Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Mahasiswa Univ. Brawijaya Sukses Bikin Alat Deteksi Dini Henti Jantung Pakai AI
3 November 2024 18:01 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tim menciptakan inovasi berupa Portable kit D-Dimer Level Detector. Alat ini dibuat untuk membantu penderita kardiovaskular dengan risiko sudden cardiac death lewat metode tes D-dimer, yang selanjutnya, pendeteksian menggunakan aplikasi berbasis AI atau artificial intelligence .
Cara kerja
Beda halnya dengan tes kadar D-dimer konvensional yang menggunakan sampel darah, Tim Solyd Ias melakukan deteksi kadar D-dimer lewat air liur serta urine pakai metode ELISA KIT dan lateral flow immuosorbent assay. Konsepnya mirip seperti alat deteksi rapid test yang hasilnya bisa dilihat dengan cepat.
Hasil ELISA KIT sediaan air liur atau urine tadi lalu di-scan melalui aplikasi ciptaan mereka, namanya D-App. Cara kerjanya, membaca warna air liur atau urine pada tes sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Tim Solyd Ias merancang aplikasi D-App berbasis deep learning Convolutional Neural Network. Aplikasi dirancang agar bisa membaca warna hasil tes cepat itu dengan akurat.
Rangkaian metode tes D-dimer di atas, mampu membantu dokter dalam memeriksa potensi sudden cardiac death dengan segera. Hasil bisa langsung keluar setelah durasi deteksi 20-30 menit, jauh lebih cepat dari metode tes D-dimer biasa yang memakan waktu berhari-hari.
Belum lagi, tes D-dimer konvensional (pakai darah) saat ini cuma bisa dilakukan di RS, laboratorium atau klinik kesehatan. Hal ini membuat pasien harus menempuh perjalanan dan waktu, hanya untuk melakukan tes.
Salah satu perwakilan tim, yakni Safina Amelia Khansa mengatakan bahwa tingkat akurasi alat yang diciptakan bersama timnya, memiliki tingkat akurasi hingga 94,7 persen dalam mendeteksi potensi sudden cardiac death.
ADVERTISEMENT
Terinspirasi Ashraf Sinclair
Tim Solyd Ias punya cerita unik dalam menciptakan alat ini. Mereka terinspirasi insiden sudden cardiac death yang dialami suami Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair.
“Ashraf meninggal tiba-tiba, padahal dia (orang) yang aktif berolahraga. Yang kami tahu, beliau meninggal karena kematian jantung mendadak, saat sedang tidur,” ujar Safina.
Berkat temuannya, tim Solyd Ias berhasil menyabet juara satu kategori mahasiswa dalam ajang SFT 2024. Mereka mendapatkan hadiah berupa produk-produk Samsung senilai Rp 170 juta untuk pemenang pertama.
“Tahun ini, kami sangat bangga melihat antusiasme dan minat anak-anak muda Indonesia yang luar biasa menjadi peserta Samsung Solve for Tomorrow,” jelas Ennita Pramono, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia.
“Jumlah peserta yang mendaftar mencapai 2.400 anak dari seluruh Indonesia. Ini berarti 1,5 kali lipat dibandingkan tahun lalu,” tambahnya.
ADVERTISEMENT