news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mark Zuckerberg Diam-diam Tinggalkan Metaverse? Jadi Fokus Garap AI?

8 Maret 2023 15:13 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Avatar metaverse Mark Zuckerberg Foto: Dok. Meta
zoom-in-whitePerbesar
Avatar metaverse Mark Zuckerberg Foto: Dok. Meta
ADVERTISEMENT
Facebook telah menggelontorkan miliaran dolar AS selama dua tahun terakhir ini untuk menggarap teknologi metaverse. Mereka bahkan mengganti nama induk usaha dari Facebook menjadi Meta. Namun, saat ini mereka malah justru banting setir ikut tren raksasa teknologi, melirik kecerdasan buatan (AI).
ADVERTISEMENT
Metaverse adalah ruang virtual, di mana manusia bisa berinteraksi secara 3D. Ini menggabungkan teknologi AR dan VR untuk menciptakan dunia virtual yang imersif.
Beda dengan game biasa seperti Minecraft atau Roblox yang hanya membutuhkan konsol atau desktop, metaverse membutuhkan VR headset sebagai alat perantara pengguna dengan dunia virtualnya.
Di sinilah Meta hadir dengan produknya, tak hanya menjual headset VR (Oculus atau VR Quest), tapi juga merancang wadah metaverse sebagai tempat berinteraksi bahkan bertransaksi. Meta berangan-angan untuk menciptakan hardware, software, dan platform penunjang yang dibutuhkan untuk menciptakan dunia Metaverse.

Facebook re-branding menjadi Meta

Facebook ganti nama menjadi Meta pada 2021 lalu, sebagai wujud serius mendalami bisnis dunia virtual. Mereka 'mengorbankan' nama Facebook Inc.
ADVERTISEMENT
Meta kemudian membenamkan 10 miliar dolar AS untuk investasi Metaverse. Nominal sebegitu besar, hanya untuk tahun 2021 saja. Investasi dilanjutkan lagi pada 2022 dengan tekor 13 miliar dolar AS. Biaya tersebut mengalir ke divisi metaverse di Meta, Reality Labs.
Logo Meta, rebranding perusahaan Facebook. Foto: Dado Ruvic/Reuters
Di tahun 2022, Reality Labs menyetor keuntungan ke Meta sebesar 727 juta dolar AS. Pun mayoritas penyumbang penghasilan dari Reality Labs adalah penjualan Meta Quest, perangkat VR untuk membawa pengguna ke dalam metaverse.
Perlu dicatat, bahwa Meta punya platform Horizon World. Meta berharap ada transaksi di platform tersebut dan Meta bisa memotong 47 persen dari transaksi tersebut.
Kerugian ini belum membawa angan-angan metaverse Zuckerberg terhempas ke tanah.
Di pertengahan 2022, Mark Zuckerberg pernah mengatakan “berharap pada dasarnya dapat menjangkau sekitar 1 miliar orang di metaverse yang melakukan perdagangan ratusan dolar AS.”
ADVERTISEMENT
Pada earning call akhir tahun 2022, Mark Zuckerberg bersikukuh di depan investor bahwa ia masih optimistis dengan peluang bisnis metaverse.

Tiba-tiba belok ke AI

Di tengah kapal yang menerobos laut bisnis metaverse yang membawa entah ke mana, Meta tiba-tiba ikut dalam perang artificial intelligence (AI) lantaran sejumlah perusahaan teknologi besar macam Google dan Microsoft fokus ke arah sana. Aplikasi ChatGPT buatan OpenAI menarik perhatian publik atas teknologi AI yang memahami konteks.
Lembaga OpenAI asal Francisco, Amerika Serikat, merilis chatbot AI yang bernama ChatGPT pada November 2022 lalu. AI konversasional ini sukses meraih 1 juta pengguna hanya dalam 5 hari, pencapaian yang butuh waktu 5 bulan bagi Netflix untuk meraih angka tersebut. Genderang perang ditabuh, semua raksasa terjun ke AI.
Ilustrasi ChatGPT. Foto: CHUAN CHUAN/Shutterstock
Mulai dari Microsoft yang mengintegrasikan AI OpenAI (GOT-3, atau ChatGPT) masuk ke mesin pencari mereka; Bing.
ADVERTISEMENT
Google tak mau kalah dengan Microsoft Bing dan ChatGPT. Mereka mengumumkan Bard yang akan mendukung fitur AI di mesin pencari Google. Belum lagi AI sejenis yang dibuat oleh Baidu asal China, Rebellion dari Korea Selatan, dan banyak lagi.
Meta jelas tak mau kalah. 26 Februari 2023 lalu Mark Zuckerberg melalui akun Facebook dan Instagram mengumumkan peluncuran AI konversasional versi mereka yang diberi nama LLaMA. Berbeda dengan ChatGPT yang tersedia luas, AI ini tersedia untuk penggunaan non komersial untuk lembaga riset, kampus, NGO hingga laboratorium perindustrian.
Dua hari kemudian, Mark Zuckerberg mengumumkan bahwa ia mengumpulkkan tim AI di seluruh Meta, untuk “turbocharge pekerjaan kami di bidang ini.” Ini termasuk AI untuk memperkuat fitur Instagram, Facebook, dan WhatsApp.
ADVERTISEMENT

Apakah metaverse dari Meta produk gagal?

