Kominfo dan KSP Rilis Aplikasi 10 Rumah Aman, Berfaedah Atau Malah Nirfaedah?

31 Maret 2020 22:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi 10 Rumah Aman buatan Kominfo. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi 10 Rumah Aman buatan Kominfo. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Dua pekan lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) merilis chatbot WhatsApp dengan nama akun COVID19.GO.ID. Pekan kemarin, mereka rilis aplikasi PeduliLindungi yang katanya didesain untuk menekan persebaran virus corona. Minggu ini ada satu lagi, namanya 10 Rumah Aman, yang bermimpi jadi aplikasi berbasis komunitas untuk ciptakan efek berantai memutus penyebaran COVID-19.
ADVERTISEMENT
Untuk aplikasi ketiga, konon dibuat oleh Kantor Staf Presiden (KSP) dan didukung oleh Kominfo.
Katanya, 10 Rumah Aman dan PeduliLindungi memiliki perbedaan dari sisi fungsi. PeduliLindungi berfungsi untuk melakukan tracing (penelusuran), tracking (pelacakan) dan fencing (mengurung/isolasi) persebaran kasus COVID-19. Fungsinya serupa dengan aplikasi TraceTogether yang dimiliki pemerintah Singapura.
Sementara 10 Rumah Aman --yang terdengar seperti nama toko bahan bangunan-- katanya mau jadi one-stop aplikasi untuk memutus rantai sebaran COVID-19 dengan fitur-fitur di dalamnya. Pemerintah pengin 10 Rumah Aman jadi aplikasi yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk lebih waspada dalam menghadapi wabah virus corona SARS-CoV-2.
“Melalui aplikasi 10 Rumah Aman ini, KSP dan Kominfo mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama menghadapi wabah COVID-19 sesuai dengan jiwa kita yaitu gotong royong dan saling berbagi,” kata Kepala KSP, Moeldoko, saat konferensi pers online tanpa kesempatan tanya jawab, Selasa (31/3).
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
KSP dan Kominfo boleh membanggakan aplikasi buatan mereka. Mengklaim 10 Rumah Aman pakai kecerdasan buatan seolah berteknologi tinggi. Menarasikan pengguna aplikasi ini sebagai 'pejuang' COVID-19.
ADVERTISEMENT
Tapi, coba balik lagi pada kebutuhan dasarnya, apakah 10 Rumah Aman benar-benar dibutuhkan masyarakat di tengah kondisi darurat kesehatan seperti ini?
Virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 memakan banyak korban jiwa di Indonesia. Segala lembaga dan kementerian seharusnya fokus menekan penyebaran virus corona dari daerah episentrum ke daerah, fokus pada perawatan pasien, memperkuat sistem dan alat medis, mengedukasi publik agar hidup sehat dan bersih, dan warga juga harus didorong agar sebisa mungkin tidak keluar rumah, menjaga jarak fisik, tidak mudik, dan hal-hal dasar lain untuk menyudahi bencana COVID-19.
Apakah 10 Rumah Aman sudah memenuhi segala kebutuhan di atas? Mari kita bedah fitur-fitur di dalamnya.

Fitur 10 Rumah Aman, berfaedah atau malah nirfaedah?

