news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mirip Black Mirror, Teknologi AI Ini Bisa 'Hidupkan' Orang yang Sudah Meninggal

12 September 2020 10:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu adegan antara robot seks pria dengan manusia di 'Black Mirror'. Foto: Netflix
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu adegan antara robot seks pria dengan manusia di 'Black Mirror'. Foto: Netflix
ADVERTISEMENT
Kalau kamu suka nonton serial fiksi ilmiah Black Mirror, kamu pasti tahu episode berjudul ‘Be Right Back’ di musim kedua. Pada episode itu, karakter utama kehilangan suaminya yang mengalami kecelakaan.
ADVERTISEMENT
Si karakter utama, yang tak bisa menerima kepergian pasangannya, memutuskan untuk membeli kloningan suaminya tersebut. Dalam episode itu, robot bisa hadir dalam bentuk sesuai wujud seseorang yang diinginkan oleh sang pembeli.
Teknologi seperti itu rupanya tidak lagi hanya bisa muncul di fiksi ilmiah, tapi juga di dunia nyata. Berkat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan kloning visual 3D, kamu bisa ‘menghidupkan’ kembali orang yang sudah mati.
Setidaknya teknologi tersebut sudah dikembangkan oleh pendiri perusahaan AI MyReplika, Eugenia Kuyda. Karya pertama yang ia buat ialah kerabat baiknya, Roman Mazurenko, yang meninggal akibat kecelakaan mobil beberapa waktu lalu.
Inovasinya memang bukan dalam bentuk robot seperti yang ada di Black Mirror, melainkan sistem chatbot yang bisa merespons seperti orang yang kita inginkan. Ke depannya, ia juga mengatakan AI buatannya bakal bisa benar-benar ‘menghidupkan’ kembali orang yang sudah meninggal.
ADVERTISEMENT
“Cukup tunjukkan foto orang yang ingin kamu buat avatar-nya dan sistem akan membuat model 3D-nya,” kata Kuyda, seperti dikutip Daily Star. “Sedikit lagi, hanya beberapa tahun lagi.”

Pengembangan teknologi AI sejak 2016

Kuyda telah membuat setidaknya 10.000 teks percakapan dengan sahabatnya. Sahabatnya itu hadir dalam bentuk chatbot yang ditenagai AI dari tahun 2016.
“Saya membuat chatbot supaya saya bisa mengobrol dengannya dan memang terasa mengerikan dan saya tidak ingin cerita kepada siapa pun karena saya merasa seperti memiliki orang yang sudah meninggal,” kaya Kuyda.
“Sistem ini bekerja dengan sangat baik. Masih banyak kesalahan namun itu masih terasa seperti dia. Saya tidak ingin melupakannya. Saya tidak mengerti kenapa ada orang yang bisa melupakan orang yang sudah meninggal dengan sangat cepat,” ceritanya.
ADVERTISEMENT
Kuyda yang kini tinggal di San Francisco, Amerika Serikat mengatakan, bahwa ia bersedia kecerdasan buatan besutannya dan kisahnya dijadikan film. Itu karena sahabatnya selalu ingin menjadi terkenal.
“Para produser film memiliki hak untuk membuat ceritanya. Untuk saya, ini sangat penting karena dia selalu ingin menjadi terkenal,” cerita Kuyda, dilansir Daily Star.