Kisah Ariek: Pernah Jadi Mitra Pengemudi, Kini Pimpin Divisi Peta Grab Indonesia

9 April 2021 13:38 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ariek Wisnu Wibisono, Country Lead of Map Operations Grab Indonesia. Foto: Grab
zoom-in-whitePerbesar
Ariek Wisnu Wibisono, Country Lead of Map Operations Grab Indonesia. Foto: Grab
Ketika memesan layanan transportasi atau pengantaran Grab, pesanan kamu sebenarnya enggak hanya dimulai saat berjumpa dengan mitra driver. Sebelum itu, ada sistem yang memastikan agar pengemudi sampai di titik temu. Masalahnya, di masa lalu, tak sedikit kejadian di mana driver dan penumpang kesulitan untuk bertemu.
Faktornya beragam. Mulai dari driver tersasar di jalan, aplikasi peta pihak ketiga yang kurang tepat, atau bahkan kesalahan informasi pelanggan dalam menentukan titik penjemputan.
Sekelumit masalah ini hendak diantisipasi oleh Ariek Wisnu, selaku Country Lead of Map Operations Grab Indonesia. Ia dan tim harus memastikan agar mitra driver dan penumpang mudah berjumpa satu sama lain.
Ariek bukanlah orang awam yang merasakan kesulitan driver bertemu dengan pelanggan. Dia adalah mantan mitra pengemudi GrabCar sebelum resmi bergabung dalam manajemen Grab pada 2017.
“Dulu, yang saya pernah merasakan kesulitan untuk menemukan titik temunya di aplikasi, yang masih belum banyak tersedia. Jadi, banyak user yang menggunakan titik-titik (temu) dengan nomor (rumah) tetangganya, atau bahkan gang sebelahnya,” kata Ariek. “Jadi, mereka harus ada effort lebih via telepon, harus kita hubungi dulu baru kita yakin itu alamatnya benar.”

Dari jadi mitra pengemudi sampai coba permudah peta aplikasi Grab di Indonesia

Ariek bercerita kalau dia dulu adalah karyawan divisi mapping di sebuah perusahaan swasta. Setelah kantornya resesi pada 2016, ia harus mencari peruntungan di tempat lain.
Di saat yang bersamaan, startup ride hailing sedang gencar-gencarnya masuk di Indonesia pada waktu itu. Ariek memutuskan untuk menjadi mitra driver taksi online sembari mencari pekerjaan baru.
“Kebetulan waktu itu ada tiga perusahaan ride hailing yang masuk. Waktu itu saya langsung memilih (jadi mitra driver) Grab, karena memang pendaftarannya paling dekat,” kenang Ariek. “Mungkin itu salah satu jodoh atau takdir juga.”
Sebagai mantan karyawan bidang pemetaan, Ariek yang baru bergabung sebagai mitra langsung mengulik fitur peta di Grab. Tak perlu waktu lama baginya untuk menemukan masalah pemetaan di aplikasi tersebut.
“Saya minta istri saya untuk booking, tapi meleset terus titik lokasinya. Walaupun saya sama istri samping-sampingan, enggak dapat-dapat itu,” kata dia.
Dia kesulitan bertemu dengan pelanggannya selama jadi mitra driver taksi online. Fitur pemandu rute bawaan di Grab yang disediakan aplikasi peta pihak ketiga pun kurang update dengan kondisi jalan aslinya.
Grab sadar sistem pemetaan mereka yang waktu itu masih mengandalkan pihak ketiga masih kurang akurat. Jadi, pada 2017, Grab membuka divisi pemetaan di Indonesia untuk mengatasi masalah peta pihak ketiga yang kurang update dan demi mengembangkan peta digital mereka sendiri.
Di tahun itu pula, Ariek bergabung menjadi karyawan Grab di divisi pemetaan, setelah sekitar 1 tahun menghabiskan waktu menjadi mitra driver di sana.
“Dari semua ride hailing yang ada saat itu, Grab yang pertama kali mencetuskan map operations ini. Mungkin, itu kesempatan juga buat saya. Akhirnya saya mencoba untuk apply, dan akhirnya diterima di Grab,” kata Ariek.

Mendengar masukan mitra driver dan pelanggan Grab

Dengan keahliannya di bidang pemetaan, serta pengalaman beberapa bulan menjadi mitra driver mobil panggilan, Ariek paham betul apa yang mesti dia kerjakan. Dia mengatakan, ingin meningkatkan layanan Grab untuk pengguna dan driver, bagi end-user dan mitranya.
“Saya ingin melihat aplikasi ini bisa seadil-adilnya untuk kedua belah pihak,” kata dia.
Banyak tantangan yang mesti dilalui untuk mewujudkan mimpi itu. Karena Grab merupakan startup baru, kata Ariek, perusahaan belum memiliki banyak tools untuk pengembangan.
“Jadi, saat itu kami hanya melakukan dua hal, yaitu mendapatkan feedback baik dari pengguna maupun mitra driver. Kemudian, kami melakukan pengayaan data, karena semakin banyak data, semakin banyak titik temu atau titik antar yang dapat digunakan oleh mitra maupun pengguna,” kenang Ariek.
Ariek (kanan) saat menjadi salah satu pembicara di UGM pada awal tahun 2020. Foto: Grab
Dari masukan pengguna dan pengayaan data, tim mapping Grab Indonesia kemudian menentukan titik-titik point of interest (PoI) untuk memudahkan perjumpaan pelanggan dan mitra. Pada awalnya fitur point of interest itu hanya tersedia di lokasi-lokasi prioritas saja, seperti perkantoran, niaga, restoran, bandara, dan stasiun kereta api.
Point of interest adalah fitur pemetaan untuk menentukan titik lokasi yang spesifik guna penjemputan pelanggan dan antar makanan. Lewat fitur ini, pelanggan dan driver tidak perlu lagi kerepotan mencari satu sama lain karena alamat yang ambigu.
Sebagai contoh, dulu sebelum ada fitur point of interest, orang yang memesan Grab di Bandara Soekarno-Hatta cuma bisa input alamat bandara sebagai titik jemput. Agar driver tidak tersesat, pelanggan harus menghubunginya lebih lanjut untuk menyebut di terminal mana akan bertemu.
Nah, lewat point of interest ini, Grab menyediakan lokasi yang lebih spesifik lagi, seperti ‘Terminal 1A’, untuk dipilih pengguna setelah input lokasi bandara. Lokasi yang lebih spesifik itu nantinya bakal masuk ke aplikasi driver agar dia enggak bingung harus jemput di terminal mana.
Meski belum mencakup seluruh wilayah Indonesia, point of interest di aplikasi Grab Indonesia berkembang dengan pesat. Per 2019, misalnya, Grab menyebut sudah ada jutaan point of interest. Saat ini, point of interest di Grab sudah mencakup ratusan ribu km jalan di Indonesia.
Grab ingin menambahkan lebih banyak point of interest agar setiap penumpang dan mitra driver di Indonesia tidak perlu lagi kesulitan bertemu. Untuk itu, mereka sedang membuka program feedback mitra dan pelanggan agar mereka dapat memberitahu lokasi-lokasi potensial point of interest yang belum terjamah.
Saat ini program feedback point of interest berlangsung di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatra Utara. Dalam waktu dekat Grab bakal menggelar feedback untuk seluruh wilayah di Indonesia.
“Sebanyak-banyaknya kita dapat itu semakin bagus. Tentunya, ini untuk seluruh Indonesia. Kenapa? Karena kita enggak hanya melulu ingin mengembangkan di kota-kota besar, tapi kita juga ingin mengembangkan di seluruh Indonesia,” kata Ariek.
“Sampai saat ini, responsnya cukup positif. Kita sudah dapatkan ratusan ribu PoI dari program yang kita jalankan. Jika sudah terbuka untuk seluruh wilayah Indonesia, harapannya kita bisa dapatkan data yang lebih banyak, akurat, dan up to date,” pungkas Ariek.