Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ketika Huawei mengabarkan akan membawa smartphone seri Huawei P40 ke Indonesia, rasa penasaran langsung muncul. Pikiran menerka keseriusan Huawei untuk menggali potensi pasar smartphone flagship yang masih luas di Indonesia lantaran belum semua pemain serius di sana.
Huawei P40 dirilis bersamaan dengan seri Huawei P40 Pro Plus. Sebelumnya, Huawei sudah merilis terlebih dahulu seri P40 Pro di Indonesia. Alhasil, Huawei membanjiri pasar ponsel flagship Indonesia dengan tiga jagoannya.
Huawei P40 bisa dibilang seri terkecil atau terendah dibanding dua 'kakaknya'. Tapi, dia punya kemampuan yang tidak kalah tangguh.
Untuk membuktikannya, kumparanTECH diberi kesempatan menjajal langsung Huawei P40 dan merasakan kehebatan dari ponsel flagship ini. Bagaimana pengalaman menjalani hidup beberapa hari terakhir ini bersama Huawei P40? Baca terus artikel review -nya sampai tuntas.
Desain keren, enggak norak
Itu adalah kata pertama yang langsung terucap ketika melihat dan menggengam Huawei P40. Walaupun disebut seri terendah dalam kategori flagship seri P tahun ini, P40 masih menampilkan kesan smartphone dengan standar kualitas tinggi. Materialnya oke punya. Pun begitu finishing-nya yang terasa mantap betul.
Jika dirangkum tiga kata, desain Huawei P40 itu estetik, sophisticated, dan premium. Saya suka dengan warna Silver Forst yang dibalut pada bodi belakang ponsel ini. Warna abu-abu metalik ini benar-benar mewah. Keren. Enggak norak!
Bodi belakang dengan material kaca dan finishing warna yang doff membuat ponsel nyaman di genggam. Tidak licin. Walaupun, dengan material dan warna yang digunakan, masih bisa memperlihatkan bekas sidik jari yang menempel.
Kotak kamera yang berada di sisi kiri ponsel terasa pas. Ada bagian yang terang dan gelap memberikan aksen tegas. Apalagi ada tulisan Leica yang membuat pengguna Huawei P40 terasa pede ketika menggunakan perangkatnya untuk memotret atau bikin video.
Keberadaan teks Leica di sana mempertegas posisi P40 sebagai smartphone yang patut diantisipasi kemampuan fotografinya. Sejak dulu, seri smartphone flagship Huawei selalu masuk dalam jajaran smartphone dengan kualitas kamera terbaik di zamannya. Seri P40 juga termasuk.
Beralih ke bagian depan, salah satu kelemahan desain Huawei P40 adalah tidak menerapkan curve display atau layar yang melengkung. Itu membuatnya tidak terkesan kekinian, walaupun menurut saya, hal macam ini tidak mengurangi feel yang didapat ketika melihat layar yang berukuran 6,1 inci OLED di P40. Feel mahal masih terasa banget di layarnya.
Warna yang ditampilkan masih sama dengan dua ‘kakaknya’. Kualitas 1080 x 2340 pixel. Aspek rasio layar 19,5:9 dengan screen-to-body 86,3 persen. Ponsel ini masih menyisakan bezel yang sedikit tebal di seluruh layarnya.
Huawei P40 juga menganut desain punch-hole atau lubang pada layar. Di sana terletak dua kamera selfie yang tidak mengurangi kenyamanan saat melihat layar untuk sehari-hari. Punch-hole bisa dihilangkan dengan pengaturan di layar.
Bagian lainnya dari Huawei P40, di sisi kanan ada tombol volume naik dan turun sejajar dengan tombol power. Di sisi kiri bersih. Sementara bagian bawah ada grip speaker, slot SIM card untuk dua kartu dan memori eksternal, serta colokan USB Type C. Tidak adanya jack audio 3,5 mm bukan lagi masalah saat ini. Dalam paket penjualannya, Huawei turut memberikan earphone dengan port USB Type-C. Toh, di luar sana juga sudah banyak dijual earphone TWS yang bisa terhubung dengan Bluetooth.
