Mengenal 3 Planet Layak Huni dan Mengandung Air di Galaksi Trappist-1

23 Februari 2017 14:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi sistem planet di Trappist-1. (Foto: NASA / JPL-Caltech)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sistem planet di Trappist-1. (Foto: NASA / JPL-Caltech)
Badan antariksa Amerika Serikat, NASA, telah mengumumkan penemuan 7 planet baru yang berlokasi di sistem tata surya Trappist-1, dengan 3 di antaranya disebut berpotensi layak untuk dihuni oleh manusia. Untuk sementara ini NASA memberi nama bintang induk dan nama planet dalam sistem Trappist-1, dengan urutan alfabet. Bintang induk diberi nama "a" dan planet yang paling akhir adalah "h." Tiga exoplanet yang diprediksi oleh NASA layak huni adalah planet e, f, dan g. Ketiganya bisa jadi rumah baru bagi manusia karena memiliki air cair di permukaannya dalam bentuk danau atau lautan yang bisa menjadi kunci kehidupan. Kemungkinan dukungan kehidupan ada karena posisi ketiga planet ini yang berada di zona Goldilocks, sebuah kondisi iklim yang tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin bagi kehidupan untuk berkembang di sana. Karena masuk dalam zona Goldilocks, maka suhu permukaan di sana hanya berkisar antara nol hingga 100 derajat Celcius sehingga air tidak akan langsung mendidih menguap atau membeku begitu saja. Untuk memberi gambaran, NASA memberi ilustrasi permukaan dari planet d di Trappist-1 memanfaatkan teknologi virtual reality di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Di antara ketiga exoplanet layak huni ini, hanya planet 'g' yang memiliki radius dan massa planet yang lebih besar di Trappist-1. Bahkan, besarnya melebihi Bumi. Nama Trappist-1 merupakan singkatan dari The Transiting Planets and Planetesimals Small Telescope (TRAPPIST), yang pertama kali diberikan di Chile pada Mei 2016. Waktu itu, para peneliti mengumumkan Trappist memiliki tiga planet. Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan memanfaatkan beberapa teleskop di darat, termasuk Very Large Telescope dari European Southern Observatory. Tim yang mengoperasikan Spitzer Space Telescope awalnya membenarkan ada dua planet dalam sistem tata surya tersebut, kemudian ditemukan lima planet tambahan, sehingga meningkatkan jumlah planet dalam Trappist-1 menjadi tujuh. Planet-planet yang berada di luar sistem tata surya kita, Bima Sakti, kerap disebut exoplanet. Sementara Trappist-1 sendiri merupakan sistem galaksi atau bintang yang berada di konstelasi Aquarius yang jaraknya 40 tahun cahaya dari Bumi. Menurut Thomas Zurbuchen selaku administrator asosiasi dari Direktorat Misi Sains NASA, penemuan ini bisa menjadi bagian penting dalam teka-teki menemukan lingkungan layak huni yang kondusif untuk hidup.
ADVERTISEMENT
"Menjawab pertanyaan 'apakah kita sendirian' adalah prioritas ilmu dan menemukan begitu banyak planet-planet seperti ini untuk pertama kalinya di zona layak huni merupakan langkah luar biasa maju menuju tujuan itu," ujarnya.
Sistem pasang-surut terkunci
Beberapa hal menarik sejauh ini telah diketahui tentang sistem di Trappist-1 berkat kerja keras para peneliti dalam memanfaatkan teleskop dan para instrumennya. NASA mengatakan sistem pasang surut pada planet di Trappist-1 semuanya terkunci. Itu berarti sisi yang sama dari planet akan selalu menghadap ke bintang induk. Sisi gelap permukaan planet juga tak akan pernah bertemu dengan sinar dari bintang induk.
Ilustrasi air di planet dalam Trappist-1. (Foto: NASA / JPL-Caltech)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi air di planet dalam Trappist-1. (Foto: NASA / JPL-Caltech)
NASA juga menyimpulkan bahwa cuaca di sana benar-benar tidak seperti di Bumi. Tak ada angin kencang yang berubah dari siang ke malam hari atau perubahan suhu ekstrem. Selain itu, tujuh planet dalam Trappist-1 mengorbit lebih dekat dengan bintang induk mereka daripada jarak mengorbit Merkurius dengan Matahari kita. Planet-planet di Trappist-1 berada sangat dekat satu sama lain. Jika seseorang berdiri di salah satu permukaan planet pada Trappist-1, NASA memprediksi, orang tersebut bisa melihat dan berpotensi melihat fitur geologi atau awan dari planet tetangga. Bisa jadi planet tetangga itu terlihat lebih besar dibandingkan Bulan jika dilihat dari Bumi. Penelitian selanjutnya akan fokus memantau suhu, kandungan hidrogen di atmosfer, serta kandungan gas lain pada planet-planet di Trappist-1. Mari nantikan hasil penelitian berikutnya dari NASA dan badan antariksa negara lain.
ADVERTISEMENT