kumparan Siap Redefinisi Paradigma Media Online

1 Juli 2019 21:25 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO & Founder kumparan, Hugo Diba. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
CEO & Founder kumparan, Hugo Diba. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi berkembang sangat pesat. Teknologi mempengaruhi beberapa aspek kehidupan, mulai dari sosial, budaya, bahkan media sekalipun. Salah satunya adalah kumparan, media kolaboratif yang mengedepankan keunggulan teknologi dan jurnalisme.
ADVERTISEMENT
Dipaparkan oleh CEO kumparan, Hugo Diba, saat mengisi acara Onboarding kumparan Academy Development Program, kumparan dibangun tak terlepas dari sejarah tentang media online, di mana seiring dengan berkembangnya media, maka berkembang juga paradigma buruk dari masyarakat terhadap media itu sendiri.
“Ketika media cetak itu tutup, masa depan industri media ini mau dibawa ke mana. Karena banyak orang beranggapan bahwa kualitas jurnalistik dari media online itu buruk sekali. Dan ada orang yang beranggapan bahwa media online itu tidak bisa sejajar dengan media cetak,” ujar Hugo di kantor kumparan, Senin (1/7).
CEO kumparan, Hugo Diba, dalam acara CEO Talks di The Sultan Hotel, Jakarta, Rabu (10/4). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Selain itu, adanya istilah media is broken menambah sederet hal yang lebih buruk lagi. Hal ini bisa muncul karena “mazhab” yang dianut oleh banyak media online pada zaman dulu, yang beranggapan bahwa trafik adalah segalanya.
ADVERTISEMENT
“Banyak media online beranggapan, angka trafik yang tinggi, maka akan mendapatkan revenue yang besar,” papar Hugo.
Maka dari itu, menurut Hugo, kumparan ingin meredefinisi bagaimana media online itu beroperasi. Cara kumparan menghilangkan definisi buruk yang telah melekat pada media online adalah berinvestasi pada excellent journalism and excellent technology.
Tolok ukur tak lagi dewakan trafik, kejar konten dan pembaca berkualitas
kumparan berbeda dengan media online lain. Perusahaan tak lagi mementingkan trafik, tapi mengutamakan konten berkualitas dan pembaca berkualitas. Oleh sebab itu, butuh dukungan teknologi dan algoritma agar konten jurnalisme bisa diproduksi dengan skala lebih baik. Dengan menggunakan teknologi, produktivitas jurnalis juga dapat tiga hingga empat kali lebih tinggi ketimbang dari jurnalis biasa.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, kumparan juga sangat memperhatikan personal pembaca atau user yang memiliki ketertarikan terhadap suatu konten, dan ini juga membutuhkan teknologi, data, dan personalisasi untuk mewujudkannya. Untuk itu, kumparan memiliki teknologi machine learning yang kini telah diterapkan di platform kumparan.
Ilustrasi meja kerja web developer. Foto: Pexels via Pixabay
Chief Product & Data kumparan, Thomas Diong menjelaskan, bahwa teknologi machine learning tak lain adalah mesin pembelajaran yang menjalankan otomatisasi untuk meningkatkan user experience dan proses produksi berita dari tim redaksi.
“Kita memiliki teknologi machine learning yang beroperasi berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, salah satunya data-data tentang kebiasaan user dalam membaca artikel dengan topik tertentu, berapa lama, hingga kapan mereka membacanya,” papar Thomas.
Salah satu implementasi teknologi tersebut yakni adanya personalisasi artikel. Misalnya, ketika pengguna sering membaca artikel politik atau otomotif, maka segmen atau topik yang akan ditampilkan paling awal adalah segmen yang sering mereka baca.
ADVERTISEMENT
Artikel kumparan yang masuk berdasarkan segmen atau kategori ke dalam channel juga merupakan bentuk dari diterapkannya teknologi otomatisasi, yang setiap berita yang masuk akan secara otomatis dikategorikan ke dalam channel yang telah ditentukan berdasarkan topik yang disematkan di dalam artikel tersebut.
Chief Product dan Data kumparan, Thomas Diong, menjelaskan teknologi andal kumparan kepada para mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB). Foto: Helmi Afandi/kumparan
Sebagai platform user generated content, teknologi kumparan juga membuka kesempatan kepada publik untuk membuat konten sendiri. Perusahaan memungkinkan publik, perusahaan, hingga pemerintah membuat konten dan menyebarluaskan informasi dengan memanfaatkan platform kumparan.
Beralih ke sisi pendapatan. kumparan juga terus berupaya mencari model bisnis baru yang tidak melulu bergantung pada pengiklan sebagai sumber pendapatan masa depan.
“Jadi, buat saya, kumparan itu bukan perusahaan media, tapi perusahaan teknologi yang punya produk salah satunya media,” jelas Hugo.
CEO kumparan Hugo Diba menjadi pembicara dalam acara Konvensi Nasional Humas 2018 di Djakarta Theater, Jakarta, Senin (10/12). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
kumparan saat ini sedang menggelar kumparan Academy Development Program: Tech Edition, sebuah program pengembangan karier dari kumparan berupa beasiswa penuh dan coding bootcamp untuk mahasiswa aktif dan lulusan baru. Sejak pendaftaran dibuka pada 15 April 2019 lalu, ada 2487 pendaftar dari berbagai latar belakang dan universitas yang 16 di antaranya terpilih dalam program tersebut.
ADVERTISEMENT
Mereka yang terpilih berhak ikut Onboarding kumparan Academy Development Program selama dua hari sejak Senin (1/7). Kemudian, peserta juga berkesempatan mengikuti coding bootcamp yang dilaksanakan pada 1 Juli 2019 hingga 31 Agustus 2019.