Seluruh bodi Huawei P40 kokoh dengan balutan frame alumunium. Feel di tangan terasa slim dan tipis karena memiliki dimensi 148,9 x 71,1 x 8,5 mm yang tergolong kecil untuk sebuah smartphone. Hal ini menjadi kenikmatan sendiri bagi saya, karena pas banget dan nyaman ketika ponsel dikantongi di celana.
Ukuran Huawei P40 menurut saya patut diacungi jempol. Saya merasa dia super compact!
Beratnya lumayan ringan, hanya 175 gram. Lagi-lagi, itu ukuran yang compact. Mudah dioperasikan dengan satu tangan dan tidak cepat pegal. Lalu sudah ada sertifikat IP53 yang membuatnya tahan debu dan tahan dari cipratan air.
Untuk keamanan, ponsel ini ada sensor sidik jari di dalam layar yang bisa mendeteksi hingga 0,3 detik. Kemudian, ada face recognition yang menggunakan teknologi infrared atau inframerah untuk pembacaan wajah yang cepat dan akurat.
Performa spektakuler
Klaim bahwa Huawei P40 memiliki performa yang sama dengan seri P40 Pro dan P40 Pro Plus memang terbukti adanya. Ketiganya sama-sama menggunakan prosesor Kirin 990 5G Octa-core. Prosesor ini sudah support jaringan 5G, ya, walaupun itu belum bisa digunakan di Indonesia.
Kirin 990 adalah prosesor buatan Huawei yang tercanggih. Dia punya spesifikasi 2x2.86 GHz Cortex-A76, 2x2.36 GHz Cortex-A76, dan 4x1.95 GHz Cortex-A55. Untuk grafisnya ditunjang teknologi GPU Mali-G76 MP16. Jika dibandingkan dengan prosesor ponsel flagship yang serupa, Huawei mengklaim kecepatannya jauh lebih tinggi.
Performa prosesor itu juga didukung dengan kapasitas RAM 8 GB dan memori internal 128 GB dengan teknologi UFS 3.0 yang membuat proses membaca dan menulis data di ruang penyimpanan jauh lebih cepat. Keuntungannya adalah saat menggunakan aplikasi dan menyimpan atau membuka foto atau file lainnya, semua terasa cepat dan smooth.
Uniknya, Huawei P40 yang menggunakan sistem antarmuka EMUI 10.1, memiliki fitur yang bisa meningkatkan performa perangkat. Jadi ketika fitur Performance Mode diaktifkan, maka perangkat akan memaksimalkan kinerjanya. Alhasil saat pengujian benchmark, dia mendapatkan angka yang tinggi.
Saya mencoba untuk mengaktifkan fitur Performance Mode di pengaturan baterai untuk benchmark dengan tiga aplikasi yang berbeda. Hasilnya sangat memuaskan. Di sisi lain, ketika fitur ini aktif, maka otomatis membuat baterai lebih boros.
Berikut hasil benchmark Huawei P40:
Lincah saat main game
Untuk membuktikan kinerja performa prosesor kirin 990 ini, saya melakukan pengetesan dengan bermain game Free Fire dan Asphalt 9: Legends. Secara umum, Huawei P40 bisa menjalankan kedua game tersebut dengan lancar tanpa hambatan sekalipun. Saya mendapatkan pengalaman sangat puas ketika bermain dengan game yang tergolong grade A itu.
Saat bermain di game Free Fire, ponsel Huawei P40 bisa berjalan dengan setting grafis Ultra atau rata kanan. Game tidak lagging dan FPS tidak turun. Desain punch-hole di layar tidak mengganggu kenyamanan bermain, karena game melakukan otomatisasi fit-to-screen.
Bagaimana dengan game Asphalt 9? Saya mencoba dengan setting "High quality" dan game berjalan baik. Detail mobil terlihat jelas, gameplay dan semua scene bisa berjalan mulus tidak membuat FPS turun. Tidak ada game lagging yang saya rasakan.
