Pengguna Ini 'Curhat' Ribetnya Pasang Internet Starlink di Rumah

23 Mei 2024 10:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Starlink. Foto:  rarrarorro/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Starlink. Foto: rarrarorro/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang pengguna berbagi cerita bagaimana ribetnya pasang internet Starlink di rumah. Dalam video yang dibagikan di TikTok dan Instagram, dia beberapa kali harus memindahkan antena untuk mendapatkan sinyal satelit yang optimal.
ADVERTISEMENT
Dalam video yang dibagikan oleh @crazyrich.entertainment di TikTok dan Instagram memperlihatkan proses pemasangan perangkat Starlink yang berfungsi untuk menangkap sinyal internet dari satelit. Awalnya, antena seharga Rp 7,8 juta itu diletakkan di atap rumah yang diketahui menjadi kantor crazyrichentertainment.id. Namun, sinyal internet tak kunjung didapat.
Udah di ruangan terbuka pun masih belum dapat-dapat sinyalnya,” tulis caption dalam di video @crazyrich.entertainment.
Si pemilik kemudian mencari spot lain, di mana antena diletakkan di balkon rumah. Lagi-lagi, sinyal yang ditunggu-tunggu tak kunjung muncul karena kemungkinan terhalang oleh bangunan. Pemilik juga mencoba memasangnya di tempat lain, tapi hasilnya tetap sama.
“Akhirnya cari spot lain. Sampe kita gantung di balkon ini. Repot banget dah. Segala cara biar dapet spot sinyalnya nih,” tulis @crazyrich.entertainment.
ADVERTISEMENT
“Sampe manjat ke genteng ges ini nyari sinyalnya. Tetep aja gak dapet-dapet sinyalnya. Tolong ada yang ngerti gak sih kenapa ini masalahnya?”
Setelah berjibaku menempatkan antena di posisi yang tempat, sinyal internet pun didapat. Namun, kecepatannya sangat lambat. Dalam gambar yang disertakan dalam video, aplikasi speedtest membaca kecepatan download hanya berkisar 19 Mbps, sementara upload 20,7 Mbps.
Menurut pengguna Starlink yang telah menjajal kecepatan internet satelit, Ramda Yanurzha, antena tersebut memang harus ditempatkan di ruang terbuka, tidak boleh terhalang oleh benda lain di atasnya, termasuk ranting pohon, bangunan, atau tower BTS.
“Jadi dia memang syaratnya butuh luas pandang yang cukup besar, 100 derajat kalau nggak salah. Posisi antena jangan terhalang oleh ranting pohon, bangunan, atau objek lain. Nanti kan juga ada built in analisisnya, jadi kelihatan daerah mana yang terhalang,” kata Ramda kepada kumparanTECH beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Ramda juga menegaskan, internet Starlink nggak cocok buat orang yang maunya “terima beres”. Sebab, mereka harus memasang perangkat dan setup sendiri antenanya sebelum bisa menikmati internet super ngebut.
Sementara menurut Ridwan Effendy, Dosen Prodi Telekomunikasi STEI Institut Teknologi Bandung (ITB), internet satelit Starlink lebih cocok digunakan di rural area atau wilayah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) karena mungkin di sana jangkauan akses fixed broadband maupun seluler masih kecil dan sulit. Starlink juga cocok untuk perusahaan yang beroperasi di tengah laut yang tidak terjangkau oleh internet kabel.
Ridwan menyarankan agar mereka yang tinggal di perkotaan, lebih baik menggunakan layanan broadband atau seluler. Layanan berbasis kabel dinilai lebih stabil. Sementara layanan internet satelit konektivitasnya rawan terganggu, di mana kecepatan internet akan melambat saat banyak digunakan di satu area. Faktor cuaca ekstrem juga bisa memengaruhi internet satelit.
ADVERTISEMENT
“Perlu diperhatikan, sistem komunikasi satelit berbeda dengan fiber optic maupun seluler. Starlink ini bagus untuk rural, pedalaman, bahkan laut. Dia nanti agak sulit untuk memenuhi kebutuhan buat di kota. Menurut saya, sistem komunikasi satelit nggak bisa menandingi broadband dan seluler.” ujar Ridwan.