Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Rabu (29/4) menjadi momen penting bagi aplikasi streaming video Hooq . Sebab itu adalah hari terakhir Hooq beroperasi, sebelum resmi menutup semua layanannya pada 30 April 2020 mendatang.
ADVERTISEMENT
Hooq dipastikan menutup semua layanannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Singapura, Filipina, Thailand, dan India. Alasan dibalik penutupannya yaitu karena bisnis mereka tak berkembang untuk menutupi biaya operasional.
Kepastian penutupan layanan disampaikan langsung oleh Guntur Siboro, Country Head Hooq Indonesia. Ia mengatakan, keputusan penutupan datang dari para pemegang saham Hooq yang sudah memutuskan untuk likuidasi perusahaan pada 27 Maret lalu.
"Ya, layanan akan berhenti pada 30 April. Pada 27 Maret yang lalu pemegang saham Hooq sudah memutuskan likuidasi Hooq," ujar Guntur, kepada kumparan, Minggu (26/4).
Melalui media sosial dan juga aplikasinya, Hooq memberikan 'surat cinta' kepada seluruh pelanggannya yang sudah setia selama lima tahun sejak 2015. Perusahaan juga menyebut ada 80 juta pelanggan yang bergabung dan menikmati berbagai konten video.
"Kami hadir untuk menyajikan hiburan terbaik, baik lokal hingga Hollywood. Ini adalah keputusan yang berat, namun harus diambil. Kami sangat menghargai dukungan Anda selama ini," tulis Hooq.
ADVERTISEMENT
Sampai Rabu (29/4), pelanggan Hooq masih bisa menikmati semua konten video yang disajikan di aplikasi sampai pukul 00.00 WIB. Para pelanggan tidak akan dikenakan biaya apa-apa lagi dan juga Hooq sudah tidak menerima pelanggan baru sejak likuidasi pada 27 Maret.
"Sudah tidak ada charging dan aktivasi pelanggan baru sejak Singtel filing likuidasi Hooq di Singapura tanggal 27 Maret," jawab Guntur, saat ditanya soal nasib pelanggan Hooq.
Bagaimana dengan karyawan Hooq? Guntur menjelaskan, para karyawan Hooq Indonesia akan di-lay off pada Mei 2020 mendatang untuk mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR). Kemudian, proses selanjutnya mengikuti peraturan pemerintah soal perusahaan yang likuidasi atau pailit.
"Karena perusahaan likuidasi maka karyawan akan berhenti sesuai dengan pengaturan UU yang berlaku," terangnya.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan The Business Times, ada sekitar 240 karyawan Hooq yang akan dirumahkan di enam negara tempat perusahaan beroperasi. Namun, Guntur tidak mau menanggapi hal tersebut dan mengungkap berapa karyawan yang di Indonesia yang terkena lay off.
"Layanan streaming video Hooq Digital, sebuah perusahaan patungan di mana Singtel memiliki 76,5 persen kepemilikan efektif tidak langsung, harus memecat tenaga kerja globalnya sebanyak 240 orang di enam pasar, termasuk sekitar 98 di Singapura, setelah memasuki likuidasi pada 27 Maret," tulis laporan tersebut.
Sementara untuk konten digital, Guntur menjelaskan masih dipegang oleh Hooq Content Company, tetapi setelah proses likuidasi belum ada kabar lebih lanjut.
Hooq Digital merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Singapore Telecommunication Ltd (Singtel), Sony Pictures Television, dan Warner Bros Entertainment, yang didirikan pada 2015. Singtel menguasai kepemilikan saham tidak langsung Hooq sebesar 76,5 persen.
ADVERTISEMENT
Singtel berharap likuidasi ini tidak memiliki dampak material pada aset perusahaan. Likuidasi sendiri dilakukan karena Hooq dinilai gagal tumbuh dengan cepat, tidak bisa meraih profit berkelanjutan, dan tak sanggup menutupi biaya operasional juga ongkos produksi yang terus naik.
Ketatnya persaingan di industri video streaming dan munculnya pandemi virus corona membuat Hooq semakin terpuruk. Pandemi menyebabkan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah meroket, berdampak pada biaya operasional makin tinggi. Kenaikan itu membuatnya makin sulit bersaing dengan kompetitor.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.