Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil , merespons isu jual beli data pengguna yang diduga dilakukan oleh pengembang aplikasi Muslim Pro. Selama isu ini belum jelas akhirnya, Ridwan mengajak publik untuk pindah ke aplikasi yang lain.
ADVERTISEMENT
Kang Emil, begitu panggilan akrab Ridwan Kamil, mengatakan dirinya adalah pengguna aktif harian Muslim Pro . Isu jual beli data dan lokasi pengguna itu disebutnya adalah penyalahgunaan, dan itu "melanggar hal fundamental."
Menurut laporan media Vice, Muslim Pro adalah satu dari ratusan aplikasi smartphone yang menghasilkan uang dengan menjual data lokasi pengguna ke broker atau pihak ketiga. Militer AS membeli data Muslim Pro melalui salah satu broker pihak ketiga tersebut.
Muslim Pro menjual data lokasi ke broker pihak ketiga yang disebut X-Mode. X-Mode telah menjual data lokasi kepada kontraktor bidang pertahanan yang pada gilirannya memberikan data tersebut kepada Departemen Pertahanan AS.
X-Mode mengatakan kepada Vice, bahwa bisnisnya dengan kontraktor militer terutama difokuskan pada tiga kasus penggunaan: Kontra-terorisme, keamanan siber, dan prediksi hotspot atau titik lokasi COVID-19 di masa depan.
ADVERTISEMENT
X-Mode sebelumnya juga telah menerbitkan data lokasi anonim dari smartphone yang menunjukkan pergerakan orang ke dan dari area di mana COVID-19 menyebar.
Ridwan bilang, selama hubungan Muslim Pro dan pihak ketiga ini belum selesai, kekhawatiran penyalahgunaan data itu masih ada. Oleh karenanya, dia mengajak publik untuk pindah ke aplikasi lain sampai ada kepastian.
"Sementara mari pindah ke apps yang lain, sampai ada kepastian terkait perlindungan privasi pengguna. Namun apapun itu semua kembali ke pilihan masing-masing," ujar Ridwan di akun Instagram, Kamis (19/11). "Tugas saya hanya mengingatkan dan memberi perlindungan kepada warga tercinta saya."
Aplikasi Muslim Pro dibuat oleh startup asal Singapura, Bitsmedia. Aplikasi ini meminta akses lokasi untuk memberikan informasi, seperti jadwal salat dan penunjuk lokasi kiblat. Ada juga fitur notifikasi azan, Al-Qur’an digital lengkap dengan terjemahan, kalender hari raya Islam, hingga pencarian masjid dan restoran halal.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mengaku juga ikut menelusuri kasus keamanan data pribadi terkait Muslim Pro ini. Juru bicara Kominfo, Dedy Permadi, mengatakan pihaknya perlu penelusuran lebih lanjut terkait kebenaran pemberitaan penjualan data sehingga terkait dampak, masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan.
ADVERTISEMENT
Kominfo mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap pemanfaatan data pribadi yang dikelola oleh platform digital. Masyarakat harus secara cermat memahami syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi, kebijakan privasi, serta memastikan data pribadi mereka digunakan oleh penyedia aplikasi sesuai dengan apa yang dijanjikannya.