pengetatan dalam memoderasi konten. Sejak 13 Oktober 2023, mereka telah menghapus lebih dari 700 ribu postingan berbahasa Ibrani dan Arab yang melanggar aturan atau kebijakan termasuk konten bernuansa kekerasan, ujaran kebencian, terorisme, pelecehan dan tindakan kekerasan yang terorganisir.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, dalam kebijakan yang dibuat Meta tersebut, Hamas dianggap sebagai gerakan atau kelompok teroris asing. Ini sejalan dengan label yang diberikan pemerintah AS terhadap para pejuang Hamas. Pujian maupun dukungan substantif terhadap kelompok Hamas pun dihapus. Meta juga menerapkan sistem deteksi otomatis dan pemantauan manusia untuk menghapus atau memberikan label kepada konten tertentu.
Perlakukan timpang Meta terhadap para pengguna yang pro Palestina ini sebenarnya pernah dikritik oleh organisasi hak asasi manusia (HAM) dunia, seperti Human Right Watch (HRW), The Jerusalem Legal Aid and Human Rights Center, Comité pour une Paix Juste au Proche-Orient, dan CODEPINK.
Mereka menuduh Meta telah membantu upaya penindasan Israel terhadap rakyat Palestina melalui platform media sosialnya, termasuk Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Melalui situs resminya HRW mengatakan bahwa selama bertahun-tahun organisasi digital dan hak asasi manusia telah menyerukan peninjauan terhadap independensi kebijakan moderasi konten Meta.
ADVERTISEMENT
Seruan ini muncul sebagai akibat dari tindakan Meta yang dinilai dengan sengaja menyensor suara dan narasi warga Palestina serta mereka yang pro-Palestina.
“Ini mengabaikan hak kebebasan berekspresi warga Palestina yang berdampak pada kebebasan berkumpul, kebebasan berpartisipasi politik, non-diskriminasi serta semakin mendistorsi pemahaman masyarakat internasional mengenai apa yang terjadi di Palestina,” tulis HRW di situs resminya.
Terjemahan bahasa Arab di Instagram salah. Foto: Dok. Istimewa
Bahkan dalam sebuah studi “Human Rights Due Diligence of Meta’s Impacts in Israel and Palestine in May 2021” yang dilakukan oleh Business for Social Responsibility’s (BSR) yang terbit pada November 2022 lalu menemukan bukti bahwa Meta memang telah menerapkan aturan berlebihan terhadap konten berbahasa Arab dibandingkan dengan konten-konten berbahasa ibrani.
Temuan BSR mengungkapkan bahwa pengklasifikasian bahasa Arab dan Palestina di platform Meta kurang akurat dibandingkan dengan dialek lain. BSR menduga ini karena dialek bahasa Arab dan Palestina kurang umum digunakan sehingga ada kesalahan penerjemahan. Artinya, kesalahan penerjemahan di aplikasi Meta diduga akibat tidak sengaja.
ADVERTISEMENT
HRW bilang, temuan BSR ini memperkuat bukti perlakukan bias Meta terhadap konten-konten pro-Palestina, utamanya konten dengan berbahasa Arab. HRW sebenarnya telah lama meminta Meta untuk memperbaiki dampak negatif yang tidak proporsional dari moderasi konten terhadap Palestina ini. Tapi hasilnya, sampai saat ini belum ada tindakan yang tepat dari Meta untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut.
Selain itu, meski BSR secara akurat mengidentifikasi banyak faktor penyebab penerapan moderasi konten berlebih terhadap konten Palestina dan Arab, mereka menilai laporan BSR mengesampingkan peran pemerintah Israel. HRW mengungkap bahwa unit siber Israel telah mengirim banyak permintaan penghapusan ribuan konten setiap tahun ke Meta. Secara historis Meta juga merespons baik permintaan tersebut.
“Ini hanyalah salah satu contoh dari banyak contoh yang menyoroti hubungan khusus Israel dengan Meta. Israel memanfaatkan hubungan ini untuk menekan Meta agar menghapus konten Palestina, seperti yang dilakukan Menteri Pertahanan Benny Gantz selama pemberontakan Mei 2021,” tulis HRW.
ADVERTISEMENT