Review: Pengalaman Kerja Pakai Galaxy Tab S8 dan Samsung DeX Selama 2 Minggu

11 Maret 2022 14:31 WIB
·
waktu baca 14 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Samsung Galaxy Tab S8 dapat memberi pengalaman bekerja rasa PC Windows berkat fitur Samsung DeX. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Samsung Galaxy Tab S8 dapat memberi pengalaman bekerja rasa PC Windows berkat fitur Samsung DeX. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di antara tiga tablet flagship Samsung pada tahun 2022 ini, Galaxy Tab S8 adalah varian yang paling compact dan paling terjangkau, dibandingkan dengan varian Galaxy Tab S8 Plus, dan Galaxy S8 Ultra yang bodinya bongsor banget.
Galaxy Tab S8 patut dipertimbangkan bagi yang sedang mencari perangkat compact alternatif dari laptop, namun fungsinya dapat diandalkan untuk menyelesaikan tugas-tugas ringan hingga sedang. Sebut saja membalas email, mengetik, browsing, baca, riset, menggambar, menikmati konten video, hingga mengedit foto dan video yang sekali lagi, masuk kategori ringan hingga sedang.
Ia punya spesifikasi kelas dewa. Fiturnya kaya untuk mendukung kerja produktif. Saya sendiri telah memakai Samsung Galaxy Tab S8 5G untuk bekerja selama lebih dari dua pekan. Ada sejumlah hal menyenangkan ketika memakainya untuk bekerja, dan ada beberapa adaptasi yang perlu dibiasakan jika mau mengandalkannya untuk perangkat harian.

Spesifikasi Samsung Galaxy Tab S8 5G

Menghubungkan tablet ke keyboard, mouse, dan monitor

Galaxy Tab S8 di Indonesia hadir dengan dukungan RAM 8 GB dan storage 128 GB. Ada dua pilihan konektivitas; yaitu Wi-Fi only yang dibanderol Rp 10 juta, dan 5G seharga Rp 13 juta. Di dalam boks pembeliannya terdapat perangkat tablet Galaxy Tab S8 itu sendiri, S Pen, kabel data USB-C to USB-C, SIM ejector, dan buku manual. Tidak ada kepala charger di sini.
Konsumen yang membeli Galaxy Tab S8 pada masa pre-order yang berlangsung hingga 3 Maret 2022, mendapatkan bonus Book Cover Keyboard Slim (seharga Rp 1,7 juta) secara gratis. Book Cover Keyboard Slim bisa terhubung dengan tablet setelah konektor 3 pin di bagian bawah tablet dihubungkan ke konektor yang ada di Book Cover Keyboard Slim. Kita harus menempatkan tablet dalam orientasi landscape jika ingin terhubung ke Book Cover Keyboard Slim.
Ilustrasi Penggunaan Samsung Galaxy Tab S8 Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Susunan tombol pada Book Cover Keyboard Slim yang menjadi aksesori Samsung Galaxy Tab S8. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Book Cover Keyboard Slim dibuat agar seukuran dengan Galaxy Tab S8. Konsekuensinya adalah, ukuran keyboard-nya terasa kecil, tata letaknya sempit, juga sangat tipis. Tetapi, tak dapat dipungkiri, ukuran yang sedemikian compact membuatnya sangat praktis dimanfaatkan sebagai pelindung sekaligus keyboard mungil. Membawa Galaxy Tab S8 dan Book Cover Keyboard Slim untuk meeting offline jauh lebih compact dibandingkan membawa laptop. Dari sisi ukuran, sisi bobot, itu jauh lebih bersahabat. Dipakai mengetik enak, dipakai mencatat juga enak karena ada S Pen di sana. Cover ini berfungsi untuk menyangga tablet dengan kemiringan 60 derajat. Kita tidak bisa mengatur sudut kemiringannya.
Saya pribadi kagum dengan pengalaman mengetik nyaman yang ia berikan. Feedback dari setiap tuts enak banget. Empuk, tapi kokoh. Pas!
Deretan tombolnya bergaya chiclet. Tidak ada functions key di sini. Tombol-tombol pada baris paling atas dimulai dari tombol Escape di paling kiri, lalu lanjut angka 1 sampai 0, hingga Delete dan Backspace di paling kanan.
Mengetik dengan Book Cover Keyboard Slim yang terhubung dengan Samsung Galaxy Tab S8. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Mengetik dengan Book Cover Keyboard Slim yang terhubung dengan Samsung Galaxy Tab S8. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Ketiadaan trackpad pada aksesori Book Cover Keyboard Slim memang menyebalkan. Pengguna terpaksa harus mengangkat tangan untuk menyentuh layar jika ingin melakukan navigasi, dan tangan harus mendarat lagi ke depan keyboard jika ingin mengetik. Sungguh ini gerakan yang tidak efisien, dan sama sekali tidak serasa memakai PC.
Solusi yang bisa ditempuh jika ingin benar-benar rasa PC, adalah dengan menambahkan mouse untuk navigasi. Tablet ini bisa terhubung dengan mouse lewat koneksi nirkabel Bluetooth. Atau, mouse lewat USB On the Go (OTG) maupun Multi Port USB-C Hub. Saya sendiri menghubungkan mouse ke tablet ini dengan Multi Port (8 in 1) USB-C Hub dari brand IT (Immersive Tech). Tablet Galaxy Tab S8 merespons navigasi mouse klik kiri, klik kanan, dan scrolling.
Kalau mau pengalaman yang lebih PC, kita bisa tambahkan aksesori mechanical keyboard lewat sambungan Bluetooth atau kabel USB. Lalu, hubungkan juga dengan monitor via HDMI kalau mau melihat tampilan yang lebih luas.
Ilustrasi Penggunaan Samsung Galaxy Tab S8 Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan

