Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Pendiri Ethereum 'Ngide' Ganti Perempuan dengan Rahim Buatan
20 Januari 2022 7:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pendiri uang kripto dan platform blockchain Ethereum, Vitalik Buterin, mengusulkan ide agar peran perempuan untuk mengandung diganti dengan rahim buatan. Gagasan tersebut, kata dia, akan membantu mengurangi kesenjangan gaji antargender.
ADVERTISEMENT
Pendapat Buterin soal rahim buatan itu ia sampaikan dalam sebuah percakapan Twitter yang bermula dari kicauan orang terkaya di dunia, Elon Musk.
Pada Rabu (19/1), Elon Musk nge-tweet bahwa "Kita seharusnya lebih khawatir tentang keruntuhan populasi," sembari mencatut sejumlah berita yang menyatakan bahwa tingkat kelahiran AS menurun 4 persen pada 2020.
Musk memang belakangan khawatir dengan penurunan tingkat kelahiran. Pada acara CEO Council yang dihelat The Wall Street Journal pada Desember lalu, Musk menyebut bahwa fenomena penurunan tingkat kelahiran akan membuat peradaban manusia "hancur."
Kicauan Musk tersebut pun dibalas oleh sejumlah pemimpin teknologi. Mereka berpikir tentang cara menjaga tingkat kelahiran tetap terjaga.
“Kita harus berinvestasi dalam teknologi yang membuat memiliki anak lebih cepat/mudah/lebih murah/lebih mudah diakses… Rahim sintetis, dll,” kata Sahil Lavingia, pendiri platform perdagangan produk digital Gumroad.
ADVERTISEMENT
Gagasan rahim buatan tersebut ditolak oleh seorang followers Lavingia yang menyebutnya sebagai "ide yang buruk."
Buterin kemudian nimbrung obrolan tersebut. Menurutnya, teknologi rahim buatan bermanfaat agar perempuan dapat terus bekerja dan mengurangi kesenjangan gaji antara laki-laki dan perempuan.
"Kesenjangan dalam keberhasilan ekonomi antara laki-laki dan perempuan jauh lebih besar setelah perkawinan+anak-anak masuk," kata Buterin, sembari mencatut sebuah berita dari Vox yang mengabarkan soal kesenjangan gaji gender di Denmark akibat kehamilan.
Rahim buatan sendiri bukanlah angan-angan kosong belaka. Pada 2019 lalu, para ilmuwan di Belanda mengeklaim mereka dapat menciptakan rahim buatan pertama di dunia dalam waktu 10 tahun.
Teknologi itu, bagaimanapun, ditujukan untuk melindungi bayi prematur dan bukan untuk menggantikan kehamilan alami.
ADVERTISEMENT
Kicauan Lavingia dan Buterin kemudian ditanggapi secara negatif oleh netizen, khususnya mereka yang perempuan. Mereka menganggap solusi rahim buatan adalah ide yang konyol dan tidak tepat sasaran.
Jurnalis perempuan Amil Niazi, misalnya, mengkritik Lavingia dengan menyebut bahwa alasan orang enggan memiliki anak karena biaya untuk itu sangat mahal.
“Alasan mayoritas orang memilih untuk tidak memiliki anak tidak memilikinya bukan karena mereka kekurangan rahim sintetis yang cepat dan mudah, itu karena semakin merasa Anda perlu menjadi jutawan untuk memiliki mereka," jelasnya.
Sementara itu, banyak juga orang yang mengkritik Buterin karena dianggap lebih mementingkan produktivitas karyawan perempuan ketimbang kesejahteraan mereka.
"Pria lebih suka mengembangkan rahim robot daripada mengadvokasi cuti berbayar," kritik penulis Lyz Lenz.
ADVERTISEMENT