Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Rencana Merger Grab - GoTo Berisiko Monopoli, Konsumen - Mitra Dirugikan
6 Februari 2025 7:08 WIB
·
waktu baca 3 menit![Ilustrasi ojek online. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1567392080/tupdtpojh7tj5iqpogcm.jpg)
ADVERTISEMENT
Rencana penggabungan dua perusahaan atau merger antara Grab Holdings Ltd dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) kembali mencuat di awal Februari 2025.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan media Bloomberg, Grab Holdings asal Singapura dan GoTo Group asal Indonesia, telah mempercepat pembicaraan merger dengan target kesepakatan akan rampung pada 2025. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menekan biaya operasional dan mengurangi persaingan di kawasan Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 650 juta pengguna.
Sumber Bloomberg menyebut, salah satu skenario yang dibahas dalam merger ini adalah akuisisi seluruh saham GoTo dengan nilai lebih dari Rp 100 per saham, atau lebih tinggi 14,94 persen dari harga saham GoTo sebesar Rp 87 pada akhir perdagangan bursa, Selasa (4/2). Akuisisi ini juga disebut akan menghasilkan valuasi lebih dari 7 miliar dolar AS.
Penggabungan dua perusahaan ini disebut dapat menghemat biaya karena perusahaan bisa mengurangi subsidi pengguna dan mengintegrasikan sistem back-end mereka. Hal ini diungkap oleh analis Citigroup, Alicia Yap dan Ferry Wong.
ADVERTISEMENT
“Mereka juga akan dapat berinvestasi kembali ke manajemen riders dan merchant untuk melakukan penjualan silang penawaran layanan keuangan dan meningkatkan pendapatan iklan,” papar mereka sebagaimana dikutip Bloomberg.
GoTo Bantah Kabar Merger dengan Grab
Kabar merger Grab dan GoTo sebenarnya sudah terdengar sejak 2020. Namun, rumor mengatakan ada sejumlah rintangan yang membuat tidak tercapainya kesepakatan di antara dua perusahaan raksasa ride hailing terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Selain itu, ada juga potensi hambatan anti-monopoli yang disebabkan oleh dominasi perusahaan di pasar seperti Indonesia dan Singapura.
Menanggapi isu merger ini, Sekretaris Perusahaan GoTo, RA Koesoemohadiani, mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan antara perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi merger sebagaimana telah diberitakan media massa.
ADVERTISEMENT
“Rumor yang sama sudah beredar sejak beberapa tahun terakhir dan Perseroan mengetahui adanya spekulasi di media mengenai hal yang sama. Namun demikian, Perseroan ingin memberikan klarifikasi bahwa tidak ada kesepakatan antara Perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi merger sebagaimana telah diberitakan di media massa,” papar RA Koesoemohadiani dalam rilis yang diterima kumparanTECH, Rabu (5/2).
Sementara Grab enggan berkomentar menanggapi isu ini.
Apa Dampaknya Jika Grab dan GoTo Merger?
Jika di masa depan Grab dan GoTo benar-benar melakukan merger, maka akan ada sejumlah dampak yang bakal dirasakan, salah satunya perubahan dalam struktur harga layanan transportasi online.
Saat ini, persaingan antara Grab dan Gojek menciptakan harga yang kompetitif dan itu dirasakan langsung oleh masyarakat. Jika merger Grab dan GoTo terealisasi, maka akan membentuk monopoli di pasar transportasi online karena keduanya adalah pemain terbesar di kawasan, menurut Deswin Nur, Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama pada Sekretariat Jenderal KPPU,
ADVERTISEMENT
“Teorinya, kalau dua perusahaan terbesar di pasar bersangkutan yang sama, tentunya akan membentuk monopoli di pasar tersebut. Kalau bicara pelanggaran, harus didalami dulu jika sudah ada kejelasan soal transaksinya. Saya yakin para pihak tentunya paham dan akan mempertimbangkan aturan-aturan yang berlaku di Indonesia dan ASEAN dalam mengambil keputusan bisnisnya.” ujar Deswin kepada kumparan, Rabu (5/2).
Tak berhenti sampai di situ. Merger Grab dan GoTo diprediksi juga akan merugikan bagi mitra yang tak memiliki pilihan banyak dalam menentukan pekerjaannya sebagai pengemudi ojek online atau pengemudi taksi online. Para mitra juga dibayang-bayangi oleh sistem pemberian order atau penentuan tarif yang semakin tidak adil.
Karyawan di dalam internal Grab dan Gojek juga perlu bersiap dengan konsekuensi efisiensi demi menekan operasional perusahaan.
ADVERTISEMENT