Samsung DeX

Samsung DeX adalah fitur yang wajib aktif jika ingin merasakan pengalaman memakai Galaxy Tab S8 selayaknya PC Windows. Ini berarti kita dapat membuka sejumlah aplikasi dalam jendela atau window yang ukurannya bisa diatur sesuka hati. Bisa juga dipindah posisinya sesuka hati. Benar-benar seperti PC.
Coba saja kita buka menu My Files saat mengaktifkan DeX. Samsung membuat aplikasi manajemen file atau dokumen yang simpel, dan sangat jelas peruntukkannya. Di sana ada Recent Files dan Downloads untuk memudahkan dalam mencari dokumen terkini. Kategorisasi file dilakukan berdasarkan formatnya; Images, Video, Audio, hingga Documents. Aplikasi My Files juga dapat dihubungkan dengan akun cloud services ternama, macam Microsoft OneDrive dan Google Drive.
Di My Files, kita juga bisa melakukan drag and drop dokumen. Sebuah file gambar yang baru diunduh di folder Downloads bisa dipindahkan ke tampilan desktop dengan cara drag and drop. Bisa juga melakukan pemindahan file dengan memanfaatkan fitur Move, Copy-Paste, atau Share ke antar-aplikasi.
Tampilan Samsung DeX di tablet Galaxy Tab S8. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Pada tampilan utama DeX, kita bisa lihat menu Quick Settings berada di sebelah kanan bawah. Ikon shortcut dari aplikasi yang dibuka ditempatkan di sisi tengah bawah. Lalu di kiri bawah ada tombol Start, lalu tombol untuk melihat aplikasi yang berjalan di background, hingga tombol Back.
Samsung semakin dewasa dalam mengembangkan DeX. Harus diakui perkembangan DeX sangat signifikan. Pabrikan asal Korea Selatan ini berupaya keras membuat tampilan ikon dan pengalaman DeX agar mirip dengan tampilan PC, walaupun, masih ada sejumlah hal dan pengalaman yang tak sepenuhnya Windows banget. Ini bisa dipahami karena Samsung tidak akan menjiplak Windows sepenuhnya. Identitas dan pengalaman DeX itu sendiri harus dipertahankan.

