Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Imbas dari skandal penyalahgunaan data pribadi oleh Facebook ternyata masih menyelimuti hari-hari di perusahaan. Menurut kabar yang beredar, raksasa media sosial itu kesulitan untuk merekrut karyawan.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkap oleh para mantan karyawan yang bertugas merekrut di Facebook. Sebagai salah satu perusahaan penyandang gelar tempat kerja terbaik di Amerika Serikat, tentu hal tersebut bertolak belakang dengan fakta hanya sedikit orang yang bersedia bekerja di Facebook.
Lebih dari belasan mantan perekrut Facebook mengatakan bahwa Facebook mengalami penurunan perekrutan karyawan yang signifikan sejak Maret 2018. Itu bertepatan dengan mencuatnya skandal perusahaan yang melibatkan Cambridge Analytica.
Akibat kasus itu, setidaknya 87 juta data pribadi pengguna Facebook disalahgunakan menjadi target iklan kampanye politik Donald Trump saat pemilihan umum AS tahun 2016.
Kasus itu ternyata sangat mempersulit upaya Facebook untuk merekrut ribuan pegawai baru tiap tahunnya untuk meningkatkan produk dan inovasi mereka. Facebook juga kesulitan menggaet mantan karyawan dari perusahaan raksasa lain seperti Google, Apple, Microsoft, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Facebook bahkan kesulitan untuk menggaet lulusan baru dari universitas ternama di AS untuk menjadi pegawainya. Universitas tersebut antara lain Stanford University, Carnegie Mellon dan delapan kampus top lain dalam Ivy League.
Tingkat penerimaan Facebook untuk posisi penuh waktu yang ditawarkan kepada lulusan baru, turun dari rata-rata 85 persen untuk tahun ajaran 2017/2018, menjadi antara 35-55 persen pada Desember 2018.
Penurunan angka karyawan yang direkrut tersebar di berbagai divisi, utamanya di tim software engineer, tim product dan data. Pada 2016, perekrutan karyawan bisa mencapai 90 persen, namun merosot jauh hingga 50 persen pada 2019.
Mantan karyawan perekrut Facebook juga bercerita bahwa biasanya para kandidat calon karyawan. seringkali menanyakan kepada perekrut seputar privasi.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Facebook, Anthony Harisson, membantah laporan tersebut. Ia mengatakan jumlah pegawai Facebook meningkat 36 persen setiap tahun sejak kuartal pertama tahun 2018 hingga kuartal pertama tahun 2019. Ia mengelak ada hal yang tidak beres di perusahaan terkait perekrutan.
“Angka-angka tersebut sepenuhnya tidak benar,” ungkap Harrison kepada CNBC.
Hal ini membuktikan bahwa kasus-kasus tentang keamanan privasi tidak hanya mempengaruhi kepercayaan pengguna kepada Facebook, tapi juga pencari kerja. Terlebih skandal dengan Cambridge Analytica sangat berpengaruh pada moral perekrut di perusahaan.
“Hal terbesar yang memengaruhi orang-orang di Facebook adalah kami menemukan informasi yang sama dengan yang publik ketahui. Itu seperti “bukannya seharusnya perusahaan kami memberitahu kami terlebih dahulu sebelum orang tua atau teman-teman kami menanyakan hal itu?” demikian cerita salah satu mantan karyawan.
ADVERTISEMENT
Skandal penyalahgunaan data bukan satu-satunya alasan
Persoalan dengan Cambridge Analytica dan masalah politik kemenangan Trump bukanlah satu-satunya alasan Facebook kesulitan mendapatkan karyawan baru. Ada sejumlah alasan lain seperti misalnya biaya hidup yang mahal di Bay Area atau Wilayah Teluk San Francisco dan persaingan ketat untuk bisa diterima di perusahaan.
Beberapa kandidat mengatakan mereka tidak tertarik dengan budaya kerja di Facebook serta kepemimpinan yang ada pada perusahaan. Sementara kandidat lain mengatakan mereka ingin masuk ke perusahaan namun Facebook harus bertanggung jawab terlebih dahulu atas kemenangan Donald Trump sebagai presiden.
Sementara kandidat mahasiswa magang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki minat untuk bekerja di Facebook sebesar generasi yang sebelumnya. Mereka juga tidak terlalu sering menggunakan Facebook dalam kesehariannya.
ADVERTISEMENT