Penyebab Microsoft Windows hingga Azure Down Massal: Error di CrowdStrike

19 Juli 2024 20:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Microsoft. Foto: rafapress/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Microsoft. Foto: rafapress/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sistem komputer yang menggunakan layanan Microsoft down di seluruh dunia. Sumber masalahnya ada di perusahaan keamanan siber, CrowdStrike Holdings Inc.
ADVERTISEMENT
CrowdStrike menjadi pusat perhatian di insiden ini gegara pembaruan aplikasi antivirus mereka bermasalah hingga menyebabkan sistem komputer berbasis Windows, yang menggunakan software-nya, tumbang berjamaah.
Masalah teknis tersebut mengganggu operasional bisnis para klien Microsoft, mulai dari maskapai penerbangan, bank, hingga rumah sakit di sejumlah negara, karena layanannya menjadi lumpuh pada Jumat (19/7) WIB.
Microsoft mengonfirmasi Falcon Sensor buatan CrowdStrike menjadi penyebab cloud Azure, aplikasi Office365, dan sistem operasi Windows-nya mengalami gangguan. Sejumlah pengguna laptop dan PC Windows melaporkan, perangkat mereka mendadak blue screen dan terpaksa harus dimatikan atau restart.
"Kami mengetahui adanya masalah pada Windows 365 Cloud PC yang disebabkan oleh pembaruan terkini pada software CrowdStrike Falcon Sensor," tulis Microsoft di akun X (dulu Twitter) @MSFT365Status.
ADVERTISEMENT
Microsoft mengatakan pihaknya telah memperbaiki penyebab utama layanannya tumbang. Dengan catatan, dampak sisa gangguan masih memengaruhi beberapa aplikasi dan layanan Microsoft 365.
"Kami melakukan mitigasi tambahan untuk memberikan bantuan," tambah perusahaan.
CrowdStrike didirikan oleh mantan Chief Technology Officer (CTO) McAfee Inc., George Kurtz, serta Dmitri Alperovitch dan Gree Marston, pada 2011 lalu. Perusahaan yang berbasis di Austin, Texas, AS, ini sekarang dipimpin oleh Kurtz yang menjabat sebagai CEO.
Kurtz mengatakan gangguan telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah diterapkan. Gangguan ini disebut hanya dialami oleh pelanggan yang menggunakan perangkat Windows, sementara Mac dan Linux tidak terpengaruh.
Dia juga memastikan insiden ini bukan karena peretasan atau serangan siber.
"CrowdStrike secara aktif bekerja sama dengan pelanggan yang terkena dampak cacat yang ditemukan dalam satu pembaruan konten untuk host Windows," kata Kurtz di akun X resminya.
ADVERTISEMENT
"Tim kami dikerahkan sepenuhnya untuk memastikan keamanan dan stabilitas pelanggan CrowdStrike."

Microsoft Down, Layanan Publik juga Down

Maskapai penerbangan termasuk yang terdampak dari tumbangnya layanan Microsoft. Qantas dari Australia, serta Frontier, Sun Country Airlines, United, American, dan Delta di AS, terpaksa menghentikan penerbangannya.
Pengguna aplikasi dan situs web maskapai Ryanair di Eropa juga mengeluhkan tidak dapat check-in untuk penerbangan pada Jumat (19/7) pagi waktu setempat.
Sementara itu, beberapa bandara di Eropa juga melaporkan masalah teknis, seperti matinya layar yang menampilkan informasi keberangkatan di bandara Heathrow, Gatwick, dan Edinburgh di Inggris Raya. Bandara Berlin Brandenberg telah menginformasikan kepada pelanggan untuk mengantisipasi penundaan saat check-in.
Bandara di Belanda, Selandia Baru, Jepang, dan India dikabarkan juga mengalami masalah penerbangan akibat Microsoft down. Bahkan, bandara terbesar di Swiss, Zurich, saat ini menghentikan pesawat mendarat.
Pesawat American Airlines terparkir di Bandara Ronald Reagan, AS. Foto: REUTERS/Joshua Roberts
Stasiun televisi macam Sky News dan CBBC sudah berhenti mengudara selama beberapa jam sejak layanan Microsoft tumbang.
ADVERTISEMENT
Supermarket di Inggris macam Aldi, Morrison's, dan Waitrose juga terdampak, dengan mengalami masalah dalam menerima pembayaran kartu. Begitu pun dengan rumah sakit, apotek, dan praktik dokter yang kesulitan mengambil catatan medis, dengan dua rumah sakit di Luebeck dan Kiel, Jerman, terpaksa membatalkan operasi medis yang tidak mendesak.
Sejumlah bank di Australia, seperti Commonwealth Bank, National Australia Bank (NAB), dan Bendigo pun ikut terdampak. Commonwealth sudah menginformasikan nasabah untuk tidak melakukan transfer uang selama layanannya masih gangguan.