Nodeflux Rilis VisionAIre, Teknologi Face Recognition untuk Perbankan

10 Oktober 2019 20:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Nodeflux. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Logo Nodeflux. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu menunggu begitu lama untuk verifikasi data pribadi saat membuka rekening bank? Meski terlihat sangat sepele, hal tersebut dapat menguras waktu dan tenaga kamu untuk hal yang lebih penting.
ADVERTISEMENT
Persoalan ini yang hendak diselesaikan oleh Nodeflux, perusahaan teknologi Indonesia. Solusi yang mereka tawarkan adalah VisionAIre, sebuah teknologi face recognition atau pengenal wajah berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Dengan VisionAIre, mereka hendak mewujudkan otomatisasi perbankan.
"Di bawah payung VisionAIre, kami hadirkan solusi yang menggabungkan vision AI, input, dan analitik AI dari berbagai riset dan implementasi teknologi Nodeflux selama beberapa tahun. Termasuk mengembangkan teknologi platform terbaru kami, VisionAIre Know-Your-Customer (KYC) untuk meningkatkan otomasi verifikasi perbankan di Indonesia," ungkap Richard Dharmadi, Group Product Manager Nodeflux, pada saat acara peluncuran VisionAIre di Jakarta, Kamis (10/10).
Richard sendiri mengungkapkan, bahwa penerapan vision AI berbasis snapshot analytics (pengenalan gambar berbasis AI) merupakan sektor yang baru bagi perusahaan. Pasalnya, selama ini Nodeflux hanya menggarap realtime analytics yang berbasis video.
Richard Dharmadi, Group Product Manager Nodeflux. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan
Richard juga mengklaim VisionAIre tidak hanya dapat diterapkan pada layanan perbankan. Hal ini karena sifat kecerdasan buatan dapat memotong waktu operasional apapun.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Richard, Ivan Tigana, Chief Commercial Officer Nodeflux, menilai bahwa VisionAIre dapat diterapkan untuk layanan e-commerce. Pengenalan wajah berbasis AI dapat menghindari pihak e-commerce dari praktik penipuan (fraud) karena dapat mengetahui siapa pelanggan mereka.
"Model bisnis mereka (e-commerce) kan open untuk jualan. Tapi, ternyata ada user yang dia jadi penjual dan jadi pembeli. Jadi, sistem e-commerce enggak pernah tahu bahwa mereka bertransaksi sendiri, dan akhirnya mereka malah memanfaatkan cashback-nya kah, apa segala macam," jelas Ivan.
"Jadinya, itu kan enggak membuktikan adanya pertumbuhan ekonomi. Justru jadi ada fraud activity, gitu. Jadi, si e-commerce ini dapat problem. Sebenarnya kita butuh tahu, makanya namanya Know-Your-Customer," tambahnya
Ivan Tigana, Chief Commercial Officer Nodeflux. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan
Nodeflux Klaim Tidak Simpan Data Pribadi Pengguna
ADVERTISEMENT
Salah satu persoalan yang juga disinggung oleh Nodeflux pada saat peluncuran adalah privasi dan keamanan data pengguna.
Perusahaan mengklaim bahwa persoalan data pengguna tidak menjadi masalah bagi mereka. Pasalnya, Nodeflux hanyalah sebuah platform kecerdasan buatan yang hanya memproses identifikasi data, sebelum kemudian menghapusnya setelah proses identifikasi selesai.
"Jadi, di dashboard kita, kalau saya sebagai pengguna layanan keuangan, saya ambil foto nih, terus saya foto KTP saya. Kita proses, kita balikin tingkat kemiripan kedua muka itu, lalu foto-foto tadi enggak kita simpan," pungkas Richard.
Logo Nodeflux. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan