Kenapa Xiaomi Berani Jual HP Spek Gahar Harga Murah?

22 April 2021 8:36 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Xiaomi Poco X3 Pro Foto: Xiaomi
zoom-in-whitePerbesar
Xiaomi Poco X3 Pro Foto: Xiaomi
ADVERTISEMENT
Xiaomi terkenal sering merilis handphone (HP) ramah kantong dengan spesifikasi yang lebih baik dari pesaingnya. Namun, peluncuran Poco X3 Pro dan Poco F3 baru-baru ini menunjukkan level terbaru dari "kemurahan hati" Xiaomi.
ADVERTISEMENT
Dengan uang Rp 3,6 juta, Xiaomi menawarkan Poco X3 Pro dengan prosesor Snapdragon 860, chipset terbaik dari Qualcomm yang berjalan di jaringan 4G LTE. HP itu menambah daftar panjang smartphone Xiaomi dengan spesifikasi flagship namun dengan harga murah.
Keputusan Xiaomi tersebut boleh dibilang mengejutkan--bahkan bagi Mi Fans yang sudah terbiasa dikejutkan vendor kesayangannya. Sebab, HP vendor lain di kelas Rp 3 jutaan bahkan masih jarang yang pakai Snapdragon 700 series, prosesor dari Qualcomm untuk segmen mid-end yang kecepatannya masih di bawah 800 series.
Lantas, bagaimana bisa Xiaomi jual HP mereka dengan harga murah? Bagaimana caranya mereka untung?
Ketika ditanya soal hal tersebut, Product PR Lead POCO Indonesia Andi Renreng hanya menjawab singkat bahwa pihaknya "sangat strategis dalam menekan biaya marketing."
ADVERTISEMENT
"Kami sangat strategis dalam biaya marketing karena kita lebih menggunakan pemasaran word to mouth yang didukung oleh para fans yang militan dan bersemangat dalam membagikan soal inovasi produk kami dengan harga sebenarnya kepada kerabat dan kolega mereka," kata Andi kepada kumparanTECH, Rabu (21/4).
Logo baru Xiaomi. Foto: Xiaomi
Namun, kecerdikan Xiaomi dalam menekan biaya marketing sebenarnya hanya separuh cerita bagaimana mereka bisa bikin HP dengan harga yang kompetitif dan masih dapat untung.
Menurut pengamat gadget Lucky Sebastian, Xiaomi menerapkan beberapa strategi sekaligus agar HP yang diproduksi jauh lebih murah ketimbang vendor lain.
"Xiaomi memang membuat beberapa strategi agar bisa menekan harga smartphone walau spesifikasi yang digunakannya bagus," kata Lucky kepada kumparanTECH, Rabu (21/4).
Lucky menjelaskan, strategi pertama yang jelas diambil Xiaomi adalah dengan membatasi keuntungan dari penjualan HP mereka.
ADVERTISEMENT
Pada 2018 lalu, CEO Xiaomi Lei Jun mengungkap bahwa perusahaannya menetapkan batas atas keuntungan 5 persen. Tujuannya, kata dia, adalah agar mewujudkan filosofi Xiaomi yang hendak membuat inovasi terjangkau bagi semua orang.
"Kami melakukannya dengan keyakinan teguh bahwa strategi kami untuk memungkinkan pengguna mengakses kekuatan internet seluler akan memungkinkan kami membangun rekam jejak kami yang luar biasa saat kami berkembang lebih jauh di Asia, Eropa, dan di seluruh dunia," kata Lei Jun saat itu, seperti yang dilaporkan Asia Nikkei.
Pendiri sekaligus CEO Xiaomi, Lei Jun. Foto: Dok. Xiaomi
Lucky menjelaskan, keuntungan 5 persen yang dimaksud Xiaomi bukan hanya harga penjualan yang dikurangi biaya produksi. Batas atas keuntungan Xiaomi itu sudah termasuk purnajual, update software, dan risiko barang rusak.
Nah, ketika dibandingkan dengan keuntungan yang diraup vendor lain, Xiaomi yang lebih sedikit mematok target profit bisa menjual perangkat mereka dengan harga yang lebih murah.
ADVERTISEMENT
"Memang kebanyakan vendor mengambil keuntungan lebih dari 5 persen, karena selain keuntungan, ada biaya lain yang harus di-cover, seperti iklan atau marketing, R&D (research and development) dan lain-lain," kata Lucky.
Dalam memangkas biaya produksi, Xiaomi diuntungkan karena memiliki tiga sub-brand, yakni Mi, Redmi, dan Poco. Karena ketiga brand HP itu sering mengeluarkan HP dengan spesifikasi yang mirip, kata Lucky, berarti Xiaomi tak perlu keluar biaya yang besar demi research and development.
Biaya produksi yang lebih murah juga dimungkinkan berkat kerja sama dengan pabrik komponen smartphone. Salah satu indikasi kuat mengenai hal ini bisa dilihat dari bagaimana Xiaomi mengadopsi prosesor Qualcomm Snapdragon terbaru.
Xiaomi Poco F3 Foto: Xiaomi
Ketika Qualcomm merilis Snapdragon 888, misalnya, Xiaomi menjadi partner eksklusif untuk merilis HP pertama yang pakai chipset itu lewat Mi 11. Contoh serupa juga bisa dilihat dari penggunaan Snapdragon 860 yang diandalkan Poco X3 Pro, di saat vendor lain belum menggunakannya.
ADVERTISEMENT
Tak cuma biaya produksi, Lucky juga menduga Xiaomi bisa memangkas biaya operasional lain seperti gudang untuk menekan harga HP mereka.
"Kemudian Xiaomi pada penjualan juga lebih banyak melakukan dalam jumlah terbatas pada waktu tertentu, misalnya, memanfaatkan flash sale dan kerja sama online dengan e-commerce," kata Lucky.
"Dengan flash sale yang segera habis ini, Xiaomi tidak membutuhkan gudang penyimpanan stock atau inventory, bisa langsung di distribusikan."
Logo Xiaomi Foto: Reuters
Yang tak kalah penting, Xiaomi bisa tetap tenang menjual HP mereka dengan margin keuntungan sedikit berkat keberadaan iklan.
Seperti yang diketahui, Xiaomi terkenal dengan iklan yang kerap muncul di antarmuka MIUI dan aplikasi bawaan mereka. Iklan inilah yang pada akhirnya membantu keuntungan penjualan ponsel yang mereka batasi hanya 5 persen saja.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Xiaomi, mereka mendapatkan 12,7 miliar yuan dari iklan pada 2020. Pendapatan tersebut merepresentasikan 5,16 persen dari total pendapatan mereka pada tahun tersebut.
"Xiaomi sendiri untuk device-nya banyak digunakan untuk menampilkan iklan. Dari dorongan menginstal aplikasi yang bekerja sama, iklan yang muncul saat menginstal aplikasi, iklan pada notifikasi, dan lain sebagainya. Semakin murah device semakin masif iklannya," kata Lucky.
"Ini harga yang harus pengguna bayar, mengeluarkan sedikit uang untuk membeli device, tetapi ada "barter" dengan menerima iklan pihak ketiga. Hasil dari iklan ini jumlahnya besar, dan masuk keuntungan untuk Xiaomi."