Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebagai Komisaris Utama, Bambang Brodjonegoro mengungkapkan semangatnya untuk berkolaborasi bersama Bukalapak. Ia berharap bersama startup unicorn tersebut, bisa fokus mengembangkan teknologi yang berdampak pada kemajuan UMKM.
“Inovasi dan teknologi menjadi hal krusial yang harus diadopsi agar UMKM berkembang. Menjadi bagian dari keluarga besar Bukalapak yang berfokus untuk menciptakan akses pasar berbasis teknologi, diharapkan akan memberikan dampak yang lebih besar pada adopsi teknologi di UMKM serta inovasi yang mengarah pada transformasi digital dan penguatan UMKM,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima kumparan.
Sepak terjang Bambang di dunia bisnis dan keuangan memiliki catatan yang cemerlang. Pria kelahiran Jakarta, 3 Oktober 1966 ini sebelumnya pernah menjabat Komisaris Independen PT PLN (Persero) pada 2004-2009 dan Komisaris PT Adira Insurance pada 2006-2011.
Selepas dari Adira, Bambang dipercaya menduduki berbagai jabatan penting, yakni Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (2011-2013) dan Wakil Menteri Keuangan (2013-2014) pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
ADVERTISEMENT
Di era Presiden Jokowi, Bambang pernah menjabat sebagai Menteri keuangan di Kabinet Kerja dari 27 Oktober 2014 sampai 27 Juli 2016. Kemudian, Ia digeser menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas pada 27 Juli 2016 hingga 20 Oktober 2019.
Selanjutnya, Bambang kembali dipercaya masuk dalam jajaran menteri Presiden Jokowi di masa pemerintahan periode keduanya. Namun, Bambang harus menerima kenyataan tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) hingga masa akhir jabatan tahun 2024.
Setelah lembaga yang dipimpinnya, Kemenristek/BRIN dilebur dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bambang mundur dari jabatannya. Tak lama, kini pria yang menjadi guru besar di almamaternya, Universitas Indonesia, punya tugas baru untuk membantu UMKM melalui Bukalapak.
Bambang Brodjonegoro dan tantangannya bersama Bukalapak
Nasib Bambang Brodjonegoro tidak berbeda jauh dengan koleganya di kabinet Indonesia Maju, Wishnutama yang kini menjabat sebagai Komisaris Tokopedia. Dua sahabat ini kini menempati dua startup yang saling berhadapan untuk mengembangkan bisnisnya.
ADVERTISEMENT
Bisa dibilang, Bambang memiliki tugas yang lebih berat dalam mengakselerasi pertumbuhan Bukalapak. Berdasarkan data dari lembaga riset Similarweb, sepanjang kuartal I 2021, Bukalapak hanya mengantongi pangsa trafik sekitar 7,79 persen dan kunjungan bulanan sebesar 31,27 juta.
Dengan catatan itu Bukalapak menempati posisi ketiga e-commerce yang paling banyak diakses oleh konsumen di internet. Bandingkan dengan Tokopedia yang menempati posisi pertama mendapatkan jumlah kunjungan bulanan selama kuartal pertama 2021 berada di angka 126,4 juta, sedangkan pengunjung uniknya (monthly unique visitors) mencapai 38,93 juta.
Dalam RUPS, CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin, memaparkan kinerja perusahaan sepanjang tahun 2020. Bukalapak mencatat peningkatan 4 juta Pelapak dan Mitra Bukalapak. Sehingga kini Bukalapak memiliki lebih dari 6,5 juta Pelapak, 7 juta Mitra Bukalapak dan 100 juta pengguna yang 70 persen didominasi oleh pengguna di luar kota besar.
ADVERTISEMENT
"Hal ini menunjukkan peran digitalisasi Bukalapak tidak hanya berpusat di kota-kota besar tetapi juga menjangkau seluruh daerah yang memiliki tantangan akses dan infrastruktur," jelas Rachmat.
Melebih lanjut, Rachmat menjelaskan Bukalapak akan terus melakukan pengembangan fitur dan layanan baik pada platform marketplace ataupun O2O (online to offline), untuk menjawab kebutuhan di tengah masyarakat terlebih di situasi pandemi seperti saat ini.
Laporan sebelumnya, Bukalapak baru saja mendapatkan investasi dari BRI Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Microsoft, GIC, Emtek, Standard Chartered Ventures, dan Naver Corp sehingga dilaporkan menghasilkan suntikan dana sebesar 234 juta dolar AS atau setara Rp 3,4 triliun.