10 Rumah Aman adalah sebuah gerakan gotong-royong agar pengguna membantu melindungi tetangga dan sekitar kita dengan prinsip "10 rumah di sekitar kita, karena mereka semua adalah saudara-saudara yang perlu kita jaga." Gerakan ini dibuat karena perjuangan melawan virus corona harus dilakukan secara bersama.
ADVERTISEMENT
Satu fitur yang bisa diapresiasi ada pada menu Cek Kesehatan. Di sini kita bertemu dengan Prixa.ai yang merupakan aplikasi berbasis kecerdasan buatan untuk konsultasi kesehatan. Tinggal jawab sejumlah pertanyaan medis dan Prixa akan memberi jawaban atas kemungkinan penyakit yang diderita.
Fitur lain yang juga berguna adalah informasi nomor darurat, daftar rumah sakit rujukan, dan informasi seputar COVID-19. Tetapi, itu semua sudah ada lebih dahulu di chatbot WhatsApp dengan akun COVID19.GO.ID yang dibuat oleh perusahaan telekomunikasi Telkom atas permintaan Kominfo.
Sementara untuk fitur lainnya, patut dipertanyakan faedahnya.
Untuk fitur Pantau Peta Suhu Tubuh, ini adalah salah satu jagoan KSP dan Kominfo untuk aplikasi 10 Rumah Aman. Di sini pengguna diminta untuk memeriksa suhu tubuhnya secara mandiri, kemudian hasilnya dicatat oleh pengguna ke dalam aplikasi. 10 Rumah Aman kemudian bakal menandai lokasi orang-orang dengan suhu tubuhnya normal, suhu di atas normal, isolasi mandiri, dan positif COVID-19, di atas peta digital Google Maps.
Tampilan antarmuka aplikasi 10 Rumah Aman buatan Kominfo. Foto: Screenshot
Pemerintah mengimbau --lagi-lagi cuma mengimbau-- agar pengguna secara rutin mengecek suhu tubuh, kemudian secara rutin juga mencatat suhu tersebut di aplikasi.
ADVERTISEMENT
Tiada yang tahu akan ke mana data suhu tubuh ini diolah. Apakah itu lagi-lagi cuma imbauan belaka? Atau akan diolah dengan bijak untuk memantau secara online warga yang mengalami demam dan gejala lain COVID-19.
10 Rumah Aman akan sia-sia jika ia tak bisa mengumpulkan data dalam jumlah besar. Ia juga percuma kalau pemerintah tak memanfaatkan dan mengolah big datanya untuk menekan jumlah kasus COVID-19 dan meminimalkan penyebaran wabah.
Jika KSP dan Kominfo bermimpi 10 Rumah Aman memiliki basis pengguna yang besar dan digunakan massal, maka harus dijalankan strategi pemasaran skala besar agar rakyat se-Indonesia-Raya mau download aplikasi 10 Rumah Aman, dan menjalankan segala imbauan demi mengumpulkan data.
Fitur lain yang mengganggu adalah menu Perlengkapan Pejuang, karena fitur ini justru menghambat impian 10 Rumah Aman sebagai aplikasi one-stop solution untuk memutus penyebaran COVID-10.
ADVERTISEMENT
Perlengkapan Pejuang seharusnya jadi tempat bagi publik untuk menemukan layanan penyedia peralatan kesehatan sampai bahan makanan. Di sana ada rekomendasi aplikasi Mediv dari Kimia Farma untuk beli obat secara online, sampai aplikasi untuk dapatkan bahan makanan dari minimarket Alfa Group. Tapi, untuk mendapatkan pengalaman terbaik dalam mengakses layanan-layanan tersebut, kita wajib menginstal aplikasinya. Ini membuat menu Perlengkapan Pejuang jadi sesuatu yang tak berguna. Toh, pengguna harus keluar dari 10 Rumah Aman dan mengunduh aplikasi yang dibutuhkan dari Google Play Store.
Kominfo dan KSP boleh mencoba berbagai cara untuk membantu mengatasi musibah. Itu akan sangat indah jika aplikasi beserta fiturnya benar-benar memenuhi harapan kita bersama untuk menekan penyebaran virus corona ke berbagai daerah, memperkuat sistem dan alat medis, dan hal lain yang lebih konkret untuk menyudahi bencana COVID-19.
ADVERTISEMENT
Cukuplah optimalkan satu aplikasi saja. Fokuskan waktu, tenaga, pikiran, dan uang, untuk satu aplikasi tangguh yang benar-benar bisa membantu perjuangan kita semua. Publik butuh aplikasi yang lebih serius, lebih cerdas, lebih memanfaatkan teknologi tinggi, lebih menunjukkan kesiapan serta ketegasan pemerintah dalam menghadapi pandemi. Bukan sekadar aplikasi pelipur lara.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!