Konten Porno Deepfake Mewabah di Korea Selatan, Presiden Turun Tangan

9 September 2024 14:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pornografi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pornografi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Korea Selatan kini tengah dilanda wabah pornografi deepfake. Deepfake adalah video, suara, atau gambar orang tak bersalah diubah dan dimanipulasi secara digital oleh teknologi AI menjadi konten porno.
ADVERTISEMENT
Maraknya penyebaran pornografi deepfake membuat presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, turun tangan dengan memerintahkan jajarannya untuk memberantas konten-konten porno manipulatif karena telah dianggap sebagai kejahatan seks digital di mana banyak wanita menjadi korbannya.
Konten-konten tersebut diduga banyak disebarkan lewat aplikasi Telegram sehingga memantik penyelidikan lebih lanjut. Saat ini, polisi tengah memburu orang-orang yang membuat dan menyebarkan pornografi deepfake di media sosial. Operasi akan dilakukan selama tujuh bulan ke depan, dan akan fokus pada mereka yang mengeksploitasi anak-anak atau remaja.
"Video deepfake yang menargetkan individu yang tidak disebutkan namanya telah menyebar dengan cepat melalui media sosial," ujar Yoon sebagaimana dikutip Guardian.
"Banyak korban yang masih di bawah umur, dan sebagian besar diidentifikasi sebagai remaja."
ADVERTISEMENT
Menurut badan kepolisian Korea Selatan, sejauh ini sudah ada 297 kasus kejahatan pornografi deepfake dalam kurun waktu tujuh bulan terakhir. Jumlah ini naik 180 kasus dibandingkan tahun lalu, dan hampir dua kali lipat jumlahnya dari tahun 2021, saat data pertama kali dikumpulkan. Dari 178 orang yang didakwa, 113 di antaranya masih remaja.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol memberikan pidato dalam upacara merayakan Hari Pembebasan Nasional Korea ke-79 di Pusat Seni Pertunjukan Sejong di Seoul, Korea Selatan, Kamis (15/8/2024). Foto: KIM Min-Hee / POOL / AFP
Dalam satu grup Telegram, biasanya dihuni oleh sekitar 220.000 anggota. Mereka membuat dan berbagi gambar deepfake dengan memalsukan foto-foto wanita dan anak perempuan. Media Korea Selatan menyebut, para korban termasuk mahasiswa, guru, dan personel militer.
"Para pelaku menggunakan foto-foto tentara wanita berseragam untuk memperlakukan korban semata-mata sebagai objek seksual," kata Pusat Hak Asasi Manusia Militer Korea Selatan.
Dalam melancarkan aksinya, pelaku biasanya akan berburu foto atau gambar wanita di Instagram. Setelah menemukan korban yang cocok, mereka akan mengambil foto di akun korban untuk kemudian dibikin konten pornografi deepfake.
ADVERTISEMENT
Hasil investigasi surat kabar Hankyoreh Korea Selatan menemukan channel atau grup di Telegram yang digunakan untuk menyebarkan video deepfake pelajar wanita dari berbagai tingkat sekolah, mulai dari perguruan tinggi, SMA, hingga SMP.
Serikat Guru dan Pekerja Pendidikan Korea mengaku telah mengetahui adanya kasus deepfake seksual yang kini melibatkan siswa sekolah. Mereka meminta kementerian pendidikan untuk segera menyelidikinya.
Investigasi gambar deepfake seksual ini bisa membuat reputasi Telegram di Korea Selatan semakin rusak. Sebab, Telegram dinilai sebagai aplikasi paling banyak digunakan pelaku untuk menyebarkan pornografi deepfake.
Berdasarkan hukum yang berlaku di Korea Selatan, pelaku penyebar deepfake bisa dihukum 5 tahun penjara, dengan denda sebesar 50 juta won.