news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kunci Sukses Founder Startup Bangun Bisnis

15 Juli 2020 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi startup. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi startup. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Startup atau perusahaan rintisan banyak bermunculan dalam beberapa tahun belakangan. Mendirikan perusahaan baru bukanlah hal yang mudah. Tidak sedikit startup yang berhenti di tengah jalan atau kesulitan menangani perubahan-perubahan yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Nah, agar hal seperti itu tidak terjadi pada bisnismu atau usaha di masa mendatang, ada beberapa kiat-kiat yang perlu diterapkan. Dalam webinar kumparan Academy yang berkolaborasi dengan Wellshared berjudul ‘Belajar Bisnis dari Bos Startup’, para pendiri startup keren di Indonesia blak-blakan menceritakan soal kunci sukses mereka mendirikan perusahaannya.
Mereka adalah Edward Tirtanata sebagai pendiri Kopi Kenangan, Hugo Diba sebagai pendiri kumparan, Christian Sugiono sebagai pendiri platform sewa barang CUMI dan Aryo Ariotedjo sebagi pendiri Grupara Venture. Keempatnya setuju bahwa yang paling penting dalam mendirikan dan menjalankan bisnis startup ialah fokus pada produk dan layanan.

Lihat peluang, fokus pada produk dan layanan

Edward, misalnya, memulai bisnis Kopi Kenangan di tahun 2017 karena merasa memiliki peluang yang besar di kala tren kopi sedang menjamur. Ia melihat ada celah yang sangat besar di antara penikmat minuman, hanya ada kopi ala mal seperti Starbucks yang harganya mahal atau minuman sachet di warkop yang harganya sangat terjangkau.
CEO Kopi Kenangan, Edward Tirtanata. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Dari peluang tersebut, Edward lantas mengeksekusinya dengan fokus mengisi celah tersebut. Oleh karena itu, Kopi Kenangan memiliki visi untuk menjadi penyedia minuman yang terjangkau, baik dari segi harga maupun lokasi.
ADVERTISEMENT
“Dalam berdagang kita itu bisa main volume atau main margin. Kalau di mal mungkin brand lebih banyak yang bermain margin untuk membayar rental di mal atau di office. Nah, makanya dari situlah perbedaan kita di awal. Dan sampai sekarang saya masih merasa kita yang paling banyak bisa buka di mal dan office,” kata Edward.
Bisnis di industri minuman kopi memang menjadi tantangan tersendiri, apalagi kompetitornya sekelas Starbucks. Meski begitu, selama masalah demi masalah berhasil diselesaikan dengan eksekusi yang baik, bukan tidak mungkin startup bisa bertahan lama dan bahkan disrupsi pasar.
kopi kenangan mantan di Kopi Kenangan Foto: Nurvita Indarini/ kumparan
Edward lantas mencontohkan Yahoo dan BlackBerry. Keduanya berhasil digulingkan oleh pesaingnya yang lebih muda, Google dan WhatsApp.
"Di Kopi Kenangan, kita selalu melihat bahwa kita harus bisa execute better than competitor. Begitu cara Google beat Yahoo, WhatsApp beat Blackberry. Semua kembali ke execution untuk tackle semua problem yang ada di dalam startup," tambahnya
ADVERTISEMENT
Senada dengan Edward, pendiri CUMI yang juga merupakan seorang aktor, Christian Sugiono, menjelaskan bahwa fokus pada peluang dan solusi yang ingin diberikan. Pria yang akrab disapa Tian itu melihat masih ada peluang baru di industri marketplace yang sudah matang dan ramai pemain, sehingga berani mengeksekusi kesempatan itu dengan membentuk startup CUMI.
Christian Sugiono saat menghadiri Gala premiere film Rumah Kentang produksi Hitmakers Studio di Plaza Indonesia XXI Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
CUMI adalah platform marketplace rental barang. Pengguna bisa menyewakan barangnya atau mencari barang yang mereka ingin pinjam di CUMI. Ide mendirikan bisnis tersebut muncul karena Tian melihat banyaknya kebutuhan untuk menggunakan barang untuk waktu yang sangat singkat. Biasanya hal itu dirasakan oleh traveller.
“Kita jadi pengin lihat masalah dan bikin sebuah peluang untuk dapat membuat solusi dari sebuah permasalahan yang ada,” jelasnya. “Kita melihat market paling banyak sewa menyewa adalah traveller. Strategi pertamanya di segmen pariwisata, di mana orang jalan-jalan ke luar negeri instead bawa stroller buat anak masuk pesawat (malah) berat (barang bawaan), mending sewa di tempat tujuan. Pakai 2-3 hari, selesai dikembalikan.”
ADVERTISEMENT
CUMI mulai beroperasi pertama kali di Bali, yang pasarnya sangat luas untuk pariwisata dan industri sewa-menyewa sudah banyak dan matang. Eksekusi strategi mereka adalah mengakuisisi vendor rental yang ada di Bali berdasarkan kebutuhan startup miliknya.
Sebagai platform digital, CUMI ingin mereplikasi prosedur pinjam-meminjam barang tanpa mengubah sistem atau mekanisme yang biasa dijalankan vendor rental, dengan memberikan nilai tambah seperti pembukuan data yang jelas hingga asuransi.
Eksekusi sebuah ide memang harus dilakukan bagi mereka yang ingin mencoba mendirikan startup. Menurut Tian, percuma jika hanya melihat peluang dan ada ide untuk menciptakan bisnis baru di kesempatan itu namun tidak dieksekusi.
Selain itu, calon pendiri juga perlu mencari mitra atau tim yang bisa mengeksekusi ide bersama-sama. Partner ini harus memiliki pemikiran, chemistry, serta komitmen yang sama. Sebab, mengerjakan startup tidak lah mudah dan banyak tantangannya.
ADVERTISEMENT