Banyak pihak yang skeptis dengan mimpi dunia virtual Mark Zuckerberg sejak awal. Berbeda dari model bisnis startup, atau diversifikasi bisnis raksasa teknologi pada umumnya, metaverse ini bisa dikatakan tidak dimulai sebagai problem solver.
Ambisi Meta untuk metaverse dimulai ketika kripto, NFT, metaverse, dan bisnis web 3.0, sedang tren dan itu hanya terjadi dalam jangka pendek. Sekelas Mark Zuckerberg ikutan FOMO?
Bukan hanya tak jelas dari sisi masalah yang diselesaikan, metaverse memakan banyak dana hanya investasi dengan return yang entah kapan datangnya.
“Tekanan yang dihadapi bisnis Meta pada tahun 2022 sangat akut, signifikan, dan tidak terkait dengan metaverse,” kata Matthew Ball, seorang investor dan pakar metaverse yang nasihatnya dicari oleh Zuckerberg, dilansir The New York Times.
ADVERTISEMENT
“Dan ada risiko bahwa hampir semua yang Mark uraikan tentang metaverse itu benar, kecuali waktunya lebih jauh dari yang dia bayangkan.”
Pada awal 2022 lalu, profesor marketing dari New York University, Scott Galloway, memprediksi bahwa metaverse tidak akan menarik bagi publik, dan menyebut metaverse Meta sebagai “kantong sampah”
Strategi Mark Zuckerberg untuk mengembangkan dunia virtual pun disebut tidak masuk akal karena pertumbuhan pendapatannya lebih kecil ketimbang investasinya.
“Dia melakukan hal yang tepat secara strategis. Masalahnya adalah taktiknya tidak masuk akal. Orang-orang di alam semesta ini tidak terkesan dengan alam semesta yang dia bayangkan, dan khususnya portalnya,” kata Galloway dalam podcast Pivot yang diselenggarakan Vox pada Februari 2022 lalu.
“Saya tidak berpikir mereka akan melakukannya. Saya pikir benda ini sudah menjadi kantong kotoran raksasa yang menyala.”
Avatar metaverse Mark Zuckerberg. Foto: Dok. Meta
Dalam perjalanannya, Meta kesulitan menarik lebih banyak pengguna untuk mencicipi metaverse miliknya. Pun pegawai Meta sendiri tidak tertarik. Ini belum termasuk kritik pedas netizen terhadap grafik avatar metaverse Mark Zuckerberg,
ADVERTISEMENT
Pada September 2022 lalu, memo internal mengungkapkan bahwa Horizon World, platform metaverse buatan Meta, berkualitas rendah, banyak bug, dan bahkan pegawainya sendiri jarang menggunakannya.
Memo yang ditulis oleh VP Meta, Vishal Shah, tertanggal 15 September 2022 mengungkapkan bahwa tim pembuat Horizon World akan tetap dalam "penguncian kualitas" selama sisa tahun untuk "memastikan bahwa kita memperbaiki kesenjangan kualitas dan masalah kinerja kami sebelum kami membuka Horizon untuk lebih banyak pengguna."
Meta sempat mengeklaim Horizon World meraih 300 ribu pengguna di awal tahun. Namun dari memo tersebut terungkap bahwa Horizon World bahkan tidak memenuhi ekspektasi kualitas.
“Feedback dari kreator, pengguna, penguji permainan, dan ketidaksempurnaan (cacat) user experience, masalah stabilitas dan bug membuat komunitas kami terlalu sulit untuk merasakan keajaiban (pengalaman) di Horizon,” jelas Shah.
ADVERTISEMENT
“Sederhananya, agar sebuah pengalaman menjadi menyenangkan dan kuat, pertama-tama pengalaman itu harus dapat digunakan dan dibuat dengan baik.”

Keuangan semakin lesu, memaksa Meta PHK 11 ribu karyawan

Metaverse kurang peminat, dan investasi yang besar, membuat keuangan Meta menjadi lesu. Juli 2022, Meta melaporkan penurunan penghasilan pertama mereka sejak IPO 10 tahun lalu. Harga saham Meta juga anjlok sejak all-time-high September 2021.
Penghasilan Meta, dengan produk utama adalah iklan lintas platform, juga semakin buruk sejak Apple meluncurkan App Tracking Transparency untuk iPhone di 2021. Fitur ini menjegal aplikasi yang ingin melacak aktivitas pengguna iPhone lintas aplikasi, membatasi profiling pengguna, yang berguna untuk targetted ads. Diprediksi fitur ini membuat Meta tekor 10 miliar dolar AS.
ADVERTISEMENT
Salah satu konsekuensi dari semua faktor ini adalah PHK massal yang dilakukan Meta pada November 2022 lalu, yang mengeluarkan 11 ribu atau setara dengan 13 persen karyawannya.