Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pengakuan Nadiem yang Tak Menyangka Go-Jek Bisa Ekspansi Asia Tenggara
13 September 2018 18:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Nadiem Makarim mulai membangun aplikasi layanan transportasi online Go-Jek sejak tahun 2014. Di Januari 2015, Go-Jek resmi merilis aplikasi untuk smartphone. Setelah beroperasi selama tiga tahun, Go-Jek membuktikan dirinya tak sekadar jago kandang. Kini mereka menancapkan cakar bisnis untuk ekspansi ke negara lain.
ADVERTISEMENT
Selaku CEO Go-Jek, Nadiem ternyata tak pernah menyangka perusahaan yang dipimpinnya bisa melakukan ekspansi ke negara tetangga dan bersaing dengan kompetitor yang telah lebih dulu beroperasi di Asia Tenggara.
Ketika awal mula membangun Go-Jek, Nadiem hanya berpikir untuk menjawab tantangan dan masalah yang ada di Indonesia. Ternyata, teknologi yang dibangun Go-Jek memberi harapan lebih dan dapat dimanfaatkan untuk menjawab tantangan era digital di negara lain.
"Bicara dua tahun, tiga tahun lalu, bisa go-internasional, jadi global company, enggak mungkinlah. Sangat enggak menyangka," kata Nadiem usai jumpa pers peluncuran Go-Viet di Hanoi, Vietnam, pada (12/9).
Go-Jek memulai ekspansinya dengan masuk ke pasar Vietnam. Pasar ini dirasa tepat karena jumlah pengemudi motornya sangat besar. Penetrasi pengguna smartphone di perkotaan telah mencapai 84 persen pada 2017 dari total populasi, menurut lembaga riset Nielsen.
ADVERTISEMENT
1 Agustus 2018, Go-Jek masuk ke kota Ho Chi Minh. Nadiem mengklaim Go-Viet memiliki 25 ribu mitra pengemudi, aplikasinya telah diunduh sebanyak 1,5 juta kali, dan telah meraih pangsa pasar 35 persen layanan transportasi berbasis motor.
Kemudian pada 12 September 2018, Go-Viet ekspansi ke kota Hanoi. Acara peluncurannya disaksikan oleh Presiden Joko Widodo sebagai bentuk dukungan terhadap Go-Jek.
Pemerintah Jokowi mendukung penuh upaya Go-Jek dalam ekspansi ke pasar ASEAN. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menjelaskan dukungan terhadap Go-Jek juga termasuk diskusi dengan pemerintah negara setempat agar dapar berbisnis dan berkompetisi sebagaimana mestinya.
"Lebih dari support. Presiden sendiri menyampaikan kalau saya bertemu pemimpin negara lain yang memberikan masukan, agar cepat kasih tahu saya. Seperti tadi di rapat bilateral itu juga mengangkat isu dari perusahaan Indonesia di Vietnam," kata Rudiantara.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi sendiri berharap Go-Jek bisa masuk ke negara yang telah dibidik, seperti Thailand, Singapura, dan Filipina.
Rudiantara berharap ekspansi Go-Jek ke Asia Tenggara dibarengi dengan upaya membangun teknologi pembayaran elektronik. Dalam pertemuan World Economic Forum di Hanoi, para pemimpin negara ASEAN membahas upaya kolaborasi dalam hal pembayaran elektronik.
"Harus berpikir bagaimana secepatnya negara ASEAN bekerjasama. Go-Jek secara sistem harus mempunyai peluang paling besar segara melakukan ekspansi dalam e-payment di negara ASEAN. Merespons cepat perkembangan digital," tegas Rudiantara.
Dalam menjalankan ekspansi, Go-Jek memilih untuk melakukan kemitraan strategis dengan perusahaan dan talenta lokal. Perusahaan lokal di suatu negara dapat memanfaatkan sumber daya teknologi yang sukses dipakai Go-Jek di Indonesia, namun pengembangannya digarap oleh talenta lokal dan layanannya juga disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
ADVERTISEMENT
Go-Viet di Vietnam sendiri, kini dipimpin oleh Duc Nguyen selaku pendiri sekaligus CEO Go-Viet. Mereka baru fokus pada layanan berbasi motor, yaitu Go-Bike dan Go-Send. Seiring dengan bertambahnya karyawan lokal, Go-Viet akan menyediakan layanan Go-Car, Go-Life, Go-Food, hingga metode pembayaran non-tunai Go-Pay.