Konglomerat Jepang Desak Grab Segera Merger dengan Gojek

16 Oktober 2020 14:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengemudi ojek online menunnggu orderan di kawasan Tanah Kusir, Jakarta, Jumat (7/4/2020).  Foto: Antara/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Pengemudi ojek online menunnggu orderan di kawasan Tanah Kusir, Jakarta, Jumat (7/4/2020). Foto: Antara/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
Isu merger Grab dan Gojek semakin menghangat. Menurut laporan terbaru, Grab mendapat desakan dari investor untuk segera 'kawin' dengan Gojek.
ADVERTISEMENT
Salah satu investor yang dimaksud adalah SoftBank. Bahkan sang pendiri sekaligus CEO SoftBank, Masayoshi Son, secara langsung menekan salah satu pendiri Grab, Anthony Tan, untuk merger dengan Gojek secepatnya.
Kabar ini datang dari Bloomberg, yang berasal dari sumber terdekat dengan isu tersebut. Sumber yang tidak mau diungkap identitasnya itu juga bilang, Grab dan Gojek telah menggelar diskusi reguler via Zoom dalam beberapa bulan terakhir untuk membahas kemungkinan merger tersebut.
Perbincangan penting yang masih tersisa dari mereka, kata sumber tersebut, adalah menyoal apakah kedua perusahaan menggabungkan semua operasi di Asia Tenggara, atau Grab hanya mengakuisisi bisnis Gojek di Indonesia.
Ilustrasi Grab Foto: Reuters
Di satu sisi, CEO Grab Anthony Tan lebih memilih opsi akuisisi Gojek hanya di Indonesia. Dengan demikian, opsi tersebut yang memberinya lebih banyak kendali setelah kesepakatan dan memungkinkan Gojek menjalankan bisnis di Indonesia sebagai anak perusahaan Grab, kata sumber tersebut.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pemegang saham Gojek lebih mendorong merger untuk kawasan Asia Tenggara. Menurut narasumber, pilihan para investor itu disebabkan agar Gojek memiliki lebih banyak bisnis yang digabungkan dengan Grab.
Adapun Masayoshi Son disebut sejalan dengan kemauan para pemegang saham Gojek untuk opsi merger di kawasan Asia Tenggara. Pembicaraan tersebut menggarisbawahi ketegangan antara Tan dan Son, yang telah menjadi pendukung setia Grab.
Logo Gojek dan Grab Foto: Istimewa
Layanan ride-hailing atau ojek online sendiri telah berkembang menjadi pengiriman makanan hingga pembayaran digital dan bertujuan untuk menciptakan aplikasi super (superapp) all-in-one. Dalam hal valuasi, Grab yang beroperasi di 8 negara Asia Tenggara punya nilai 14 miliar dolar AS. Adapun Gojek, yang beroperasi di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Thailand, punya valuasi 10 miliar dolar AS.
ADVERTISEMENT
Namun, persaingan berdarah-darah yang membakar uang dan dampak dari pandemi corona, membuat para pemangku kepentingan Gojek dan Grab mulai membuka peluang merger. Isu ini telah berlangsung sejak Februari 2020.
Menurut laporan Bloomberg, Gojek dan Grab saat ini sedang bernegosiasi mengenai struktur dan penilaian, serta cara-cara untuk mengurangi kekhawatiran regulator terkait kemungkinan dugaan monopoli atau antitrust. Kesepakatan merger keduanya, menurut sejumlah narasumber, mungkin tergantung pada berapa lama dampak dari pandemi corona mempengaruhi arus kas mereka.
Gojek, Grab, dan SoftBank dilaporkan enggan berkomentar terkait kabar merger mereka.
Dari sisi SoftBank, tekanan yang diberikan Masayoshi Son itu disebabkan ia merasa frustrasi dengan persaingan Gojek dan Grab. Son kabarnya mulai setuju dengan upaya merger Grab dengan Gojek pada 2019 lalu, saat ia berkunjung ke Indonesia.
Ilustrasi ojek online. Foto: REUTERS/Beawiharta
Anehnya, sumber lain yang diwawancarai Financial Times pada September 2020 justru menyebut kalau Son awalnya tak sepakat dengan ide merger Grab dan Gojek.
ADVERTISEMENT
Menurut sumber Financial Times, Son awalnya yakin kalau pasar ojek online mesti berkompetisi dan perusahaan yang paling banyak punya uang tunai yang menang. Meski demikian, akhirnya Son mulai mendukung upaya tersebut setelah melihat bahwa Gojek tangguh dalam persaingan.
Kedua rival ojek online ini pun memiliki daftar pendukung yang panjang. Pemegang saham Grab termasuk Uber Technologies Inc., Tiger Global Management LLC dan Toyota Motor Corp. Adapun Gojek didukung Google, Tencent Holdings Ltd., KKR dan Warburg Pincus sebagai salah satu pemegang sahamnya.
Pengemudi pengiriman Grab Food di Bangkok, Thailand. Foto: AFP/Lillian SUWANRUMPHA
Kendati berbeda versi menyoal asal usul keberpihakan Son, baik Bloomberg dan Financial Times melaporkan bahwa kondisi bisnis kedua perusahaan sedang tidak baik-baik saja.
Bloomberg, misalnya, mencatat bahwa Grab kehilangan 200 juta dolar AS pada 2019. Adapun sumber pialang saham yang diwawancarai Financial Times menyebut, saham Gojek dan Grab turun di pasar sekunder di mana saham diperdagangkan secara informal.
ADVERTISEMENT
Para analis pun menilai bahwa merger kedua perusahaan masuk akal. Meski demikian, merger Gojek dan Grab bisa terganggu oleh hukum anti-monopoli di Indonesia. Hal tersebut membuat analis ragu bahwa merger kedua raksasa ojol itu benar dapat terwujud.