Penyiar Radio Gugat ChatGPT karena Pencemaran Nama Baik: Disebut Gelapkan Dana

12 Juni 2023 8:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ChatGPT. Foto: Iryna Imago/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ChatGPT. Foto: Iryna Imago/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang penyiar radio bernama Mark Walters di Georgia, AS, menggugat perusahaan OpenAI selaku pengembang ChatGPT, dalam kasus pencemaran nama baik karena sistem AI itu membuat informasi salah tentang dirinya yang dituduh melakukan penggelapan dana dari organisasi nirlaba.
ADVERTISEMENT
Mark Walters adalah pendiri Armed American Radio yang dalam situs web resmi menggambarkan dirinya adalah pihak yang memperjuangkan hak memakai senjata bagi warga.
Gugatan dari Walters kepada OpenAI diajukan pada 5 Juni 2023 di Pengadilan Tinggi Gwinnett County di Georgia. Dia meminta ganti rugi moneter yang belum ditentukan nominalnya dari OpenAI.
ChatGPT memberikan informasi salah itu atas permintaan dari seorang jurnalis, Fred Riehl. Dia meminta ChatGPT meringkas sebuah kasus yang sedang disidangkan dalam pengadilan federal berdasarkan sebuah dokumen digital PDF yang dirilis oleh organisasi nirlaba Second Amendment Foundation.
ChatGPT menanggapinya dengan membuat ringkasan yang salah. Ringkasan itu berisi beberapa informasi yang benar secara faktual, tetapi juga membuat tuduhan palsu bahwa Walters telah menyalahgunakan dana sebesar 5 juta dolar AS dari organisasi nirlaba Second Amendment Foundation yang memperjuangkan hak memakai senjata. Walters membantah tidak pernah melakukan hal tersebut.
Ilustrasi ChatGPT. Foto: CHUAN CHUAN/Shutterstock
Media teknologi The Verge sempat menguji sistem ChatGPT untuk meringkas informasi dari dokumen PDF, tetapi, ChatGPT menjawab permintaan itu dengan; "Maaf, sebagai sebuah model AI berbasis teks, saya tidak memiliki kemampuan untuk mengakses atau membuka file tertentu termasuk file PDF atau dokumen eksternal lainnya."
ADVERTISEMENT
Riehl tidak pernah mempublikasikan informasi yang dihasilkan oleh ChatGPT, tetapi dia pernah memeriksa detail tersebut kepada pihak lain. Tidak diketahui bagaimana detail cerita sampai akhirnya Walters mendapatkan dokumen yang berisi informasi yang salah ini.
Eugene Volokh, seorang profesor hukum yang telah menulis tentang tanggung jawab hukum sistem AI, mencatat dalam sebuah posting blog, bahwa gugatan pencemaran nama baik terhadap perusahaan AI pada prinsipnya layak secara hukum, tetapi gugatan Walters kali ini terbilang sulit secara hukum.
Volokh mencatat Walters tidak pernah memberi tahu OpenAI tentang pernyataan palsu ini, memberi mereka kesempatan untuk menghapus informasi yang salah, dan sejauh ini tidak ada kerugian aktual yang dialami Walters akibat informasi dari ChatGPT.
Kasus ini sekali lagi menyoroti kesalahan informasi yang diberikan oleh ChatGPT dan chatbot lain. Sistem mereka belum secara kuat membedakan fakta dan fiksi. Sistem masih sering keliru soal tanggal, fakta, dan angka.
ADVERTISEMENT
OpenAI telah memberi peringatan di halaman utama ChatGPT bahwa sistem ini "terkadang dapat menghasilkan informasi yang salah", tetapi perusahaan juga menjanjikan ChatGPT sebagai sumber data yang andal. Promosi ChatGPT juga menjelaskan sistem mereka sebagai cara untuk "mendapatkan jawaban" dan untuk "belajar sesuatu yang baru."
CEO OpenAI, Sam Altman, mengatakan dalam banyak kesempatan bahwa dia lebih suka mempelajari informasi baru dari ChatGPT ketimbang dari buku.