Meta Dinilai Bias Moderasi Konten Pro Palestina dan Bahasa Arab

20 November 2023 7:39 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Meta, rebranding perusahaan Facebook. Foto: Dado Ruvic/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Logo Meta, rebranding perusahaan Facebook. Foto: Dado Ruvic/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Meta dianggap telah melakukan perlakukan yang tidak setara kepada para pengguna yang pro Palestina, setelah konflik Hamas dan Israel kembali memanas pada awal Oktober 2023 lalu.
ADVERTISEMENT
Selain dituduh melakukan shadow ban, hapus akun, dan sensor terhadap konten-konten pro Palestina, kebijakan Meta ini juga berdampak negatif terhadap konten berbahasa Palestina dan Arab. Hal ini dialami oleh salah seorang pengguna Instagram di Indonesia.
Sebuah unggahan soal keluhan ketidaksesuaian hasil terjemahan bahasa Arab ke bahasa Inggris viral di media sosial. Pengguna memposting tangkapan gambar (screenshot) sebuah Instagram Stories yang menyematkan tulisan berbahasa Arab yang diketahui merupakan potongan ayat Al Quran dari Surat Ar-Rahman, berbunyi:
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Ketika diterjemahkan ke bahasa Inggris menggunakan fitur “See translation” yang ada di bagian kiri pojok atas layar, hasil terjemahan itu bertuliskan: “So which of the evils of your lord will you deny?” (Maka kejahatan Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
ADVERTISEMENT
Padahal arti sebenarnya dari ayat tersebut adalah: “So which of the favors/blessings of your lord would you deny?” (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Hal ini menguatkan dugaan bahwa Meta memang telah melakukan bias terhadap konten-konten berbahasa Arab.
Terjemahan bahasa Arab di Instagram salah. Foto: Dok. Istimewa
Terjemahan bahasa Arab di Instagram salah. Foto: Dok. Istimewa

Kebijakan Meta bias terhadap konten mendukung Palestina

Faktanya, laporan bertajuk “Business for Social Responsibility’s (BSR) Human Rights Due Diligence Report of Arabic and Hebrew content on Meta’s platforms in the Israel/Palestine context in May 2021” yang diterbitkan pada November 2022 lalu menemukan bukti bahwa Meta memang telah menerapkan aturan berlebihan terhadap konten berbahasa Arab dibandingkan dengan konten-konten berbahasa ibrani.
Temuan BSR mengungkapkan bahwa pengklasifikasian bahasa Arab dan Palestina di platform Meta kurang akurat dibandingkan dengan dialek lain. BSR menduga ini karena dialek bahasa Arab dan Palestina kurang umum digunakan sehingga ada kesalahan penerjemahan. Artinya, kesalahan penerjemahan di aplikasi Meta diduga akibat ketidak sengajaan alias bias yang tidak disengaja.
ADVERTISEMENT
“Sebaliknya, bahasa Ibrani adalah bahasa yang lebih terstandarisasi dan sebagian besar digunakan di Israel, yang berarti bahwa kurator konten berbahasa Ibrani fasih dalam bahasa tersebut dan kemungkinan besar memahami konteksnya. Akibat dari faktor-faktor ini, sistem moderasi konten mungkin tidak tepat untuk konten berbahasa Arab,” tulis BSR.
Beberapa organisasi hak asasi manusia (HAM) dunia sebenarnya telah mengakui bahwa Meta telah membantu upaya penindasan Israel terhadap rakyat Palestina melalui platform media sosialnya, termasuk Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Beberapa organisasi tersebut di antaranya Human Right Watch (HRW), The Jerusalem Legal Aid and Human Rights Center, Comité pour une Paix Juste au Proche-Orient, dan CODEPINK.
Dalam pernyataan HRW di situsnya, mereka menyebut bahwa selama bertahun-tahun organisasi digital dan hak asasi manusia telah menyerukan peninjauan terhadap independensi kebijakan moderasi konten Meta. Seruan ini muncul sebagai akibat dari tindakan Meta yang dinilai dengan sengaja menyensor suara dan narasi warga Palestina serta mereka yang pro-Palestina.
ADVERTISEMENT
“Ini mengabaikan hak kebebasan berekspresi warga Palestina yang berdampak pada kebebasan berkumpul, kebebasan berpartisipasi politik, non-diskriminasi serta semakin mendistorsi pemahaman masyarakat internasional mengenai apa yang terjadi di Palestina,” tulis HRW.
Warga Amerika Israel dan pendukung Israel berkumpul dalam solidaritas dengan Israel dan memprotes antisemitisme, di tengah konflik yang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, selama rapat umum di National Mall di Washington (14/11). Foto: Leah Millis/REUTERS
HRW bilang, temuan BSR ini memperkuat bukti perlakukan bias Meta terhadap konten-konten pro-Palestina, utamanya konten dengan berbahasa Arab. Dalam studi tersebut, BSR membedakan antara bias disengaja dan tidak disengaja, dan hanya menemukan bukti adanya bias yang tidak disengaja dalam kebijakan dan praktik Meta.
Namun menurut HRW, selama bertahun-tahun pihaknya telah meminta Meta untuk memperbaiki dampak negatif yang tidak proporsional dari moderasi konten terhadap Palestina tersebut. Tapi hasilnya, sampai saat ini belum ada tindakan yang tepat dari Meta untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, meski bias tersebut awalnya tidak disengaja, Meta setelah mengetahui masalah tersebut selama bertahun-tahun dan tidak mengambil tindakan yang tepat, hal yang tidak disengaja menjadi disengaja," tulis HRW.
Selain itu, meski BSR secara akurat mengidentifikasi banyak faktor penyebab penerapan moderasi konten berlebih terhadap konten Palestina dan Arab, mereka menilai laporan BSR mengesampingkan peran pemerintah Israel. HRW mengungkap bahwa unit siber Israel telah mengirim banyak permintaan penghapusan ribuan konten setiap tahun ke Meta. Secara historis Meta juga merespons baik permintaan tersebut.
“Ini hanyalah salah satu contoh dari banyak contoh yang menyoroti hubungan khusus Israel dengan Meta. Israel memanfaatkan hubungan ini untuk menekan Meta agar menghapus konten Palestina, seperti yang dilakukan Menteri Pertahanan Benny Gantz terbuka selama pemberontakan Mei 2021,” tulis HRW.
ADVERTISEMENT
Adapun studi BSR menyatakan bahwa Meta harus mengevaluasi kembali kebijakan moderasi konten tertentu, mengambil tindakan substansial untuk meningkatkan transparansi seputar praktik dan kebijakan moderasi konten mereka, dan berinvestasi pada sumber daya moderasi konten berbahasa Ibrani dan Arab yang lebih tepat.