Video call Zoom dan Google Meet

Galaxy Tab S8 punya kamera yang bagus buat video call. Akurasi warnanya baik. Membuat kulit sedikit lebih cerah. Samsung mendesainnya sebagai perangkat andal untuk teman work from everywhere, dan oleh karenanya, kamera depan sangat layak untuk dipakai video call pada event formal. Kamera depan ini beresolusi 12 MP, f/2.4, dengan lensa ultrawide. Kamera ini jauh lebih baik dari kamera internal yang ada di banyak laptop.
Sementara kamera belakang, ada lensa fokus otomatis 13 MP, lensa ultrawide 6 MP, serta LED Flash. Semua kamera ini dapat merekam video resolusi 4K dan 60 frame per second (fps). Untuk kualitas foto atau video yang lebih baik, kamera belakangnya melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menangkap detail dan warna secara akurat.
Modul kamera belakang Samsung Galaxy Tab S8, juga didesain menyatu dengan area magnet untuk pengisi daya S Pen. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Kamera selfie Samsung Galaxy Tab S8. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Hasil foto kamera depan Galaxy Tab S8.
Saat video call, saya mencatat kamera depannya membuat background jadi terlihat sedikit bengkok lantaran sudut pandang lensanya yang lebar. Itu tidak terlalu mengganggu, karena bisa diakali dengan cari angle yang pas supaya background tetap sedap dipandang.
Sementara saat video call pada malam hari, di dalam ruangan dengan cahaya yang cukup, kualitas warna untuk video call tetap terjaga. Ia bahkan membantu mengangkat warna agar wajah pengguna tidak terlihat terlalu gelap di Zoom maupun Google Meet.
Ada efek khusus yang muncul saat video call berlangsung. Fitur ini disebut Video Call Effects. Dia muncul saat saya memakai Zoom dan GMeet. Di sini bisa atur Background dengan memilih Blur, Image, atau Color tertentu. Bisa juga atur Mic Mode dengan Standard, Voice Focus, dan All Sound. Saya sempat bertanya ke beberapa teman yang ikut rapat online, mereka bilang mode mikrofon Standar justru paling enak didengar. Samsung juga memberi fitur Auto Framing yang melakukan pembingkaian secara otomatis guna melacak wajah orang --sekalipun dia bergerak-- agar tetap tersorot dalam video call. Respons dari fitur Auto Framing ini bekerja mulus dan baik, proses zoom in yang dilakukan tidak membuat gambar jadi pecah. Auto Framing juga membantu agar background tidak tampak bengkok karena ada proses zoom in di sana.
Fitur Video Call Effects muncul saat video call dengan Zoom atau Google Meet. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Kualitas yang bagus juga dirasakan pada speaker dan mikrofon. Ada empat speaker di tablet ini. Dua ditempatkan di samping kanan, dua lagi di samping kiri. Mikrofon dan sensor noise cancellation ada di beberapa tempat, termasuk di tepi bawah dan atas perangkat, untuk menangkap suara yang lebih baik.

S Pen

Stylus S Pen sudah termasuk dalam paket pembelian Galaxy Tab S8. Samsung tidak menyediakan kompartemen khusus sebagai tempat untuk menyimpan S Pen. Sebagai gantinya, Samsung menyediakan ruang magnet yang ada di punggung tablet, segaris dengan modul kamera sebagai tempat untuk menempel dan mengisi daya S Pen. Begitu S Pen ditempel di sana, akan tampak notifikasi bahwa S Pen sedang mengisi daya dan kapasitas baterai S Pen saat itu.
S Pen dapat ditempatkan dan diisi daya di ruang bermagnet yang sejajar dengan kamera belakang Galaxy Tab S8. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Samsung juga menyediakan magnet untuk menempel S Pen di sisi atas dan bawah tablet (orientasi landspace), sehingga pengguna tak harus terpaku menyimpan S Pen di bagian punggung tablet. Magnet-magnet ini sangat memudahkan pengguna untuk menempel S Pen di mana saja, agar kita tak sembarangan menyimpan S Pen.
Kalau kita memakai Book Cover Keyboard Slim, bagian lipatan atau engsel cover itu juga tersedia area bermagnet untuk menyimpan S Pen. Enak, ya, bisa simpan S Pen di mana saja. Magnet-magnet ini sangat kuat menempel S Pen. Sulit bagi S Pen untuk terlepas kecuali dia kena guncangan keras.
Pengalaman menulis atau menggambar dengan S Pen terasa respons akurat dan cepat, tanpa ada jeda yang mencolok. Ini mendekati pengalaman menulis dengan spidol di white board. Itu bisa terjadi berkat latensi S Pen sebesar 6,2 ms (mili second) yang berarti lebih cepat dibandingkan S Pen pada Galaxy Tab S7 yang latensinya 9 ms. Sementara pressure sensitivity-nya berada pada 4.096 level. Kecepatan refresh adaptif layar Galaxy Tab S8 juga mendukung pengalaman tersebut, karena semakin sering layar melakukan refresh, maka makin sering ia dapat merespons input.
Menggambar pakai S Pen dan aplikasi Samsung Notes di Samsung Galaxy Tab S8. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Saya aktif memakai S Pen untuk mencatat poin poin penting jika sedang melakukan rapat tatap muka langsung.
Dari S Pen ini, saya iseng mencoba aplikasi desain denah rumah. Ini adalah aplikasi desain denah rumah pertama yang saya instal dan saya coba. Nama aplikasinya; Floor Plan Creator. S Pen membantu untuk drag and drop item material seperti jendela dan pintu yang ingin ditambahkan pada desain rumah. S Pen juga membantu saya dalam meninjau desain denah rumah dari berbagai sudut pandang. Karena tablet ini punya layar besar berukuran 11 inci, dan ada fitur DeX, saya jadi bisa membuka dua aplikasi sekaligus saat iseng mendesain denah rumah. Misal, membuka Floor Plan Creator sambil buka gambar-gambar rumah kece dari Pinterest atau Instagram, atau sambil membuka desain denah rumah asli yang saya simpan di Google Drive.
Stylus S Pen pada Samsung Galaxy Tab S8. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan

Gmail, Slack, Monday.com, Google Analytics, WhatsApp Web, dan Twitter

Saya tidak memakai layanan Gmail yang berbasis aplikasi pada Galaxy Tab S8 karena tampilan ini kurang PC banget. Saya lebih suka membuka Gmail dari browser Chrome kemudian menyetelnya ke tampilan desktop. Ini rasa PC banget.
Aplikasi Slack untuk tablet Android juga kurang enak. Tampilan Slack di tablet Android sangat smartphone experience, padahal ada banyak ruang yang bisa dimanfaatkan untuk memperluas tampilannya. Kalau pakai Slack yang dibuka dari browser Android maka kita bisa benar benar mendapatkan pengalaman Slack serasa PC. Kita bisa membuka Slack yang menampilkan tiga kolom sekaligus, mulai dari kolom channel, kolom thread, dan kolom detail pesan dalam sebuah thread. Koordinasi lintas divisi akan lebih enak kalau begini.
Sekarang giliran WhatsApp Web. Saya memakai browser Chrome untuk membuka WhatsApp berbasis Web dan memanfaatkan fitur Linked Devices di WhatsApp. Saya tidak menggunakan WhatsApp berbasis aplikasi, karena jika saya log in di tablet, maka akun WhatsApp di aplikasi HP saya akan log out dan itu sesuatu yang saya hindari.
Galaxy Tab S8 mengaktifkan fitur Samsung DeX kemudian dihubungkan ke perangkat keyboard, mouse, dan monitor. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Untuk Twitter, saya membukanya lewat aplikasi Twitter dan juga TweetDeck yang saya buka lewat browser Internet bawaan Samsung. Ternyata, browser bawaan Samsung bekerja smooth dan user-friendly. Ia secara default membuka halaman web dengan setelan Desktop Site jika fitur DeX diaktifkan.
Sementara untuk Monday.com dan Google Analytics, enaknya dibuka pakai aplikasi.

Layar: Buat nonton, Berada di bawah sinar matahari

Layar 11 inci di Galaxy Tab S8 pakai teknologi TFT resolusi 1600 x 2560 pixels. Layar ini smooth untuk digulirkan berkat refresh rate adaptifnya yang secara dinamis menyesuaikan kecepatan refresh maksimal 120Hz, alih-alih tetap terkunci pada 60Hz. Kita sebenarnya bisa mengunci refresh rate pada 60Hz dalam pengaturan Display untuk membuatnya menghabiskan lebih sedikit daya baterai.
Saya lebih suka pengaturan Natural ketimbang Vivid di Galaxy Tab S8 karena sangat mementingkan akurasi warna. Sementara Vivid memang terlihat lebih cerah dan lebih hidup, tetapi itu bukan tampilan yang natural.
Banyak orang nyinyir dengan teknologi layar ini, tetapi dari pengalaman saya, tampilan layarnya bisa diterima dengan baik. Warna-warni yang diproduksi cukup mencolok dalam segala situasi, sedikit lebih bright dari MacBook Air 13 inci tahun 2017 yang sehari-hari saya pakai.
Samsung Galaxy Tab S8 dalam genggaman. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Samsung Galaxy Tab S8 dalam posisi portrait. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Layar Galaxy Tab S8 memang tidak OLED dan tidak mendukung HDR. Kalau kamu mencari hal itu, mungkin bisa bergeser ke tablet di atasnya; Galaxy Tab S8 Plus dan Galaxy Tab S8 Ultra, yang layar Super AMOLED 120 Hz.
Saya sempat membawa Galaxy Tab S8 rapat ke sebuah kedai kopi di Jakarta dan berada di bawah terik matahari yang kuat. Ada pantulan diri saya di layarnya dan itu sedikit mengganggu. Tetapi, konten yang tampil di layar masih terlihat sangat jelas jika level Brightness diset hampir pada posisi maksimal. Kala itu, saya sempat menavigasi lewat layar sentuh, tetapi ada sidik jari yang tertinggal di sana dan saya tidak betah dengan kesan kotor itu. Dalam kondisi ini, sebaiknya memakai S Pen supaya sidik jari tidak mengganggu penglihatan.
Saat dipakai buat nonton film atau serial, audio yang dihasilkan bagus banget. Audionya stereo dengan empat speaker. Terdapat dua speaker di samping kanan, dan dua lagi di kiri tablet (orientasi landscape). Suaranya keras. Jernih. Walau bass-nya agak tipis. Pengalaman audio yang diberi sesuai ekspektasi mengingat harga tinggi tablet ini. Begitu fitur Dolby Atmos diaktifkan, ada sedikit gema yang memberi pengalaman lebih asyik, dan itu sesuatu yang keren, tidak mengganggu.