Namun, sayang, ada kelemahan game Asphalt 9 saat dimainkan pada Huawei P40, di mana masih menyisakan punch-hole layar yang membuat permainan kurang nyaman. Kemungkinan game genre balapan ini belum mendukung fit-to-screen.
Untuk meningkatkan pengalaman yang menyenangkan, Huawei menghadirkan fitur Game Center. Fitur ini bisa membuat performa game bertambah lebih baik. Kemudian, bisa mencegah gangguan dari luar, seperti notifikasi pesan, atau telepon yang masuk. Kalau fitur Game Center ini jalan maka tidak akan ada gangguan saat kita main game. Puas!
Ketika mengulas sektor game, kalian pasti akan mempertanyakan, apakah Huawei P40 panas saat bermain game berat?
Huawei P40 akan terasa menghangat saat bermain game dalam waktu yang lama. Namun, hal itu masih bisa ditolerir. Ponsel pun cepat mendingin dan memiliki sirkulasi udara yang baik ditambah dengan material metal yang bisa mengantarkan panas sangat cepat.
Baterai kecil, tapi kegunaan banyak
Spesifikasi baterai jadi salah satu pembeda antara Huawei P40 dengan kakak-kakaknya. Huawei P40 memiliki kapasitas baterai yang tergolong kecil; 3.800 mAh. Meski begitu, saat pemakaian harian pada umumnya, kapasitas baterai yang tergolong kecil ini menjadi tidak penting, karena pada kenyataannya, dia bisa diandalkan untuk seharian.
Ketika keluar rumah, saya melihat baterai P40 berada dalam posisi 95 persen saat pagi hari. Sepanjang hari saya gunakan untuk bermain Free Fire dan Asphalt 9, kira-kira dua jam jika ditotal. Lalu saya juga banyak browsing internet, buka media sosial Twitter dan Instagram. Buka aplikasi kumparan dan sejumlah e-commerce. Lanjut nonton dua film Netflix dengan total durasi empat jam. Di ujung hari, baterai masih tersisa 10 persen saja. Awet ‘kan? Awet banget!
Saya pun melakukan pengujian baterai Huawei P40 menggunakan aplikasi benchmark PCMark 2.0 yang memiliki fitur Battery Test. Hasil pengujiannya, ponsel ini mampu bertahan hingga 15 jam 54 menit. Jadi, bisa dibilang kapasitas baterai 3.800 mAh sudah sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari Huawei P40.
Itu semua tidak lepas dari bagaimana sistem antarmuka EMUI 10.1 memproses aktivitas dan daya baterai. Itu menandakan sinergi yang baik antara software dan hardware di P40. Good job, Huawei.
Smartphone ini juga sudah mendukung fast charging dengan charger bawaan yang memiliki daya 22,5 W. Pengisian daya dari 20 persen ke 100 persen hanya butuh waktu 1 jam. Dalam waktu 10 menit pertama, baterai langsung terisi sekitar 25 persen. Selanjutnya, proses pengisian berlangsung cepat.
Sebagai catatan, Huawei P40 tidak mendukung wireless charging dan fast reverse wireless charging.
Adaptasi dengan Huawei Mobile Services
Seperti kita ketahui semua bahwa ponsel terbaru keluaran Huawei sudah mendukung Huawei Mobile Services (HMS) sebagai ganti dari Google Mobile Services (GMS). Jangan khawatir tidak ada aplikasi Google di Huawei P40 , karena ada HMS yang tidak kalah bagusnya dan bisa jadi solusi atas kebutuhan aplikasi.
Saat pertama kali mencoba Huawei P40 yang berbeda dari ponsel Huawei yang lama, adalah keberadaan HMS-nya. Saya harus beradaptasi untuk menggunakannya. Pertama-tama yang saya lakukan adalah membuat akun Huawei, agar semua kontak hingga file-file penting lainnya bisa di back-up ke layanan cloud yang disediakan Huawei.
Jika Google punya Play Store, Huawei punya App Gallery. Saya mencoba men-download beragam aplikasi yang akan sering saya gunakan di App Gallery. Kagetnya, App Gallery sudah banyak menyediakan banyak aplikasi, mulai dari kategori game, edukasi, hiburan, navigasi, foto dan video, keuangan, dan lain-lainnya, semua sudah banyak tersedia.
Huawei mengklaim HMS sudah berkembang pesat. Tercatat ada ribuan aplikasi yang tersedia dan daftar aplikasi pun yang terus bertambah ke depannya. Jadi, jangan ragu atau minder pakai HMS. Kini sudah lebih dari 420 juta pengguna aktif bulanan HMS.
Saya coba sebut aplikasi-aplikasi populer yang sudah ada di HMS; BCA Mobile, Info BMKG, MyTelkomsel, Joox, Tokopedia, KAI Access, Maxstream, kumparan, TikTok, dan masih banyak lagi. Untuk game, ada Free Fire, Asphalt 9: Legends, Knights of Valour, Rise of Kingdoms, Naruto: Slugfest, dan lainnya.
Saat menggunakan Huawei P40 ini, saya sempat menjajal aplikasi peta Here WeGo yang berjalan baik selayaknya Google Maps. Aplikasi peta ini ramah dan mudah digunakan. Canggihnya, aplikasi Here WeGo sudah tersedia lengkap dalam database peta Indonesia. Kamu bisa lihat rute transportasi umum dan tingkat kemacetan. Dijamin tidak akan tersasar saat memakai Huawei P40.
Satu yang menarik adalah hadirnya aplikasi My Blue Bird yang sudah terintegrasi dengan HMS Core Kits untuk servis pemesanan taksi. Dengan menggunakan Huawei Location Kit, aplikasi ini dapat memperoleh lokasi saya dengan tepat, juga akurat.
Saya bisa memantau lokasi dari taksi yang dipesan secara realtime. Huawei Map Kit juga akan menunjukkan rute dari titik penjemputan hingga titik akhir sehingga pengguna dapat menempuh rute tercepat. Semoga Huawei Map Kit ini tersedia untuk aplikasi transportasi lainnya. Amin.
Bagi kamu yang mencari aplikasi lain dan tidak ada di App Gallery, bisa menggunakan Petal Search Widget – Find Apps. Petal Search berfungsi sebagai mesin pencari layaknya Google Search, namun kemampuannya bertambah untuk mencari aplikasi yang ingin digunakan di perangkat Huawei.
Ketika mencari aplikasi seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook di Petal Search, maka akan dibawa ke situs resminya untuk mengunduh file APK. Namun, jika aplikasi itu tidak tersedia di situs resminya, maka akan diarahkan ke situs-situs penyedia aplikasi lain, seperti Apkpure. Ini adalah situs toko aplikasi yang aman, yang memang direkomendasi oleh Huawei. Saya pun mengunduh Netflix di Apkpure. Semua berjalan lancar dan aman.
Untuk pencarian situs di Petal Search, akan menggunakan layanan Bing yang punya database yang besar. Tidak kalah dengan Google Search. Kamu bisa mencari informasi apapun yang diinginkan.
Jika ingin memindahkan data seperti kontak dan lainnya, bisa memanfaatkan aplikasi Phone Clone yang tersedia untuk HMS. Aplikasi Phone Clone bisa untuk mentransfer aplikasi, kontak, data, file dan foto, dari smartphone lama ke smartphone baru, dengan langkah yang sederhana.
Aplikasi Phone Clone bisa dijalankan di semua ponsel Android, tidak hanya Huawei. Cara untuk menjalankan aplikasi Phone Clone, pengguna harus instal terlebih dahulu di ponsel lama, baik itu di Google Play Store untuk Android maupun Apple Apps Store untuk iPhone. Proses kloning berjalan cepat dan mudah. Saya sudah mencobanya, dan berjalan baik, meski ada beberapa aplikasi yang belum bisa dikloning.
Fitur unggulan di EMUI terbaru
Sudah membahas soal HMS, kita beralih ke sistem antarmuka dari Huawei P40 yang berjalan menggunakan EMUI 10.1 terbaru berbasis Android 10. Di sini, sistem operasi yang dipakai memang Android 10, tapi menggunakan basis AOSP (Android Open Source Project) yang bebas digunakan oleh siapa pun tanpa perlu lisensi dari Google.
Saya suka dengan tampilan EMUI 10.1 yang sederhana. Ikon-ikon aplikasi yang pas ukurannya dengan font yang adem di mata. Kemudian, pengaturan untuk mendukung aktivitas harian juga sudah lengkap, mulai ada Game Center, Perfomance Mode, Screen Time, dan masih banyak lainnya.
Di EMUI 10.1 ini kamu bisa memakai fitur dark mode atau tampilan modus gelap yang akan membuat mata nyaman saat malam hari. Ada juga fitur screen recording yang bisa merekam kualitas 1080p.
Saya juga menemukan hal yang baru di EMUI 10.1 ini yaitu adanya gesture baru pengganti Navigation Bar, yaitu Back, Home, dan Recent. Sebagai gantinya, ketika swipe ke atas di tepian bawah layar, itu berarti "Home".
Kemudian, jika swipe-nya ditahan, fungsinya sama seperti "Recent" untuk pindah aplikasi atau bersihkan aplikasi. Untuk “Back”, sama seperti iPhone berada di sisi kiri atas layar di setiap aplikasi yang dibuka. Menarik banget, patut untuk dicoba.
Ada juga fitur video call bawaan yang bernama MeeTime. Kehebatan MeeTime ini bisa digunakan untuk panggilan telepon maupun video dengan kualitas HD. Huawei klaim penggunaan kuota internet pada video call MeeTime jauh lebih kecil dibanding dengan aplikasi sejenis lainnya.
MeeTime hadir dengan banyak fitur. Sebelum panggilan video dimulai, kamu bisa atur efek Beauty yang terdiri dari 10 level. Ada juga share screen yang bisa dilakukan oleh sang penelpon maupun pihak yang ditelepon. Keduanya juga bisa melakukan corat-coret di layar yang di share screen.
Ketika video call dalam kondisi minim cahaya, MeeTime akan otomatis meningkatkan intensitas cahayanya, sehingga membuat muka akan tampak lebih cerah.
Penggunaan MeeTime cukup mudah, yang penting kedua perangkat sudah didukung EMUI 10 ke atas, kita sudah bisa langsung menggunakannya.
Kamera yang memukau
Meskipun Huawei P40 tidak membawa kamera periskop telephoto yang bisa melakukan 100x zoom, kualitas kameranya sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan fotografi mobile kekinian. Huawei P40 memboyong tiga kamera belakang dengan algoritma yang turut dikembangkan oleh Leica, pabrikan kamera tersohor dari Jerman.
Huawei sudah menggandeng Leica sejak membangun smartphone flagship seri P20. Mereka bersama mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Kerjasama itu diteruskan hingga seri Huawei P40, sehingga pengguna bisa merasakan racikan foto dengan teknologi Leica.
Saya jabarkan terlebih dahulu spesifikasi detail tiga kamera belakang Huawei P40 ini yang dilengkapi LED flash:
Dengan kamera beresolusi 50 MP, kita bisa menangkap foto kualitas High-Rest dengan pixel yang besar. Sebenarnya, lensa utama Ultra Vision 50 MP ini memiliki ukuran 12 MP, namun berkat teknologi Quad Bayer yang bisa mengubah 4 pixel menjadi 1 pixel (4-in-1), maka terciptalah lensa 50 MP yang bisa menghasilkan foto dengan detail yang baik.
Perbedaan hasil foto kamera 50 MP dan 12 MP pun terasa. Ketika menggunakan fitur High-Rest, kamera bisa menangkap kualitas foto 50 MP dengan resolusi berada di 6144 x 8192 pixel. Hasilnya, foto lebih detail dengan warna yang dingin, saturasi tidak terlalu over, serta dynamic range yang rendah.
Sementara, jika memotret secara default, maka akan menggunakan lensa kamera 12 MP yang memiliki kualitas foto 4096 x 3072 pixel. Hasil foto tampak lebih cerah, saturasi warna lebih tinggi dan begitu pun dengan dynamic range. Ukuran file foto pun lebih kecil dibanding memotret dengan pilihan kamera 50 MP.
Walaupun tidak bisa 100x zoom, Huawei P40 bisa menangkap foto zoom hingga 30x. Hasilnya memuaskan hingga 20x zoom, selebihnya gambar agak pecah, namun objeknya masih jelas terlihat. Sementara untuk foto ultra-wide terbilang sempurna, kendati tak memiliki sudut pandang terlalu lebar.
Kamu bisa lihat hasil fotonya dari mulai ultra-wide hingga 3x zoom pada gambar di bawah ini.
Foto Huawei P40 didukung dengan bantuan teknologi AI yang bisa memoles foto dengan baik. AI di sini berfungsi mendeteksi objek foto, lalu meningkatkan kualitas foto dengan melakukan penyesuaian sebagaimana sifat yang melekat objek tersebut. Ada puluhan skenario yang bisa ditangkap oleh kamera P40, mulai dari makanan, tumbuhan, langit, hingga hewan.
Mari kita lihat hasil teknologi AI Huawei P40 pada foto-foto di bawah ini.
Huawei P40 series terkenal dengan kemampuan Night Mode-nya yang dahsyat. Benar-benar dahsyat. Kehebatan yang hakiki di sini ada fitur Pro untuk Night Mode yang bisa mengatur ISO hingga 1600 dan Shutter Speed mencapai 32. Lensa ultra-wide juga bisa digunakan pada fitur Night Mode. Tapi, kualitasnya tidak sebaik kamera utama.
Jika digunakan secara default untuk menangkap objek foto dengan Night Mode memerlukan waktu hingga 3 detik. Hasil fotonya, kamera menguatkan cahaya yang ditangkap dengan lebih banyak sehingga memberikan kejelasan yang lebih baik pada objek foto.
Agar kita bisa dapatkan hasil yang bagus, maka sebaiknya pakai tripod atau memegang ponsel dengan kedua tangan, agar smartphone tidak bergetar dan foto bisa diambil dengan stabil. Noise pada foto fitur Night Mode berada dalam kapasitas wajar, dan secara umum hasil modus malamnya cukup baik.
Saya mengajak kamu untuk lihat-lihat hasil foto Night Mode luar ruangan dengan smartphone P40.
Bagi kamu yang bosan dengan style foto yang tinggal jeprat-jepret begitu-begitu saja, bisa coba mode Pro di aplikasi kamera Huawei P40, yang menurut saya lengkap. Huawei menyediakan banyak pengaturan, mulai dari ISO, Shutter Speed, White Balance, Autofocus, sampai Exposure Value. Menariknya, kita bisa gunakan mode Pro ini untuk perekaman video yang kualitasnya bisa 4K.
Selain Pro Mode, fitur kamera Huawei P40 yang bisa dijajal mulai dari AR Lens, Time-lapse, Panorama, Super Macro, HDR, Slow-Mo, Dual-view untuk video, Monochrome, dan lainnya. Jika hasil foto berasa ada yang kurang, bisa memilih jenis file RAW untuk diedit di aplikasi lain.
Bagi yang suka foto dengan efek bokeh, bisa lihat dulu hasil kamera Huawei P40 yang memiliki fitur Portrait. Hasilnya menawan, walau tidak didukung lensa ToF 3D seperti kakak-kakaknya.
Lensa utama bisa menangkap objek foto dengan baik dan memisahkan latar belakang dengan mulus, tanpa gradasi yang kasar. Hasil foto bokehnya ditunjang teknologi AI untuk penyempurnaan. Untuk hasil terbaik sudah tentu akan mudah dicapai kalau memotret dalam kondisi cahaya cerah.
Kamera depan
Sudah puas dengan hasil kamera belakang? Tunggu, lihat dulu kemampuan kamera depannya.
Huawei P40 memiliki kamera selfie berukuran 32 MP, f/2.2, 26 mm (wide) dan lensa IR TOF 3D. Menurut saya, kombinasi dua kamera itu sudah pas untuk menunjang foto selfie sehari-hari.
Berkat resolusi kamera 32 MP bisa membuat foto selfie jauh lebih jernih, walaupun efek Beauty dinonaktifkan. Untuk malam hari pun bisa tertolong. Oiya, karena tidak ada lampu LED, ponsel akan menggunakan cahaya dari layar untuk foto selfie Night Mode.
Ketika foto selfie dengan Portrait Mode, efek bokeh yang dihasilkan pas dan tidak ‘lebay’. Efek blur pada latar belakang objek foto masih bisa dinikmati dengan gradasi yang mulus.
Mau mempercantik wajah? Bisa dengan bantuan fitur Beauty yang berfungsi memoles wajah sesuai keinginan, dari mengubah kontur wajah dan warna kulit. Ada juga fitur Effect yang memberikan beragam filter warna yang menarik. Kemudian, ada fitur Mirror Reflection untuk mengubah sudut pandang foto yang biasanya berubah saat menggunakan kamera depan.
Video kualitas 4K
Jangan meragukan kualitas perekaman smartphone dewasa ini. Hal itu terbukti dengan kemampuan perekaman video Huawei yang berkualitas, mulai dari 720p 60 fps hingga 4K 60 fps. Oiya, kualitas 4K dengan 60 fps terbilang jarang untuk smartphone pada umumnya, tapi itu ada di P40. Dengan kemampuannya ini, kamu bisa membuat film bermodalkan Huawei P40.
Soal kualitas 4K 60fps juga bisa untuk perekaman video dengan kamera depan, walaupun hasilnya memang tak sebaik kamera belakang. Hal ini disebabkan resolusi kamera yang juga beda jauh antara 32 MP kamera depan dan 50 MP kamera belakang.
Huawei menyematkan teknologi OIS (Optical Image Stabilization) yang ada di kamera utama dan telephoto. Perekaman videonya juga bisa untuk ultra-wide hingga 30x digital zoom.
Kita pun bisa memanfaatkan fitur Pro Mode dalam konteks video untuk mengubah ISO, White Balance, Exposure Value, dan Autofocus. Ada pula fitur lain yang bisa digunakan seperti Time-lapse, real-time bokeh, Dual View, hingga Slow-mo.
Opini kumparan
Selama penggunaan Huawei P40, saya langsung merasa menjelma seperti fotografer profesional, walaupun tidak memiliki kemampuan fotograsi mumpuni. Banyak kemampuan dan fitur kamera yang bisa dieksplor dari Huawei P40.
Dengan harga banderol Rp 10 juta, Huawei P40 cocok bagi kamu yang ingin mendalami dunia fotografi profesional atau sekedar belajar dan ingin merasakan sensasinya menghasilkan foto yang bagus, tanpa butuh skill fotografi advance.
Hal menarik lain dari Huawei P40 adalah desain yang cocok dengan kesan smartphone flagship yang mewah dan premium. Warnanya menarik dengan finishing apik. Bentuknya compact, nyaman digenggam satu tangan untuk kegiatan mobile yang tinggi. Dia adalah flagship ukuran kecil yang banyak bisanya.
Hal yang patut dipantau dari smartphone Huawei tentu saja terletak pada App Gallery, yang masih kita nantikan kejutan lainnya. Huawei punya komitmen besar untuk memperkaya App Gallery dengan beragam aplikasi dan kemudahan lain demi menunjang kegiatan sehari-hari.