Nomor Telepon Pengguna Facebook Bocor Dijual Rp 282 Ribu, Ada dari Indonesia?

27 Januari 2021 10:35 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Facebook Foto: Reuters/Valentin Flauraud
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Facebook Foto: Reuters/Valentin Flauraud
ADVERTISEMENT
Sebuah database berisi jutaan nomor telepon pengguna Facebook dilaporkan telah dijual secara ilegal melalui platform aplikasi chat, Telegram. Kabar ini tentu membuat pengguna Facebook harap waspada dengan dampak kebocoran data pribadi ini.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan dari Motherboard, database nomor telepon yang dijual bukanlah data baru, melainkan hasil dari kebocoran data 533 juta pengguna Facebook yang terjadi pada 2019 lalu. Meskipun data lama, masih ada risiko keamanan siber dan privasi bagi mereka yang nomor teleponnya mungkin terungkap.
Peneliti keamanan siber Hudson Rock yang menemukan aksi jual-beli data ini pertama kali, Alon Gal menyatakan, kebobolan data nomor telepon sangat berbahaya bagi keamanan privasi pengguna Facebook.
Sementara media sosial milik Mark Zuckerberg mengaku bahwa data terkait dengan kebocoran tersebut sudah diperbaiki sejak Agustus 2019.
"Sangat mengkhawatirkan melihat database sebesar itu dijual di komunitas kejahatan dunia maya, hal itu sangat membahayakan privasi kami dan pasti akan digunakan untuk kegiatan smishing dan penipuan lainnya oleh aktor jahat," kata Gal.
Ilustrasi Telegram. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Motherboard mengungkapkan cara kerja bagaimana aksi jual-beli data nomor telepon Facebook ini dilakukan di Telegram. Rupanya pembelian ini dilakukan melalui bot untuk membantu mengetahui nomor telepon pengguna Facebook.
ADVERTISEMENT
Pertama, pembeli memasukkan nomor telepon ke dalam bot untuk menemukan ID Facebook dari pemilik nomor telepon atau sebaliknya. Untuk mendapatkan nomor telepon secara utuh, pembeli harus membayar mulai dari 20 dolar AS atau sekitar Rp 282 ribu. Pembeli juga dapat membeli nomor dalam jumlah 10.000 nomor dengan membayar 5.000 dolar AS atau sekitar Rp 70 juta.
Gal mengeklaim, bot ini telah beroperasi secara aktif setidaknya mulai dari 12 Januari 2021. Bot tersebut dilaporkan berisi informasi tentang pengguna Facebook dari AS, Kanada, Inggris, Australia, dan 15 negara lainnya.
Tidak hanya itu, Gal juga mem-posting daftar lengkap pengguna Facebook yang terpengaruh berdasarkan negara, dengan Indonesia masuk dalam daftar tersebut. Sekitar 130 ribu pengguna Facebook dari Indonesia merupakan korban dari kebobolan data ini. Meski begitu, belum diketahui apakah data pengguna Facebook di Indonesia termasuk yang dijual di Telegram atau tidak.
ADVERTISEMENT
Belum diketahui juga apakah Telegram telah menghapus bot tersebut atau tidak sampai saat ini. Namun, walau bot telah dihapus, bisa saja database pengguna Facebook ini masih dapat ditemukan dan disebarkan kembali sewaktu-waktu. Hal ini membuat pengguna Facebook yang terkena dampak harus tetap waspada agar tidak menjadi korban penipuan.
"Penting bagi Facebook untuk memberi tahu penggunanya tentang pelanggaran ini sehingga mereka cenderung tidak menjadi korban berbagai upaya peretasan dan social engineering," tambah Gal.