Lebih Efektif Mana, Dakwah Online atau Tatap Muka?

27 Desember 2017 12:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yan Harlan (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Yan Harlan (Foto: Resnu Andika/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dakwah memiliki arti penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Meski begitu, kata dakwah sendiri lebih sering digunakan dalam hal seruan mengamalkan ajaran agama Islam.
ADVERTISEMENT
Melihat perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini dan semakin eratnya manusia dengan dunia digital, ternyata turut berpengaruh terhadap cara penyampaian dakwah. Sejumlah pendakwah tampak mulai menyampaikan ajaran agama Islam dengan memanfaatkan teknologi, misalnya media sosial dan platform streaming.
Salah satu platform yang menyediakan layanan dakwah online di Indonesia adalah aplikasi Salingsapa. Yan Harlan, selaku salah satu pendiri Salingsapa. menuturkan dunia internet memang 'ajaib' karena kecepatan penyeberan yang cepat dan juga luas.
Salingsapa sendiri menyediakan berbagai konten di dalam layanannya, mulai dari teks, video, hingga audio dalam aplikasi terpisah bernama Salingsapa Radio. Semuanya bisa diakses dengan mudah melalui situs Salingsapa.com hingga aplikasi.
"Jadi, kenapa dipilih berbasis internet di awal itu kami lihat dari sisi kemudahan dan kecepatan. Kalau kita main dengan satelit mungkin terlalu mahal saat itu kita belum bisa, kalau bermain seperti televisi terestrial kita juga tidak mungkin karena terlalu mahal, jadi dengan online asal kita punya server kita punya koneksi yang baik dan bisa sudah melakukan live streaming serta menyimpan layanan video on-demand sendiri tanpa terkait ke YouTube. Jadi dengan kecepatan penyebaran dan kemudahan penyebaran jadi kita bisa buat platform sendiri," jelas pria yang akrab disapa Yan itu, saat diwawancarai kumparan (kumparan.com).
Yan Harlan (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Yan Harlan (Foto: Resnu Andika/kumparan)
Yan mengakui tren dakwah secara online saat ini terus meningkat, mengingat banyak manfaat yang bisa didapat dari hadirnya teknologi mobile. Video-video atau teks inspiratif mengenai ajaran Islam saat ini menurutnya sangat banyak beredar di media sosial dan juga obrolan aplikasi WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat dakwah konvensional alias tatap muka jadi semakin berkurang. Konten yang sifatnya tema-tema kajian sekarang sudah banyak disampaikan oleh para ustaz melalui layanan streaming video seperti Facebook Live.
Mana yang lebih efektif antara dakwah online dan konvensional?
Meski begitu, Yan menegaskan penyebaran dakwah secara tatap muka tidak akan dapat tergantikan oleh dakwah online. Ia berpendapat dakwah online ini hanya sebagai pelengkap saja dari dakwah tatap muka yang biasanya rutin dilakukan para ulama.
"Begini, dari sisi jangkauan memang dahsyat sekali kontribusi atau bantuan online ini untuk penyebaran dakwah, akan tetapi yang tidak tergantikan itu adalah hadir langsung, itu lebih menarik," katanya.
Oleh karena itu, Salingsapa sendiri menggunakan kedua metode ini agar lebih efektif, di mana diadakan sebuah kajian di suatu tempat dan dihadiri banyak orang, kemudian kajian itu disiarkan di platform-nya dalam bentuk video atau audio.
Aplikasi SalingSapa. (Foto: Google Play Store)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi SalingSapa. (Foto: Google Play Store)
Menurut Yan, dakwah yang diadakan secara konvensional juga efektif mengingat bagaimana ilmu itu bisa menggugah para jamaah yang datang ke dalam suatu kajian, sementara dakwah online efektifitas bisa dicapai lewat penyebarannya yang dahsyat.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Yan Harlan, ustaz Erick Yusuf yang terkenal lewat kampanye 'dakwah kreatif' pun mengatakan dakwah online dapat membantu menyebarkan ajaran Islam secara meluas hingga ke pelosok. Ia menyatakan dukungannya kepada para penceramah yang sering menggunakan media sosial sebagai saluran dakwahnya.
"Sebagai penceramah saya mendukung dakwah online ini, alasan memberi kemudahan dan bisa menyebarkan manfaat ilmu lebih banyak. Misalnya, saat ini banyak pendakwah yang main Twitter, mereka kadang men-tweet kata-kata indah yang mengajak kepada kebaikan langsung viral banyak yang retweet artinya pesan itu kan menyebar tidak hanya satu orang saja bila kita bandingkan ke orang yang dakwah ke majelis-majelis tertentu, efek yang didapat bisa beda," jelas Erick, saat dihubungi kumparan.
ADVERTISEMENT
Kelemahan dakwah online dan konvensional
Tapi sepakat dengan apa yang dinyatakan Yan Harlan, Erick juga mengungkapkan ada kelemahan pada dakwah online di mana tidak adanya kedekatan antara penceramah dan pendengar. Menurutnya, dakwah tatap muka lebih efektif dalam segi ikatan batin yang kuat.
"Orang-orang yang datang ke majelis punya ikatan batin yang kuat itu yang membedakan dengan dakwah secara online. Mereka sudah ada niat untuk datang ke majelis untuk mendengarkan ceramah atau sense untuk menerima ilmu sudah terbuka dengan adanya niat. Orang-orang bisa bersinergi dengan pendakwah, yang ceramah pun bisa lihat apakah materinya bisa diterima atau tidak dari gerak-gerik mereka, misalnya pendakwah memberikan materi yang susah maka audiensnya diam saja karena mungkin sulit menerima materi itu," paparnya.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, kelemahan dakwah online bisa dilihat dari masalah ini. Dalam dakwah online, pendakwah tidak tahu apakah materinya dapat diterima atau dimengerti oleh audiens yang jumlahnya bisa mencapai jutaan. Interaksi secara langsung menurut Erick lebih mengena dibandingkan menyaksikannya di layar kaca.
Kalau kita lihat, kedua metode dakwah ini memang saling melengkapi. Benar apa yang dikatakan Yan Harlan di atas. Itu dikarenakan kedua metode ini memiliki kelemahan masing-masing yang saling melengkapi. Kelemahan dakwah konvensional terletak pada penyampaiannya yang terbatas hanya untuk jemaah yang datang saja.
"Dakwah konvensional juga punya kekurangan seperti audiens yang terbatas ilmunya muter-muter aja di situ. Beda dakwah online yang menyebar luas, orang dari belahan dunia mana gitu bisa menrima ilmu yang diberikan dalan konten apapun baik teks, lagu, video. ya masing-masing punya kelebihan dan kekurangan," jelas Erick.
ADVERTISEMENT
Dakwah online harus dibarengi literasi internet
Teknologi memang bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal yang positif, tapi bukan berarti kemajuan ini tidak ada yang menyalahgunakan. Erick mengimbau para pendakwah yang menggunakan metode online tidak menyebarkan hal-hal negatif sehingga menjerumuskan masyarakat.
Seperti halnya masalah berita palsu atau hoax yang seringkali kita jumpai di dunia internet, literasi online memang sangat penting demi menghindarkan masyarakat dari masalah semacam ini. Oleh karena itu, dakwah online ke depannya harus dibarengi dengan literasi internet agar masyarakat bisa benar-benar mengonsumsi konten yang positif.
ADVERTISEMENT
Ya, ke depannya dakwah secara online memang bisa dibilang bakal terus maju mengingat masyarakat saat ini sudah akrab dengan smartphone dan internet. Tapi, memang kita harus berhati-hati terhadap konten negatif yang bisa menjerumuskan kita, sehingga patut diperhatikan saluran yang digunakan atau siapa yang menyampaikannya.
Akan lebih baik jika kita mengakses dakwah online dari saluran dan sosok yang terpercaya.