Pria Ini Kehilangan Rp 5,7 Miliar Usai Pemilik Platform Bitcoin Mati

31 Maret 2022 7:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hacker curi Bitcoin. Foto: TY Lim/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hacker curi Bitcoin. Foto: TY Lim/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tong Zou, pria berusia 33 asal Kanada, adalah salah satu investor di platform trading cryptocurrency terbesar di Kanada, Quadriga CX. Naasnya, ia harus kehilangan 500 ribu dolar Kanada (sekitar Rp 5,7 miliar) setelah Gerald Cotten, CEO Quadriga CX, meninggal dunia dan tidak memberikan password untuk membuka kunci akses mata uang kripto di platform tersebut.
ADVERTISEMENT
Kematian Gerald Cotten (30 tahun) terbilang misterius. Membuat puluhan ribu investor kehilangan duit dan menimbulkan spekulasi bahwa ia mungkin masih hidup.
Belakangan diketahui bahwa Cotten telah mengoperasikan skema Ponzi sebelum kematiannya. Banyak pihak menuding itu adalah “penipuan kuno yang dibungkus dengan teknologi modern”. Kasus ini kemudian dieksplorasi dalam film dokumenter Netflix baru berjudul: Trust No One: The Hunt for the Crypto King.
Di dokumenter tersebut Zou tampil dan bercerita. Pada 2018, ia memiliki utang setelah meminjam 80 ribu dolar AS untuk membeli Bitcoin, sebelum akhirnya nilai cryptocurrency jatuh tahun itu.
Zou, yang berprofesi sebagai programmer perangkat lunak, memutuskan menjual apartemennya di San Francisco, California, AS, untuk melunasi utangnya dan berencana pindah ke Vancouver, Kanada. Saat itu ia perlu mentransfer 400 ribu dolar AS (setara 500 ribu dolar Kanada) ke rekening banknya di Kanada, namun di sisi lain ia mau menghindari biaya komisi bank.
ADVERTISEMENT
“Saya sedang memikirkan cara alternatif untuk mentransfer yang membuat saya bisa menghemat uang,” katanya.
Setelah bertanya-tanya di forum internet Reddit, Zou akhirnya memilih Quadriga CX sebagai alternatif. Apalagi saat itu teman-temannya juga menggunakan platform yang sama.
“Saya melakukan riset di Reddit. Mereka berkata: ‘Oh itu akan memakan waktu cukup lama tetapi Anda selalu mendapatkan uang Anda. Ini bukan scam,” ceritanya.
Ilustrasi bitcoin. Foto: REUTERS/Benoit Tessier
Zou kemudian membeli Bitcoin di Quadriga CX senilai 500 ribu dolar Kanada yang nantinya akan dicairkan ke rekening bank Kanada-nya. Tapi hingga tiga bulan kemudian, belum ada tanda-tanda uang itu bisa dicairkan.
“Begitu saya menyetornya, itu pada dasarnya hilang. Ternyata itu scam,” kata Zou.
Melansir Sky News, sekitar 76.000 investor telah kehilangan setidaknya 169 juta dolar Kanada dari runtuhnya Quadriga CX pada 2019. Terkini, Zou dan para investor lain, diketahui menggugat Quadriga CX. Namun, tak ada kemajuan berarti sejak tahun 2020.
ADVERTISEMENT

Bawa Ratusan Juta Dolar ke Alam Kubur

Quadriga CX dirintis oleh Gerald Cotten dan Michael Patryn di Kanada pada tahun 2013, dengan fokus pada perdagangan lokal Bitcoin (BTC).
Dengan staf kecil, mereka berkembang pada tahun 2014 untuk membuka ATM Bitcoin di Vancouver, tetapi mengalami kesulitan mengumpulkan dana dan kehabisan uang pada tahun 2015 setelah gagal untuk go public di Bursa Efek Kanada.
Hal ini berimbas dengan mundurnya partner Cotten pada tahun 2016, menjadikannya satu-satunya orang yang menjalankan bisnis. Menurut laporan Coin Desk, Cotten menjalankan perusahaan dari laptopnya, bukan dari kantor permanen.
Gerald Cotten, CEO Quadriga CX. Foto: Facebook/Gerald Cotten
Meskipun awalnya mengalami masa sulit, Quadriga tumbuh seiring melonjaknya harga Bitcoin pada tahun 2017. Hal ini tak berlangsung lama, karena pada tahun 2018 Bitcoin jatuh. Dari sinilah masalah yang sebenarnya dimulai.
ADVERTISEMENT
Diketahui pada Desember 2018 dengan Cotten bersama pasangannya, Jennifer Robertson, melakukan perjalanan ke India di mana Cotten, yang menderita Crohn’s disease, jatuh sakit. Kesehatannya memburuk dan dia meninggal tak lama setelah dirawat di rumah sakit. Sebulan kemudian, Quadriga CX mengumumkan kematian Cotten dalam sebuah pernyataan yang dikreditkan ke Robertson.
Sebelumnya, menjelang kematian Cotten, investor Quadriga CX mengeluh bahwa mereka tidak bisa mendapatkan uang mereka dari platform. Mereka harus menunggu berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan, untuk menerima dana. Benar saja. Selang sebulan, Quadriga CX tiba-tiba mengumumkan jika layanan mereka akan “offline” karena harus melewati pemeliharaan.
Tak lama setelah itu, pada pengajuan sidang pertama, terungkap jika laptop Cotten yang dipegang oleh sang istri, telah dienkripsi dan Cotten tak pernah diberi kata sandi atau membukanya. Akibatnya, dana investor senilai 190 juta dolar AS terancam lenyap.
ADVERTISEMENT
Uang kripto yang dipegang Cotten sendiri disimpan dalam cold wallet untuk melindungi dari upaya peretasan. Dia adalah satu-satunya orang di perusahaannya yang memiliki akses password untuk mentransfer uang para klien.