Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Riset Dicoding: RI Butuh 23 Juta Talenta Digital Berkualitas Tahun 2045
20 Februari 2025 18:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Perusahaan edutech Dicoding menerbitkan riset bertajuk Peta Jalan Talenta Informatika: Menuju Indonesia Emas 2045, berisi langkah yang dibutuhkan RI untuk membangun talenta informatika berkualitas. Riset Dicoding menyebut Indonesia membutuhkan 23 juta talenta informatika berkualitas untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT
Guna merealisasikannya, tentu saja dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, swasta, universitas - sekolah, sampai lembaga pengembangan talenta. Semua pemangku kepentingan ini perlu melakukan 3 fokus utama dalam mendorong visi Indonesia Emas 2045, yaitu (1) memberikan akses pendidikan yang lebih luas dan masif, (2) memastikan kapasitas pendidikan informatika yang memadai dan scalable, serta (3) menyelenggarakan program pelatihan IT yang berkualitas.
Menurut CEO Dicoding, Narenda Wicaksono, pihaknya juga menemukan fakta menarik, bahwa hampir separuh talenta informatika saat ini menyadari kesuksesan mereka tidak hanya bergantung pada pendidikan formal, melainkan juga pada pelatihan informal dan pengalaman praktik.
Data Dicoding mencatat, faktor utama kesuksesan karier talenta informatika didasarkan pada pengalaman praktik atau proyek mandiri sebesar 92%, dan disiplin untuk belajar secara mandiri sebesar 90%.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, peran serta dan kolaborasi antara pemerintah, industri, universitas, sekolah, serta lembaga pengembangan talenta informatika seperti Dicoding adalah kunci untuk melahirkan 23 juta talenta informatika yang berkualitas ini,” tutur Narenda, dalam acara Dicoding Connect 2025: Indonesia’s Tech Education Outlook, yang berlangsung di Jakarta, Kamis (20/2).
Melalui riset Peta Jalan Talenta Informatika: Menuju Indonesia Emas 2045, Dicoding memberikan rekomendasi kebijakan bagi sektor pemerintah, institusi pendidikan, dan untuk industri.
ADVERTISEMENT
Dengan mengadopsi strategi ini, Indonesia diharapkan dapat memastikan ketersediaan talenta informatika yang mumpuni dan berdaya saing global, mempercepat pertumbuhan ekonomi digital, serta memperkuat posisinya sebagai pusat inovasi teknologi di kawasan Asia Pasifik.
Untuk menuju visi Indonesia Emas 2045 , pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara maju dengan GDP $9.8 triliun (data Kemenko Perekonomian, 2023), meningkat tujuh (7) kali lipat dibandingkan 2024 (BPS, 2025).
Bila RI ingin setara dengan negara maju lainnya, maka kontribusi sektor IT pada GDP 2045 perlu meningkat ke angka 10% (dari 4% di tahun 2024).
Dalam sambutan di acara Dicoding Connect 2025, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, mengatakan bahwa visi Indonesia Emas juga berupaya menjadikan talenta informatika relevan dengan kebutuhan dunia, sehingga dunia tidak hanya melihat Indonesia bukan hanya sebagai pasar, tetapi juga sebagai produsen.
ADVERTISEMENT
Dicoding sendiri menjalankan perannya memberi pendidikan informal pemrograman komputer, yang berkolaborasi dengan sejumlah mitra. Dicoding bersama para mitranya telah melatih lebih dari 770.000 talenta informatika dari seluruh Indonesia.
Dicoding sudah menjadi mitra Indosat Ooredoo Hutchison untuk program pelatihan talenta ID Camp sejak 2019 hingga 2024, yang memberi akses belajar coding terhadap 384 ribu orang, menghasilkan 130 ribu lulusan, dan dampak ekonominya diklaim mencapai Rp 509,6 miliar.
Bersama AWS, Dicoding menjalankan program AWS Back End Academy pada 2021 sampai 2025, yang memberikan akses belajar cloud kepada 250 ribu orang, menghasilkan 61.101 lulusan, dan dampak ekonomi diklaim mencapai Rp 114,2 miliar.
Lalu bersama Google Indonesia menjalankan program Bangkit berhasil menjaring 25.222 peserta dari 657 kampus, mencetak 191.777 micro credentials, dan dampak ekonominya diklaim mencapai Rp 2,8 triliun.
ADVERTISEMENT