Cari Investasi dan pendanaan

Tidak hanya eksekusi peluang dan ide, investasi juga menjadi salah satu yang paling penting dan paling sulit untuk didapatkan. Terlebih lagi, pada era serba digital, sebuah perusahaan harus bisa berpikir dinamis dan memiliki variasi rencana agar bisa bertahan dengan situasi yang sangat cepat berubah.
Pendiri sekaligus CEO platform berita kumparan, Hugo Diba, bercerita dirinya mendapat pro dan kontra dalam proses mendirikan perusahaan media. Selain karena kompetisi yang sulit, bisnis di media terbilang hal yang berisiko karena disrupsi teknologi media sosial.
Di sisi lain, Hugo melihat ‘senjakala media’ adalah kesempatan untuknya membangkitkan gairah industri media di tengah disrupsi teknologi. “Untuk melakukan perubahan itu dibutuhkan dua hal yang saya sebutkan sebagai excellent in journalism dan excellent in tech,” jelasnya.
CEO kumparan Hugo Diba saat perayaan HUT ke-3 kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Untuk mencari investasi, sebuah perusahaan disebutnya perlu menemukan investor yang ‘jatuh cinta’ dengan bisnis yang dijalankan. Oleh karena itu, penting bagi pemilik bisnis memahami secara jelas apa yang akan mereka lakukan dan bagaimana melakukannya untuk bisa mendapatkan ‘jodoh’ investor bisnis mereka.
ADVERTISEMENT
Hugo menjelaskan, ada dua jenis investor: Investor strategi dan investor pendanaan. Ketika mencari investor, pebisnis harus memahami terlebih dahulu tipe investor mana yang mereka butuhkan untuk mendukung gol dan tujuannya.
“Gol dan purpose yang direncanakan dan yang dijanjikan kepada investor itu harus in line dengan yang dihasilkan. Karena kalau sampai enggak, maka akan timbul permasalahan,” jelas Hugo.
“Saya enggak bicara bawa financial investor is better than strategic investor atau sebaliknya. Tapi dari awal sebagai founder kita mesti paham nih, sebenernya di fase ini kita lebih butuh mendapatkan pendanaan dari untuk strategic investor atau dari financial investor,” lanjutnya.
Pendiri Grupara Venture, Aryo Ariotedjo. Foto: Istimewa
Ada beberapa tips untuk mendapatkan investasi. Pendiri Grupara Venture, Aryo Ariotedjo menjelaskan, bahwa ada hal-hal sederhana yang perlu diperhatikan. Salah satunya ialah memiliki rencana yang detail soal meraih konsumen agar bisa mendapatkan kepercayaan dari venture capital atau investor.
ADVERTISEMENT
“Diharapkan sih lebih detail than just saying ‘oke kita mau habisin sekian rupiah’. But how do you actually find costumers? Karena menurut kita understanding the way we reach costumer itu penting sih karena kan ujung-ujungnya kalau lo gak bisa dapet costumer ya susah juga,” kata Aryo.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan proposal presentasi kepada investor. Apabila kamu masih ragu, kamu bisa mengecek presentasimu di platform benchmark presentasi seperti Investor Pitch Deck milik Sequoia.
Untuk pencarian investor sendiri, ada baiknya jika kamu melakukan pendekatan secara personal. Misalnya, menghubungi pihak investor atau venture capital lewat LinkedIn atau melewati teman yang pernah mendapatkan investasi dari investor tersebut.
“Kalau mau reach VC, saran gua, try not to email random. Misalnya buka website terus ada email dan kalian email, itu better kalau reach VC lewat LinkedIn lebih personal atau lewat temen yang pernah di-invest VC itu untuk dapat akses kebih baik dengan cara referral,” jelasnya.
ADVERTISEMENT