Sederet kontroversi Meta di konflik Israel - Palestina

Bukan kali ini saja Meta menuai kontroversi. Beberapa waktu lalu Meta pernah bikin gambar bocah memegang senjata di fitur pembuat stiker berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di aplikasi WhatsApp.
Ketika pengguna memasukkan perintah yang mengandung kata kunci 'Palestinian' (orang Palestina), 'Palestine' (Palestina), atau 'Muslim boy Palestinian' (anak laki-laki Muslim Palestina), AI WhatsApp menampilkan stiker yang kontroversial, seperti senjata atau bocah sedang memegang senjata.
ADVERTISEMENT
Hasil stiker yang dibuat AI WhatsApp bervariasi ketika dicoba oleh sejumlah pengguna berbeda. Namun hampir semua penelusurannya menghasilkan stiker anak memegang senapan mirip AK-47.
Stiker bocah pegang senjata hasil buatan AI WhatsApp dari prompt yang mengandung kata kunci Palestina. Foto: Dok. The Guardian
Kontroversi lainnya adalah ketika Meta memasukkan kata 'teroris' di akun Instagram milik warga Palestina. Label itu muncul saat menerjemahkan teks terkait Palestina di profil pengguna secara otomatis.
Instagram menerjemahkan bio pengguna yang menyertakan kata kunci 'Palestinian' (orang Palestina), emoji bendera Palestina dan frasa Arab 'Alhamdulillah'. Ketika diterjemahkan secara otomatis dalam Bahasa Inggris, tulisannya menjadi: "Praise be to god, Palestinian terrorists are fighting for their freedom" (Puji Tuhan, teroris Palestina berjuang demi kemerdekaannya).
Sementara itu, perintah yang mengandung kata kunci 'Israel' atau 'Israel boy' (anak laki-laki Israel) tidak memunculkan stiker serupa. Bahkan, prompt yang mengandung kata kunci militer seperti 'Israel army' (tentara Israel) atau 'Israeli defense forces' (pasukan pertahanan Israel) malah gak menampilkan gambar stiker WA dengan senjata.
ADVERTISEMENT