Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mundur dari Komisaris, Badrodin Haiti Jadi Penasihat Senior Grab
21 Februari 2017 9:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Grab Indonesia tidak sepenuhnya kehilangan Badrodin Haiti yang menyatakan mundur dari posisi komisaris utama pada Februari lalu. Mantan Kapolri itu ternyata tetap menjadi bagian dari Grab Indonesia sebagai penasihat senior.
Mundurnya Badrodin sebagai komisaris utama Grab Indonesia disebabkan oleh adanya aturan yang tak membolehkan seorang komisaris utama badan usaha milik negara (BUMN), merangkap jabatan serupa di perusahaan lain.
Badrodin sendiri, pada November lalu, dipercaya menjadi presiden komisaris di PT Waskita Karya, BUMN yang bergerak di bidang konstruksi.
Grab menyatakan pihaknya dan Badrodin patuh dengan keberadaan aturan tersebut “dan sepakat untuk melakukan penyesuaian dan reposisi yang diperlukan.”
ADVERTISEMENT
Grab berkata pembicaraan perusahaan dengan Badrodin untuk masuk dalam jajaran komisaris telah berlangsung sejak November 2016, kemudian disahkan dalam rapat umum pemegang saham, dan baru diumumkan pada akhir Januari 2017.
Di tengah jalan, Badrodin berkata pengangkatannya sebagai komisaris utama Grab tak sejalan dengan aturan di BUMN dan ia lebih memilih Waskita Karya.
Grab sendiri sedang agresif memperkuat bisnisnya di Indonesia. Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura itu bakal menggelontorkan investasi 700 juta dolar AS di Indonesia dalam empat tahun ke depan.
Dana itu, akan dipakai untuk membangun pusat riset dan pengembangan teknologi, serta merekrut lebih banyak pemrogram komputer dari Indonesia. Mereka juga akan memperkuat layanan pembayaran mobile GrabPay.
Grab sendiri bersaing ketat dengan Uber dan Gojek dalam layanan motor serta mobil panggilan.
Indonesia diprediksi akan jadi pasar transportasi online terbesar di Asia Tenggara pada 2025, dengan nilai mencapai 5,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 74,1 triliun, menurut riset Google dan Temasek Holdings. Sementara itu nilai pasar transportasi online di Indonesia pada 2015 mencapai 800 juta dollar AS atau Rp 10,5 triliun.
ADVERTISEMENT