Melihat Simulasi Kapal Selam ARA San Juan yang Karam di Samudra Atlantik

26 April 2021 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ARA San Juan di tahun 2013. Foto: Argentina Navy via AP
zoom-in-whitePerbesar
ARA San Juan di tahun 2013. Foto: Argentina Navy via AP
ADVERTISEMENT
Indonesia sedang berduka setelah kapal selam KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam, Sabtu (24/4). Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan 53 awak KRI Nanggala telah gugur.
ADVERTISEMENT
Tragedi karamnya kapal selam kerap beberapa kali terjadi di era modern. Insiden serupa juga menimpa ARA San Juan, kapal selam milik angkatan laut Argentina, yang karam pada 16 November 2017.
Kapal buatan Jerman yang mengangkut 44 awak tersebut hilang di Samudra Atlantik Selatan. Setelah setahun menghilang, bagian kapal selam ARA San Juan akhirnya ditemukan. Diduga kuat kapal selam itu meledak di dalam laut. Bangkai kapal yang berhasil terlihat adalah baling-baling, torpedo, dan bagian atas kapal selam.
Menurut keterangan Angkatan Laut Argentina, bagian kapal selam ARA San Juan ditemukan di kedalaman sekitar 900 meter di Samudra Atlantik. Puing-puing bangkai kapal ditemukan telah hancur dan tersebar di area seluas sekitar 8.000 meter persegi.
Kapal selam militer Argentina ARA San Juan Foto: Armada Argentina/Handout via REUTERS
Atas peristiwa ini, sebuah penelitian dilakukan untuk menyimulasikan dan rekonstruksi peristiwa tenggelamnya kapal selam ARA San Juan di bawah laut. Makalah yang berjudul "Implosion of the Argentinian submarine ARA San Juan S-42 undersea: Modeling and simulation" dilakukan menggunakan teknologi pemodelan dengan superkomputer.
ADVERTISEMENT
Penulis utama makalah ini, Chunqiu Wei yang berasal dari Beijing Institute of Technology, menjelaskan riset ini mempelajari peristiwa kapal selam Argentina yang tenggelam, ARA San Juan S-42, pada November 2017. Pemodelan dan simulasi menggunakan superkomputer LS-DYNA sebagai platform-nya.
"Kami pertama kali meninjau kembali fenomena ledakan bawah air dengan menguji tekanan silinder aluminium yang terpasang di tangki air dan mencocokkan pola deformasi struktural. Dengan menggunakan model dasar untuk kapal selam, kami dapat melakukan rekonstruksi peristiwa untuk ledakan bawah air ARA San Juan S-42," kata Wei dikutip Science Direct.
Rekonstruksi dalam riset ini dapat divisualisasikan dengan animasi video yang diperoleh dari simulasi superkomputer dan dibandingkan dengan animasi video yang di-render secara artistik yang dilakukan oleh Kostack Studio. Render video 3D yang sama pun sempat viral dan menjadi bahan perbincangan di media sosial pasca-insiden KRI Nanggala.
Kapal selam militer Argentina ARA San Juan. Foto: Armada Argentina/Handout via REUTERS

Kapal selam ARA San Juan diperkirakan hancur di kedalaman laut 500 meter

Dalam simulasi kapal selam ARA San Juan menggunakan struktur material baja HY-100 untuk bagian kulit luarnya. Jenis baja HY-100 dipilih, karena cukup umum diadopsi untuk kapal selam, terutama untuk kapal selam kuno ARA San Juan. Pilihan baja ini dianggap wajar, tetapi peneliti harus mengakui bahwa jenis baja yang digunakan sebenarnya tidak ketahui.
ADVERTISEMENT
Baja HY-100 dapat bertahan pada tekanan hidrostatik di kedalaman sekitar 100 meter di bawah air. Namun, kapal selam ARA San Juan diklaim memiliki ring-stiffeners, yaitu penyangga cincin yang juga menggunakan baja HY-100.
ARA San Juan memiliki jumlah total 45 ring yang ditambahkan ke dalam lambung kapal. Ketebalan ring stiffeners yang digunakan dalam simulasi berukuran 0,2 meter, dan ketebalan baja hanya 4 centimeter.
Ring stiffeners di kapal selam ARA San Juan. Foto: Dok. Riset "Implosion of the Argentinian submarine ARA San Juan S-42 undersea: Modeling and simulation"
Pada kedalaman 100 meter, kapal selam ARA San Juan tidak meledak. Ia pun tetap bertahan pada kedalaman 200 atau 300 meter. Namun, saat disimulasikan menggunakan kedalaman air sekitar 500 meter, terjadi tekanan hidrostatik yang menghancurkan kapal. Perhitungan dalam riset ini menunjukkan bahwa ledakan terjadi pada kedalaman 500 meter atau mungkin lebih dangkal.
ADVERTISEMENT
Karena ledakan kapal selam terjadi di perairan yang dalam dan gelap, hampir tidak ada yang pernah melihat kejadiannya di situ. Ketika sebuah kapal selam mengalami malfungsi dan tenggelam ke kedalaman yang lebih dalam, tekanan air yang meningkat memberikan tekanan hidrostatik yang lebih tinggi pada kulit terluar kapal selam.
Ledakan dapat terjadi secara tiba-tiba, dalam waktu cepat dan kulit terluar rusak parah atau hancur. Serangkaian guncangan semacam itu, dapat menyebabkan kerusakan serius pada bangunan bawah air di dekatnya.
Kapal selam ARA San Juan karam. Foto: Dok. Riset "Implosion of the Argentinian submarine ARA San Juan S-42 undersea: Modeling and simulation"
Karena kapal selam mengalami malfungsi dan tenggelam, mungkin tidak dapat mempertahankan posisi keseimbangannya. Kapal selam ARA San Juan mungkin tenggelam dalam posisi kepala di bawah yang miring, atau jatuh ke samping.
Karamnya kapal selam ARA San Juan bermula saat kapten kapal melaporkan masuknya air ke dalam snorkel kapal yang menyebabkan salah satu baterai kapal tersebut mengalami arus pendek. Saat itu, angkatan laut langsung memerintahkan agar ARA San Juan kembali ke pangkalan angkatan laut di Mar del Plata.
ADVERTISEMENT
Kapten sempat melaporkan bahwa kebocoran berhasil ditangani, namun beberapa jam setelah itu, sebuah ledakan dideteksi tak jauh dari lokasi terakhir kapal selam ARA San Juan. Muncul kendala saat proses evakuasi kapal selam tersebut. Sejumlah peneliti mengatakan, untuk mengangkat bangkai kapal selam ARA San Juan dibutuhkan biaya hingga miliaran dolar AS.
Terkait besarnya biaya pengangkatan, Menteri Pertahanan Argentina, Oscara Aguand, mengatakan pemerintah kemungkinan besar tak akan melakukan hal tersebut. Medan berat di dasar samudra menjadi alasan lain kenapa bagian kapal laut tersebut tidak diangkat.