Perang Informasi: Rusia dan Medsos AS Saling Blokir Imbas Invasi di Ukraina

2 Maret 2022 8:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sosial media. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sosial media. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Invasi Rusia di Ukraina tak hanya menyoal perang militer, tetapi juga perang informasi. Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah Rusia dan platform medsos AS saling blokir perkara konten berita dan informasi.
ADVERTISEMENT
Pada Selasa (1/3), YouTube mengumumkan bahwa mereka akan memblokir channel milik dua kantor berita Russia, Sputnik dan Russia Today (RT), di Eropa. Langkah tersebut mengikuti jejak platform medsos lain yang sudah lebih dulu memblokir dua kantor berita tersebut.
Sebelumnya, pada Senin (28/1) Meta mengumumkan bahwa mereka akan memblokir Sputnik dan RT di Facebook dan Instagram setelah didesak oleh sejumlah negara Uni Eropa.
Langkah dan alasan serupa juga diambil oleh Microsoft. Per Senin (28/2), raksasa software tersebut mengumumkan bahwa berita yang diproduksi Sputnik dan RT tak akan lagi ditampikan di fitur umpan berita Microsoft Start dan MSN.com. Microsoft juga mendorong agar konten berita kedua kantor berita tersebut agar berada di kolom bawah hasil pencarian Bing.
ADVERTISEMENT
Kebijakan yang lebih ringan diambil oleh Twitter. Media sosial berlogo burung biru tersebut memperluas kebijakan pelabelan media afiliasi negara dengan memberi cap khusus pada akun jurnalis dan individu yang posting tweet berita dari media yang berafiliasi dengan pemerintah Rusia. Tujuannya agar pengguna mengetahui sumber (dan sudut pandang) informasi yang mereka baca.
“Sejak invasi, kami telah melihat lebih dari 45.000 Tweet per hari dari individu di Twitter yang membagikan tautan ini — yang berarti bahwa sekarang sebagian besar konten dari media yang berafiliasi dengan negara berasal dari individu yang membagikan konten ini, bukan dari akun yang kami telah cap selama bertahun-tahun sebagai media yang berafiliasi dengan negara,” kata juru bicara Twitter, Elizabeth Busby, kepada POLITICO.
Ilustrasi media sosial Twitter. Foto: Shutter Stock
Di luar platform AS, TikTok – media sosial yang dimiliki ByteDance dari China – juga memblokir Sputnik dan RT bagi penggunanya di Eropa setelah didesak oleh Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Desakan agar platform online dan media sosial untuk memblokir Sputnik dan RT disampaikan oleh Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen, pada Sabtu (27/2). Menurutnya, kedua kantor berita Rusia itu merupakan "mesin media Kremlin” yang menyebarkan kebohongan untuk menjustifikasi ambisi Putin menginvasi Ukraina.
“Russia Today dan Sputnik milik negara, dan anak perusahaan mereka, tidak akan bisa lagi menyebarkan kebohongan mereka untuk membenarkan perang Putin,” tegas von der Leyen dalam kicauan di Twitter.

Respons Rusia blokir medsos AS

Tensi panas Rusia dan medsos AS sebenarnya telah muncul sebelum von der Leyen mengumumkan pemblokiran Sputnik dan RT.
Pada Jumat (25/2), Rusia telah mengumumkan pembatasan akses sebagian ke Facebook. Langkah ini diambil setelah Kremlin menganggap bahwa media sosial tersebut telah menyensor media Rusia dan melanggar "hak dan kebebasan warga negara Rusia".
ADVERTISEMENT
Reuters melaporkan bahwa regulator komunikasi Rusia menuding Facebook telah mengabaikan tuntutannya untuk mencabut pembatasan pada empat outlet media Rusia di platformnya, yang terdiri dari kantor berita RIA, TV Zvezda milik Kementerian Pertahanan Rusia, dan situs web gazeta.ru dan lenta.ru.
Di sisi lain, Facebook menyebut bahwa pembatasan media itu disebabkan oleh prosedur cek fakta – di mana konten berita yang dilabeli keliru atau sebagian keliru oleh tim pengecek fakta, akan disebarkan ke lebih sedikit pengguna.
"Kemarin, pihak berwenang Rusia memerintahkan kami untuk menghentikan pemeriksaan fakta independen dan pelabelan konten yang diposting ke Facebook oleh empat organisasi media milik negara Rusia. Kami menolak. Sebagai hasilnya, mereka mengumumkan akan membatasi penggunaan layanan kami," jelas kepala urusan global Meta, Nick Clegg, dalam sebuah pernyataan di Twitter pada Sabtu (26/2).
Logo Meta, rebranding perusahaan Facebook. Foto: Dado Ruvic/Reuters
Hingga kini, tidak jelas apa dampak dari pembatasan ini. Tidak jelas pula sejauh mana pembatasan Facebook akan memengaruhi platform saudaranya – seperti WhatsApp, Facebook Messenger dan Instagram – dalam penggunaan sehari-hari warga Rusia.
ADVERTISEMENT
Selain Facebook, Rusia juga diketahui telah memblokir Twitter di wilayahnya sejak Sabtu (26/2), menurut laporan dari grup pemantau internet NetBlocks yang bermarkas di London. Hingga kini penyebab pasti pembatasan akses tersebut belum dapat diketahui.
Pada Selasa (1/3), media milik pemerintah China, Global Times, melaporkan tanggapan Sputnik atas pelabelan yang diberikan Twitter bagi semua media yang terafiliasi dengan Kremlin.
Sputnik menyebut bahwa pelabelan akun karyawan Sputnik oleh Twitter merupakan "perburuan penyihir" dan “penganiayaan langsung” bagi jurnalisnya.
Dalam pernyataannya, Sputnik juga mengatakan pihaknya menantikan pelabelan afiliasi serupa di akun wartawan dari BBC, Deutsche Welle (DW) dan media pemerintah Barat lainnya.