Khawatir Keamanan Nasional Terganggu, AS Investigasi TikTok

6 November 2019 9:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi TikTok. Foto: AFP/Joel Saget
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi TikTok. Foto: AFP/Joel Saget
ADVERTISEMENT
Pemerintah AS tengah menggelar investigasi keamanan nasional untuk induk perusahaan platform video pendek TikTok, ByteDance.
ADVERTISEMENT
Permasalahan ini dimulai sejak tahun 2017 ketika ByteDance, perusahaan teknologi asal China, mengakuisisi aplikasi media sosial AS, Musical.ly, dengan nilai 1 miliar dolar AS. Musical.ly kemudian dimerger oleh ByteDance dengan Tik Tok pada 2018.
Menurut laporan Reuters yang berasal dari sumber terdekat dengan isu ini, ByteDance disebut tidak meminta izin komite investasi asing AS (Committee on Foreign Investment in the United States/CFIUS) saat mengakuisisi Musical.ly. Hal ini memberikan ruang lingkup keamanan AS untuk menyelidikinya sekarang.
Saat ini, TikTok memang kerap menghadapi tekanan dari anggota parlemen AS yang mempertanyakan bagaimana perusahaan memoderasi konten politik dan menyimpan data penggunanya.
Ilustrasi TikTok. Foto: AFP
Sebagai contoh, Senator negara bagian Florida, Marco Rubio, menyerukan parlemen untuk menyelidiki TikTok pada Oktober 2019 lalu. Rubio mencatat bahwa aplikasi China semakin banyak digunakan untuk menyensor konten dan membungkam diskusi terbuka tentang topik-topik yang dianggap sensitif oleh pemerintah China dan Partai Komunis.
ADVERTISEMENT
Surat yang dibuat oleh Rubio didasari oleh laporan bahwa TikTok menyensor konten politik yang mengkritik pemerintah Cina. Perusahaan sendiri mengatakan bahwa kebijakan mereka didasarkan oleh aturan di AS dan tidak dipengaruhi oleh “pemerintah asing”.
Selain Rubio, Pemimpin Minoritas Senat AS, Chuck Schumer, dan Senator negara bagian Arkansas, Tom Cotton, juga menyampaikan kekhawatiran mereka terkait ancaman perlindungan data pengguna TikTok.
Aplikasi TikTok. Foto: Muhammad Fikrie/kumparan
"Dengan lebih dari 110 juta unduhan di AS saja, TikTok adalah potensi ancaman kontra intelijen yang tidak dapat kita abaikan," tulis Schumer dan Cotton dalam surat mereka.
TikTok sendiri telah menjadi aplikasi populer di kalangan remaja AS, di tengah ketegangan China dan AS terkait perang dagang dan alih teknologi. Perusahaan mengaku saat ini punya sekitar 60 persen dari 26,5 juta pengguna aktif bulanan di AS berusia antara 16 dan 24 tahun.
ADVERTISEMENT