Performa (termasuk baterai)

Chip Qualcomm Snapdragon 8 Gen 1 menyediakan banyak daya untuk Galaxy Tab S8 melibas tugas-tugas dengan cepat, ditambah dengan RAM 8 GB, sangat membantu menjalankan, menavigasi, dan multi-tasking antar aplikasi terasa cepat dan responsif.
Penggunaan Galaxy Tab S8 dalam mode standar (non Samsung DeX) memberikan pengalaman seperti tablet pada umumnya, hanya saja pengalamannya smooth banget berkat spesifikasi yang kencang sekali dan optimalisasi pada sektor software-nya.
Masih lancar jaya dipakai membuka lebih dari 10 tab pada browser Chrome, sambil buka aplikasi Monday.com, Google Analytics, YouTube, dan Spotify
Galaxy Tab S8 juga tidak menghabiskan daya baterai terlalu cepat. Ketika tablet dipasangkan pada Book Cover Keyboard Slim, ia tahan seharian dibawa mobilitas rapat di luar rumah sejak pagi hari, dan tersisa 20 persen pada malam hari. Mengisi daya baterai dari 20 persen hingga 100 persen, butuh waktu 70 sampai 80 menitan pakai kepala charger dengan kemampuan cas maksimal 65 watt. Galaxy Tab S8 itu sendiri telah mendukung fast charging hingga 45 watt dengan kabel.
Paket pembelian termasuk tablet Galaxy Tab S8, S Pen, kabel data USB-C, SIM ejector, dan buku manual. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
Kalau tablet dihubungkan ke perangkat lain seperti monitor, mechanical keyboard, atau mouse, itu tentu akan memakan daya lebih cepat. Besarannya relatif, tergantung konsumsi daya yang disedot oleh masing-masing perangkat.
Tidak ada hambatan sama sekali ketika saya mengolah foto dengan aplikasi Snapseed atau Adobe Lightroom. Semua dapat diproses dengan sempurna.
Satu hal lagi yang ingin saya coba tetapi belum kesampaian, adalah mengedit video di Galaxy Tab S8 pakai aplikasi video mobile Lumafusion. Samsung berjanji untuk membawa aplikasi ini untuk para pengguna Galaxy Tab S8 Series karena sejauh ini aplikasi tersebut baru tersedia di iOS. Langkah ini patut diapresiasi karena berarti Samsung serius membawa tablet flagship-nya untuk segmen pekerja kreatif.
Bodi belakang Samsung Galaxy Tab S8. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan

Kesimpulan

Samsung menunjukkan komitmennya mengembangkan produk tablet yang banyak ditinggalkan merek lain karena dominasi Apple iPad. Samsung tidak membiarkan iPad melanggeng begitu saja di pasar.
Kualitas video call dan audio untuk Zoom atau GMeet sangat andal karena ia memang dirancang sebagai teman work from everywhere. Perannya sebagai perangkat pencatat, dan perangkat yang mendukung kegiatan menggambar, patut dipertimbangkan. S Pen memberi pengalaman seperti menulis dengan spidol di white board. Dan, sejauh ini saya tidak pernah merasakan crash atau pelambatan saat memakainya.
Kalau kamu sedang mempertimbangkan tablet dengan budget di atas Rp 10 jutaan, Galaxy Tab S8 patut masuk urutan awal ketimbang memprioritaskan Galaxy Tab S8 Ultra yang bodinya gede banget dan justru sulit untuk menjadi perangkat compact alternatif laptop.
Galaxy Tab S8 layak masuk daftar perangkat compact alternatif dari laptop. Kalau kamu sudah terbiasa menyelesaikan pekerjaan memakai aplikasi Google Workspace di smartphone, maka seharusnya Galaxy Tab S8 membantu mempercepat penyelesaian pekerjaan itu, berkat layar yang lebih besar, spesifikasi dewa, dan tentu saja fitur favorit Samsung DeX. Perannya juga memenuhi kebutuhan entertainment hingga main game. Device ini juga sangat mumpuni untuk dibawa meeting offline. Kerja produktif, kerja kreatif buat yang suka mencatat dan sketching, multi-tasking, semua bisa dilahap oleh Galaxy Tab S8.

Plus (+)

Minus (-)