Remaja Thailand Meninggal Diduga Akibat Sering Begadang Main Game

7 November 2019 13:52 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bermain game. Foto: AFP/Ed Jones
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bermain game. Foto: AFP/Ed Jones
ADVERTISEMENT
Seorang remaja ditemukan meninggal dunia pada Senin (4/11) di kamar rumahnya di kawasan Udon Thani, Thailand. Remaja bernama Piyawat Harikun, yang baru berusia 17 tahun, itu meninggal karena stroke yang diduga akibat kebiasaannya bermain game berjam-jam tanpa istirahat.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan New York Post, Piyawat ditemukan tak bernyawa oleh ayahnya di depan PC di kamarnya. Ayahnya, Jaranwit Piyawat, mengatakan anaknya sebelumnya sedang bermain game multiplayer di PC selama semalaman.
“Aku memanggil namanya dan berkata, 'Bangun, bangun,' tapi dia tidak merespons,” kata ayah Piyawat. "Aku bisa melihat dia sudah meninggal."
Ilustrasi bermain game. Foto: Shutter Stock
Menurut pihak berwenang, Piyawat diduga meninggal karena stroke yang tampaknya disebabkan oleh bermain game tanpa istirahat.
Atas tragedi yang menimpa anaknya, Jaranwit kemudian memperingatkan orang tua lain tentang dampak buruk bermain game tanpa kenal waktu. Dia berharap kematian putranya adalah peringatan bagi anak lain dan orang tua mereka.
"Aku mencoba memperingatkannya tentang kebiasaannya bermain game berjam-jam dan dia berjanji untuk mengurangi itu, tetapi sudah terlambat. Dia sudah meninggal sebelum dia punya kesempatan untuk berubah,” ungkap Jaranwit.
ADVERTISEMENT
"Aku ingin kematian putraku menjadi contoh dan peringatan bagi orang tua yang anak-anaknya pecandu permainan. Mereka harus lebih ketat pada jam bermain anak-anak mereka kalau tidak mereka akan berakhir seperti anakku."
Pada September 2018, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengklasifikasi kecanduan bermain video game sebagai penyakit dalam Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD). Gangguan ini ditandai dengan kurangnya kendali dan prioritas yang berlebih untuk aktivitas gaming dibandingkan aktivitas harian lainnya, yang biasanya berlangsung selama setidaknya 12 bulan untuk didiagnosis.