Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kominfo Pastikan Satelit Satria Meluncur 2023, Apa Saja Kelebihannya?
3 September 2020 18:33 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 14 Juni 2023 12:30 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Penandatangan kerja sama keduanya disaksikan oleh Menkominfo Johnny G.Plate dan Direktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Anang Latif. Nantinya, BAKTI Kominfo akan berperan sebagai penanggung jawab proyek dan Thales Alenia yang merupakan perusahaan asal Prancis menjadi pihak pemroduksi.
Dalam acara penandatanganan kerja sama pada Kamis (3/9), Menteri Johnny memastikan bahwa satelit Satria akan diluncurkan dan mengorbit pada tahun 2023. Satelit multifungsi Satria mencukupi keutuhan internet dan bisa menjangkau wilayah lebih luas.
“Satelit Satria akan mengorbit di 146 BT (Bujur Timur) pada tahun 2023,” ungkap Johnny dalam acara penandatanganan kerja sama proyek satelit Satria, Kamis (3/9).
Alasan dibutuhkannya satelit multifungsi Satria ialah untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur di jaringan tahap tengah, middle mile. Satelit Satria yang memiliki teknologi High Throuput Satellite (HTS) akan memancarkan kecepatan jaringan yang lebih cepat dengan harga yang lebih terjangkau.
Direktur Utama SNT Adi Rahman Adiwoso mengatakan bahwa pada 2024-2025 mendatang, harga internet berkecepatan 1 Mbps per bulan masih lebih mahal ketimbang yang dibayar BAKTI. Oleh karena itu dibutuhkan investasi yang lebih terjangkau tetapi berkualitas.
ADVERTISEMENT
"Program satelit ini merupakan hal yang jitu, tidak membutuhkan anggaran selama 3,5 tahun yang akan datang dan dengan biaya Rp 8 triliun serta biaya konsensi Rp 20 triliun yang dibayar 15 tahun tidak membutuhkan keuntungan finansial seperti satelit komersil lainnya (sehingga bisa lebih hemat)," kata Adiwoso.
Johnny juga menambahkan kelebihan satelit Satria yang bisa menjadi pelengkap untuk lima satelit nasional dan empat satelit asing yang saat ini digunakan. Saat ini, total kecepatan sembilan satelit tersebut setara dengan 50 Gbps.
“Jika satelit Satria sudah mengorbit di 146 derajat bujur timur, kecepatannya akan tiga kali lipat dari keseluruhan kapasitas yang saat ini digunakan,” jelas Johnny.
Wi-Fi gratis
Proyek satelit Satria akan menghadirkan Wi-Fi gratis di 150.000 titik di seluruh Indonesia. Di tiap titiknya, Wi-Fi tersebut akan memiliki kapasitas sekurang-kurangnya 1 Mbps. Adapun titik-titik tersebut dikhususkan untuk 93.000 sekolah dan pesantren, 47.900 kantor desa dan kelurahan di daerah terpencil, 3.700 fasilitas kesehatan dan 4.500 titik layanan publik lainnya.
Satelit ini akan melengkapi jaringan tulang punggung serat optik Palapa Ring sepanjang 12.000 km yang rampung tahun 2019 lalu. Dengan demikian, daerah-daerah 3T (Terdepan Terluar dan Tertinggal) yang sebelumnya tidak terjangkau internet, bisa terhubung internet berkat infrastruktur fiber optik dan satelit.
ADVERTISEMENT
Asal dana
Untuk dananya, Adiwoso mengungkap pembangunan satelit Satria mengeluarkan dana sebesar Rp 8 triliun atau 550 juta dolar AS. 425 juta dolar AS di antaranya merupakan pinjaman sindikasi dari kredit Prancis dan multilateral di Beijing.
"Sisanya 125 juta dolar AS modal kita sendiri atau ekuitas. Kita ambil kredit dari luar, karena bunganya lebih rendah dan jangka pengembaliannya bisa 12 tahun dari setelah satelit beroperasi. Sementara, 3,5 tahun merupakan project cost," jelas Adiwoso.
Satelit Satria akan mulai dibangun oleh Thales Alenia Space di Prancis. Satelit itu akan diluncurkan pada 2023 menggunakan roket milik SpaceX, Falcon 9 5000. Sebelumnya, PSN telah memiliki kontrak dengan Thales Alenia Space sejak 1 Juli 2019. Sementara dengan SpaceX dilakukan 16 Agustus 2019.
ADVERTISEMENT