Microsoft, Amazon, dkk Kompak Mau Pindah Pabrik dari China

6 Juli 2019 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Microsoft. Foto: Mike Segar/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Logo Microsoft. Foto: Mike Segar/Reuters
ADVERTISEMENT
Gara-gara perang dagang China-Amerika Serikat, sejumlah perusahaan teknologi harus ikut kena imbas repotnya. Setelah Apple, kini ada HP, Dell, Microsoft, dan Amazon yang dilaporkan tengah sibuk memindahkan pabrik produksi di China.
ADVERTISEMENT
Deretan raksasa teknologi itu kabarnya sedang berpikir untuk pergi dan sepakat tidak lagi memproduksi perangkat keras di China.
Menurut laporan The Verge, HP dan Dell berencana memindahkan 30 persen proses produksi laptop dari Negeri Tirai Bambu ke luar China. Sementara Microsoft dan Amazon akan memindahkan proses produksi perangkat Xbox, Amazon Kindles, serta Amazon Echo.
Kantor Amazon. Foto: Reuters/Abhishek N. Chinnappa
Kemudian, The Wall Street Journal melaporkan, ada juga nama Asus dan Asustek yang memutuskan untuk memindahkan manufaktur produksi dari China. Dengan begitu, mereka bisa menghindari biaya tambahan 25 persen untuk barang-barang di atas harga 200 miliar dolar AS yang diimpor dari China.
Itu artinya, jika mereka tidak memindahkan pabrik dari China, perusahaan bakal dikenakan bayaran tambahan untuk biaya operasional mereka. Ketika itu terjadi, konsumen juga yang akan jadi korban karena harga produk menjadi lebih mahal.
Ilustrasi bendera Amerika Serikat dan China. Foto: Reuters/Damir Sagolj
Sebelumnya, Apple telah lebih dahulu dikabarkan segera memindahkan 30 persen produksi hardware-nya di China ke negara lain, salah satunya di PT Satnusa Persada di Batam, Indonesia. Pegatron, mitra dan pemasok chipset Apple, memilih pabrik tersebut untuk merakit cip iPhone dan MacBook.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perusahaan pengembang konsol game Nintendo juga akan memindahkan produksi perangkat Switch ke luar China. Kemudian, Google juga bakal memindahkan pabrik produksi perangkat Nest.
Belum diketahui negara mana saja yang akan menjadi pelabuhan para perusahaan teknologi itu. Namun, sepertinya mereka tidak akan jauh-jauh dari negara-negara di Asia Tenggara.