Nakhoda Cari Sinyal HP Berujung Tumpahkan 1.000 Ton Minyak ke Laut Mauritius

11 Oktober 2023 7:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gambar satelit menunjukkan kondisi kapal MV Wakashio yang kandas di terumbu di lepas pantai Mauritius. Foto: Satellite image Maxar Technologies/Handout via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Gambar satelit menunjukkan kondisi kapal MV Wakashio yang kandas di terumbu di lepas pantai Mauritius. Foto: Satellite image Maxar Technologies/Handout via Reuters
ADVERTISEMENT
Masih ingat insiden tumpahnya 1.000 ton minyak di laut Mauritius, 2020 lalu? Jangan kaget kalau faktanya, ini disebabkan oleh masalah sepele.
ADVERTISEMENT
Insiden tumpahnya minyak pada tahun 2020 lalu ini, terjadi di dekat Blue Bay wilayah Mauritius. Saat itu ada sebuah kapal kargo bernama Wakashio, yang tengah melintas dalam perjalanan dari China ke Brasil.
Kapal ini milik Jepang tetapi berlayar di bawah bendera Panama melalui rute Samudra Hindia.Kapal ini dinakhodai oleh seorang WN India.
Tim penyelidik dari Dewan Keselamatan Transportasi Jepang, menemukan fakta mengejutkan. 2 hari sebelum karam, kapten kapal rupanya mengubah rute perjalanan.
Kondisi kapal MV Wakashio milik Jepang sebelum ditenggelamkan. Foto: Mobilisation Nationale Wakashio/via REUTERS
Nakhoda memilih untuk berlayar di jarak yang sangat berbahaya, yaitu 5 mil atau 8 km dari garis pantai terdekat. Pelayaran dengan jarak sedekat ini sangat berisiko lantaran perairan masuk dalam kategori dangkal.
Padahal rute asli adalah kapal berlayar dengan jarak 22 mil atau 35 kilometer dari garis pantai. Kapten tidak menyadari bahwa kedalaman perairan di daerah dangkal yang dilaluinya kurang dari 20 meter.
ADVERTISEMENT
Nahas, Kapal kemudian menabrak terumbu karang sehingga menyebabkan tumpahan bahan bakar minyak, menurut laporan Ubergizmo.
Nakhoda nekat mengubah rute dan berlayar di perairan dangkal, hanya karena ingin mencari sinyal HP. Nakhoda mengarahkan kapalnya ke area yang berada dalam jangkauan sinyal seluler.
Kapten juga meminum dua gelas wiski dan air di pesta ulang tahun salah satu awak kapal sebelum kecelakaan menurut catatan KyodoNews.
Bangkai lumba-lumba yang mati dan terdampar di pantai di Grand Sable, Mauritius, Rabu (26/8). Foto: REUTERS/Beekash Roopun/L'Express Maurice
Bangkai lumba-lumba yang mati dan terdampar di pantai di Grand Sable, Mauritius, Rabu (26/8). Foto: REUTERS/Beekash Roopun/L'Express Maurice
Singkat cerita, ribuan ton minyak tumpah. Insiden ini membawa dampak buruk terhadap lingkungan. Minyak menyebar dari Blue Bay hingga Trou d'Eau Douce.
Perairan dan garis pantai Mauritius basah kuyup oleh hampir 1.000 ton bahan bakar beracun, menghancurkan mata pencaharian banyak nelayan dan pekerja pariwisata, menurut catatan Greenpeace.
Pembersihan pesisir terhambat oleh pandemi COVID-19 dan cuaca buruk. Kondisi ini menambah buruknya kerusakan yang disebabkan oleh tumpahan tersebut.
ADVERTISEMENT
Greenpeace menyebut insiden tersebut sebagai bencana lingkungan terburuk dalam sejarah Mauritius. Mereka menulis laporan mengenai kematian paus dan lumba-lumba yang terdampar di pantai dan kerusakan signifikan pada ekosistem laut.